Selasa, 17 September 2013

VARIABEL PENELITIAN



BAB 4

VARIABEL PENELITIAN

A.    Pengertian Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Setelah menge-mukakan beberapa proporsi berdasarkan konsep dan teori tertentu, peneliti perlu menentukan variabel-variabel penelitian dan selanjutnya merumuskan hipotesis berdasarkan hubungan antar variabel. Fenomena sosial dapat dijelaskan dan diramalkan apabila hubungan antar variabel tertentu telah diketahui. Penentuan variabel penelitian yang dapat diukur dan perumusan hubungan antara variabel adalah dua langkah yang sangat penting dalam penelitian sosial.
Karena variabel mempunyai kaitan yang sangat erat dengan teori, maka lebih dahulu perlu dikemukakan secara singkat apa yang disebut teori. Teori adalah “serangkaian konsep, definisi dan proposisi yang saling berkaitan dengan bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena”. Gambaran yang sistematis itu dijabarkan dengan menghubungkan variabel yang satu dengan yang lainnya dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut. Contoh konsep-konsep pokok dalam penelitian sosial adalah pendidikan, status sosial-ekonomi, agama, mobilitas, fertilitas, morta-litas, aliansi, partisipasi, kriminalitas, dan status gizi. Konsep-konsep ini dijabarkan dalam bentuk variabel, seperti : tingkat pendidikan (tahun sekolah), tingkat pendapatan, tingkat migrasi, jumlah anak lahir hidup, dan sebagainya.
Pengertian variabel dapat dijelaskan dengan contoh berikut. Misalnya kita menampilkan dua tokoh dan memperhatikan ciri-ciri mereka. Satu di antaranya buruh laki-laki yang sudah tua, bertubuh pendek dan mempunyai penghasilan yang rendah. Tokoh yang lainnya seorang wanita muda, ia seorang majikan, berpenghasilan tinggi, dan bertubuh jangkung. Semua yang menandai kedua tokoh ini (laki-laki, wanita, buruh, majikan, tua, muda, peng-hasilan rendah, dan penghasilan tinggi) kita sebut “atribut”. Atribut laki-laki dan wanita dikelompokkan menjadi variabel seks (jenis kelamin), atribut tua dan muda dikelompokkan menjadi variabel usia (umur).
Salah satu ciri pokoknya, variabel dapat berbentuk variabel diskrit (discrete variable) atau variabel bersambungan (continous variable). Secara harafiah, diskrit berarti tidak mempunyai pecahan (utuh). Jumlah anak dalam satu keluarga adalah variabel diskrit : dua, tiga atau empat anak, dan tidak pernah 2,5 atau 2,6. Sebaliknya, variabel bersambungan dapat dinyatakan dalam angka pecahan : seorang anak dapat mempunyai berat 22,36 kg dan tingginya 1,23 meter.
Contoh yang dikemukakan di atas kiranya membantu menjelaskan per-bedaan prinsip antara kedua jenis variabel tersebut, yaitu variabel diskrit hanya dapat dinyatakan dalam satuan-satuan (satu, dua, lima) dan satuan-satuan itu tidak mungkin dibagi lagi ke dalam unit yang lebih kecil. Dalam variabel bersambungan, di antara dua unit ukuran, terdapat unit-unit ukuran lain yang secara teoritis tidak terhingga jumlahnya. Perbedaan antara kedua jenis variabel ini dapat pula dinyatakan sebagai berikut : variabel diskrit adalah hasil perhitungan, sedangkan variabel bersambungan adalah hasil pengukuran. Kita menghitung jumlah anak, negara atau perusahaan tetapi kita juga mengukur berat, tinggi dan luas.
Agar dapat dikelompokkan menjadi satu variabel, dua atau lebih atribut tidak boleh “tumpang-tindih” (mutually exclusive). Atribut-atribut dalam suatu variabel harus mencakup semua kemungkinan yang ada dalam suatu variabel (exhaustive).
Semua cabang ilmu pengetahuan mencari hubungan yang sistematis antara variabel. Dalam hal ini yang membedakan ilmu sosial dan ilmu eksakta adalah variasi dalam hubungan-hubungan tersebut menurut tempat atau lokasi dan urutan waktu. Dalam ilmu sosial, suatu korelasi yang erat antara dua variabel yang ditemukan di satu daerah atau negara tidak tentu berlaku untuk daerah atau negara lain. Korelasi tersebut juga tidak selalu terlihat pada dua waktu yang berlainan pada tempat yang sama, lebih-lebih pada masyarakat dimana keadaan sosial ekonomi berubah dengan pesat.

