Pengertian
Kepemimpinan berasal dari kata "pimpin" yang berarti tuntun, bina
atau bimbing. Pimpin dapat pula berarti menunjukan jalan yang baik atau benar,
tetapi dapat pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Dengan demikian,
kepemimpinan adalah hal yang berhubungan dengan proses menggerakkan, memberikan
tuntutan, binaan dan bimbingan, menunjukkan jalan, memberi keteladanan,
mengambil resiko, mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain, mengarahkan dan masih
banyak lagi artinya :
kepemimpinan adalah Suatu proses
mempengaruhi aktivitas orag lain atau sekelompok orang untuk bekerjasama
mencapai tujuan tertentu.Pada hakikatnya dalam kepemimpinan terdapat
unsur-unsur antara lain kemampuan menggerakkan, mempengaruhi, mengarahkan
tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi/kelompok.
Kepemimpinan
adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga
sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi
untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
a. Menurut George Terry, Kepemimpinan adalah
kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk
mencapai tujuan kelompok.
b. Menurut Cyriel O'Donnell, kepemimpinan adalah
mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.
Dari dua
pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas :
1.
Mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu.
2.
Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan.
3. Untuk
mencapai tujuan manajer.
4. Untuk
memperoleh manfaat bersama.
Sehingga jika dilihat pada konteks
kepemimpinan hal yang saling terkait adalah adanya unsur kader penggerak,
adanya peserta yang digerakkan, adanya komunikasi, adanya tujuan organisasi dan
adanya manfaat yang tidak hanya dinikmati oleh sebagian anggota.
Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance".
Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance".
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapaimplikasi. Antara lain:
Pertama:
kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau
bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk
menerima arahan dari pemimpin.
Walaupundemikian,tanpaadanyakaryawanataubawahan,kepemimpinantidakakanadajuga
.Kedua: seorang pemimpin yang efektif
adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah
pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven
(1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:
- Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
- Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya
- Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.
- Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
- Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Para
pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda
untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagaisituasi.
Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda.
Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis and Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat ("managers are people who do things right and leaders are people who do the right thing, "). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.
Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda.
Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis and Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat ("managers are people who do things right and leaders are people who do the right thing, "). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.
Fungsi dan
Tugas
Seorang pemimpin
secara umum berfungsi sebagai berikut :
1.
Mengambil keputusan
2.
Mengembangkan informasi
3.
Memelihara dan mengembangkan loyalitas anggota
4.
Memberi dorongan dan semangat pada anggota
5.
Bertanggungjawab atas semua aktivitas kegiatan
6.
Melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan
7.
Memberikan penghargaan pada anggota yang berprestasi
Sedangkan
tugas kepemimpinan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Yang berkaitan
dengan kerja :
- Mengambil inisiatif
- Mengatur langkah dan arah
- Memberikan informasi
- Memberikan dukungan
- Memberi pemikiran
- Mengambil suatu kesimpulan
b. yang berkaitan dengan
kekompakan anggota :
- Mendorong, bersahabat, bersikap menerima
- Mengungkapkan perasaan
- Bersikap mendamaikan
- Berkemampuan mengubah dan menyesuaikan pendapat
- Memperlancar pelaksanaan tugas
- Memberikan aturan main
Level dan
Keterampilan Yang Perlu Dimiliki
Kepemimpinan dibagi
menjadi sebagai berikut :
1. Level Top Leader/Top Management
Pimpinan puncak, misalnya, direktur
utama. Melakukan tugas yang bersifat konseptual.
Misalnya, melakukan perencanaan yang akan dilakukan seluruh anggota.
2. Level Middle Leader/Middle Management
Golongan menengah, misalnya, staf
produksi, manajer keuangan. Melakukan tugas konseptual sebagai penjabaran dari top management, juga melakukan
pekerjaan tersebut. Penguasaan
teknis relatif penting.
3. Lower Leader/Lower Management
Golongan bawah, misalnya, supervisor,
mandor dan pelaksana teknis. Harus menguasai teknis
walaupun secara konseptual tidak begitu penting.
TEORI KEPEMIMPINAN KLASIK DAN TEORI KONTINGENSI
Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Trait Theory)
Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Trait Theory)
Studi-studi
mengenai sifat-sifat/ciri-ciri mula-mula mencoba untuk mengidentifikasi
karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan kemampuan orang yang
dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan studi tentang sifat/ciri telah
dilakukan, namun sifat-sifat/ciri-ciri tersebut tidak memiliki hubungan yang
kuat dan konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian
mengenai sifat/ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana sifat/ciri
itu berinteraksi sebagai suatu integrator dari kepribadian dan perilaku atau
bagaimana situasi menentukan relevansi dari berbagai sifat/ciri dan kemampuan
bagi keberhasilan seorang pemimpin. Berbagai
pendapat tentang sifat-sifat/ciri-ciri ideal bagi seorang pemimpin telah
dibahas dalam kegiatan belajar ini termasuk tinjauan terhadap beberapa
sifat/ciri yang ideal tersebut.
Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Selama tiga
dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku
pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari
perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode
tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada
tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk
melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang
efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan.
Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan
untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja
bawahan. Jika kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat
dari teori perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian
mempunyai lebih banyak bawahan yang puas.
Hasil studi
kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada
dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating
structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku
pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi
pada produksi/hasil. Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s
Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan
dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya
menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State University
dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University. Menurut teori ini, perilaku
pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada
manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi.