B.     Jenis-jenis variabel
     Variabel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
1.  Variabel Bebas/Exogen, Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, atau prediktor. Variabel bebas adalah             variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen.
2.  Variabel Dependen/Indogen, variabel ini sering disebut sebagai variabel terikat.Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas. Suatu variabel tertentu dapat sekaligus menjadi variabel bebas dan variabel terikat apabila dihubungkan dengan dua variabel (atau lebih) yang berbeda.
3.  Variabel moderator, adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel-variabel lain. Dalam hal ini memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel ini sering disebut sebagai variabel bebas kedua.
4.  Variabel intervening, adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi variabel terikat, yaitu terjadi setelah variabel bebas dan sebelum terjadi variabel terikat, tetapi tidak sedang diukur dan diamati pengaruhnya. Variabel intevening merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal antar variabel. Variabel antara terletak di antara variabel bebas dan variabel terikat.
5.  Variabel anteseden. Variabel ini mempunyai kesamaan dengan variabel antara yakni merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal antar variabel. Perbedaannya, variabel antara berada di antara variabel pokok, sedangkan      variabel anteseden mendahului variabel bebas.
6.  Variabel penekan, adalah apabila dari hasil analisa awal disimpulkan tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, tetapi ketika variabel ketiga dimasukkan ternyata  hubungan itu menjadi tampak. Dalam kasus ini variabel ketiga tersebut menjadi penekan (supprissor variable).
7.   Variabel pengganggu adalah  kebalikan dari variabel penekan, apabila dalam analisis awal menunjukkan ada hubungan positif antara  variabel bebas dan variabel terikat, tetapi  apabila dimasuk variabel ketiga ternyata hubungan antara dua variabel tersebut  menjadi tidak nampak atau hubungannya menjadi negatif.  Dalam kasus ini variabel ketiga tersebut menjadi pengganggu (distorter variable).
8.  Variabel kontrol, adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar (variable lain) yang tidak diteliti. Variabel ini biasanya digunakan dalam penelitian yang sifatnya membandingkan.

Penentuan mana variabel bebas dan mana variabel terikat dalam beberapa hal tidak mudah dilaksanakan. Namun dengan studi yang cermat, diskusi yang seksama, berbagai pertimbangan, kewajaran masalah yang dihadapi dan pengalaman akan membantu memudahkan penentuan. Di samping itu variabel yang mudah didapat atau tersedia sering dapat digolongkan kedalam variabel bebas dan variabel terikat. Untuk keperluan analisis, variabel bebas dinyatakan dengan simbul X atau X1, X2, ..... , Xk  untuk variabel bebas yang jumlahnya lebih dari satu.), sedangkan variabel terikat dinyatakan dengan simbul Y
 Berdasar sifat nilainya, variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Variabel kategorik (diskrit), yaitu variabel yang dibagi menjadi golongan-golongan  atau kategori- kategori dengan ciri-ciri tertentu untuk setiap golongan atau kategori. Contoh variabel diskrit: jenis kelamin, suku bangsa, pangkat, dan pendidikan.
b. Variabel kontinu,  yaitu variabel yang dapat mengambil nilai pecahan sehingga antara dua nilai bulat yang berdekatan tidak terputus tetapi masih ada nilai-nilai lain secara bersambung. Contoh variabel kontinu: tinggi, panjang, jarak, berat, dan suhu udara.  

Berdasarkan dapat tidaknya dimanipulasi, variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.  Variabel aktif (variabel non subjek) adalah variabel yang dapat dimanipulasi (dikendalikan) seperti temperatur ruangan, frekwensi kekerasan dalam acara televisi.
b. Variabel atribut (variabel subjek) adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi yaitu peneliti  tidak dapat melakukan perubahan yang menyangkut variabel pada subjek penelitian, seperti umur, tingkat kecerdasan dan status sosial.

C.    Jenis-jenis Hubungan antar Variabel
Ada tiga jenis hubungan antar variabel:
1. Hubungan simetris
      Yaitu adanya hubungan antar variabel di mana yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh yang lainnya. Terdapat empat kelompok hubungan simetris :
a. Kedua variabel merupakan indikator untuk konsep yang sama
Jantung yang berdenyut semakin cepat sering dibarengi keluarnya keringat tanda kecemasan, tetapi tidak dapat dikatakan jantung yang berdebar cepat menyebabkan tangan berkeringat. Jumlah anak lahir hidup dan tingkat kelahiran kasar (crude birth rate) adalah dua indikator dari konsep fertilitas.
b.   Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama
Pada suatu negara meningkatnya pelayanan kesehatan dibarengi pula dengan bertambahnya jumlah pesawat udara. Kedua variabel tidak saling mempengaruhi, tetapi keduanya merupakan akibat dan peningkatan pendapatan.

c.  Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional, di mana satu berada yang lainnya pun pasti di sana. Di mana ada guru di sana ada murid, di mana ada majikan di sana ada buruh.

d.  Hubungan yang kebetulan semata. Seorang bayi yang sakit diperiksa oleh kepala suku lalu langsung sehat.  Berdasarkan kepercayaan, kedua peristiwa dapat dianggap berkaitan,  tetapi dalam penelitian empiris tidak dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut langsung sehat karena diperiksa oleh kepala suku.