Teori Kontingensi (Contigensy Theory)
Teori-teori
kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri)
dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Teori
Path-Goal tentang kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku pemimpin
mempengaruhi kepuasan serta motivasi pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi
para pengikut dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang konsekuensi yang
mungkin dari berbagai upaya. Bila para pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat
diperoleh dengan usaha yang serius dan bahwa usaha yang demikian akan berhasil,
maka kemungkinan akan melakukan usaha tersebut. Aspek-aspek situasi seperti
sifat tugas, lingkungan kerja dan karakteristik pengikut menentukan tingkat
keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan
usaha para pengikut.
LPC
Contingency Model dari Fiedler berhubungan dengan pengaruh yang melunakkan dari
tiga variabel situasional pada hubungan antara suatu ciri pemimpin (LPC) dan
kinerja pengikut. Menurut model ini, para pemimpin yang berskor LPC tinggi
adalah lebih efektif untuk situasi-situasi yang secara moderat menguntungkan,
sedangkan para pemimpin dengan skor LPC rendah akan lebih menguntungkan baik
pada situasi yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Leader Member
Exchange Theory menjelaskan bagaimana para pemimpin mengembangkan hubungan
pertukaran dalam situasi yang berbeda dengan berbagai pengikut. Hersey and
Blanchard Situasional Theory lebih memusatkan perhatiannya pada para pengikut.
Teori ini menekankan pada perilaku pemimpin dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya dan hubungan pemimpin pengikut.
Leader
Participation Model menggambarkan bagaimana perilaku pemimpin dalam proses
pengambilan keputusan dikaitkan dengan variabel situasi. Model ini menganalisis
berbagai jenis situasi yang mungkin dihadapi seorang pemimpin dalam menjalankan
tugas kepemimpinannya. Penekanannya pada perilaku kepemimpinan seseorang yang
bersifat fleksibel sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.
TIPOLOGI KEPEMIMPINAN
Tipologi
Kepemimpinan Berdasarkan Kondisi Sosio Psikologis
Kondisi
sosio-psikologis adalah semua kondisi eksternal dan internal yang ada pada saat
pemunculan seorang pemimpin. Dari sisi kondisi sosio-psikologis pemimpin dapat
dikelompokkan menjadi pemimpin kelompok (leaders of crowds), pemimpin
siswa/mahasiswa (student leaders), pemimpin publik (public leaders), dan
pemimpin perempuan (women leaders). Masing-masing tipe pemimpin tersebut masih
bisa dibuat sub-tipenya. Sub-tipe pemimpin kelompok adalah: crowd compeller,
crowd exponent, dan crowd representative.
Sub-tipe
pemimpin siswa/mahasiswa adalah: the explorer president, the take charge
president, the organization president, dan the moderators. Sub-tipe pemimpin
publik ada beberapa, yaitu:
·
Menurut J.M. Burns, ada pemimpin legislatif yang :
ideologues, tribunes, careerist, dan parliementarians.
·
Menurut Kincheloe, Nabi atau Rasul juga termasuk
pemimpin publik, yang memiliki kemampuan yang sangat menonjol yang
membedakannya dengan pemimpin bukan Nabi atau Rasul, yaitu dalam hal
membangkitkan keyakinan dan rasa hormat pengikutnya untuk dengan sangat
antusias mengikuti ajaran yang dibawanya dan meneladani semua sikap dan
perilakunya.
Tipe
pemimpin yang lain adalah pemimpin perempuan, yang oleh masyarakat dilekati 4
setereotip, yaitu sebagai: the earth mother, the manipulator, the workaholic,
dan the egalitarian.
Tipologi
kepemimpinan berdasar kepribadian dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok
besar, yaitu tipologi Myers – Briggs dan tipologi berdasar skala CPI
(California Personality Inventory). Myers – Briggs mengelompokkan tipe-tipe
kepribadian berdasar konsep psikoanalisa yang dikembangkan oleh Jung, yaitu:
extrovert – introvert, sensing – intuitive, thinking – feeling, judging –
perceiving. Tipe kepribadian ini kemudian dia teliti pada manajer Amerika
Serikat dan diperoleh tipe pemimpin berdasar kepribadian sebagai berikut:
Kemudian
dengan menggunakan tipe kepribadian yang disusun berdasar konsep psikoanalisa
Jung, Delunas melakukan penelitian terhadap para manajer dan ekesekutif negara
bagian, dan mengelompokkan tipe pemimpin berdasar kepribadian sebagai berikut:
Tipologi
kepribadian yang lain adalah sebagaimana yang disusun dengan menggunakan skala
CPI (California Personality Invetory) yang mengelompokkan tipe pemimpin
menjadi: leader, innovator, saint, dan artist.
Ada empat
kelompok tipologi kepemimpinan yang disusun berdasar gaya kepemimpinan, yaitu
tipologi Blake – Mouton, tipologi Reddin, tipologi Bradford – Cohen, dan
tipologi Leavitt. Menurut Blake – Mouton tipe pemimpin dapat dibagi ke dalam
tipe:
Kemudian
Reddin melakukan pengembangan lanjut atas tipologi ini, dan menemukan tipe
pemimpin sebagai berikut: deserter, missionary, compromiser, bureaucrat,
benevolent autocrat, developer, dan executive. Sementara Bradford dan Cohen
membagi tipe pemimpin menjadi: technician, conductor, dan developer. Tipologi
kepemimpinan yang dikembangkan oleh Leavitt membagi tipe pemimpin menjadi:
pathfinders, problem solvers, dan implementers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar anda disini