2. Hubungan timbal balik (reciprocal)
           Hubungan timbal-balik adalah hubungan di mana suatu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel lainnya. Perlu diketahui bahwa hubungan timbal-balik bukanlah hubungan, di mana tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi sebab dan variabel yang menjadi akibat. Yang dimaksudkan ialah apabila pada suatu waktu, variabel X mempengaruhi variabel Y, pada waktu lainnya variabel Y mempengaruhi X. Sebagai contoh, penanaman modal mendatangkan keuntungan dan pada gilirannya keuntungan akan memungkinkan penanaman modal. Dengan demikian, variabel terpengaruh dapat pula mcnjadi variabel pengaruh pada waktu lain.
3. Hubungan Asimetris
Inti pokok analisis sosial terdapat dalam hubungan asimetris, di mana satu variabel mempengaruhi variabel yang Iainnya. Berikut ini dijelaskan enam tipe hubungan asimetris:
a. Hubungan antara stimulus dan respons.
     Hubungan seperti ini merupakan salah satu tipe hubungan kausal dan umumnya diteliti dalam ilmu-ilmu eksakta, psikologi dan pendidikan. Seorang insinyur pertanian melihat pengaruh pupuk terhadap buah yang dihasilkan, seorang psikolog meneliti pengaruh kerasnya musik terhadap tingkat konsentrasi, seorang pendidik meneliti pengaruh metode mengajar tertentu terhadap prestasi belajar para siswa dan seorang ahli ekonomi meneliti hubungan antara devaluasi nilai uang dengan peningkatan ekspor. Para peneliti yang ingin mempelajari hubungan seperti ini kadang-kadang dihadapkan pada apa yang disebut “prinsip selektivitas”. Contoh yang sederhana misalnya: kelompok yang suka mendengarkan radio, ternyata lebih terbuka terhadap pengaruh luar dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendengarkan. Yang dipersoalkan oleh prinsip selektivitas adalah: apakah kelompok itu terbuka karena mendengarkan radio, ataukah justru karena bersikap terbuka itulah mereka mendengarkan radio.
Masalah ini  dapat diatasi apabila tcrdapat data dasar yang memperhatikan bahwa  kcdua kelompok tadi sesungguhnya sama dalam keterbukaan terhadap pcngaruh luar sebelum mendapat stimulus.
b. Hubungan antara disposisi dan respons,.
           Yang dimaksudkan dengan disposisi adalah kecenderungan untuk menunjukkan respons tertentu dalam situasi tertcntu. Berbeda dengan stimulus yang datang dari luar, disposisi “berada” dalam diri seseorang, misalnya sikap kebiasaan, nilai, dorongan, kemampuan dan sebagainya. Suatu respons sering diukur dengan mengamati tingkah laku seseorang, misalnya pemakaian kontrasepsi, migrasi, perilaku inovasi atau perilaku politik. Dalam ilmu sosial contoh-contoh penelitian hubungan disposisi dan respons terdapat pada studi sikap dan tingkah laku. Misalnya hubungan antara kepercayaan seseorang dengan kecenderungan memakai obat tradisional, sikap terhadap pemerintah dan perilaku atau keinginan bekerja dan frekuensi mencari pekerjaan.
c. Hubungan antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku
          Yang dimaksudkan dengan ciri adalah sifat individu yang relatif tidak berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan seperti seks, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain-lain.
d. Hubungan antara prakondisi yang perlu dengan akibat tertentu 
          Agar warga negara dapat menyatakan perasaan hatinya dengan jujur diperlukan jaminan pemerintah untuk melindungi kebebasan pers. Agar pedagang kecil dapat mcmperluas usahanya diperlukan antara lain persyaratan pinjaman bank yang lunak. Agar kegemaran membaca siswa  bertambah luas, pemerintah memberikan kemudahan mendapatkan buku murah.
f. Hubungan yang imanen antara   dua variabel.
     Dalam hubungan tersebut, kedua variabel terjalin satu sama lain; apabila variabel yang satu berubah maka variabel yang lain ikut berubah. Misalnya hubungan antara semakin besarnya suatu organisasi dengan semakin rumitnya peraturan yang ada. Administrasi yang rumit tidak disebabkan besarnya organisasi melainkan ciri dasar dari suatu organisasi besar adalah administrasi yang rumit.
g. Hubungan antara tujuan (ends) dan cara (means), 
           Dalam ilmu sosial yang berminat meneliti hubungan seperti ini cukup banyak jumlahnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini studi yang studi yang meneliti hubungan antara kerja keras dan keberhasilan, jumlah jam belajar dan nilai ujian yang diperoleh, atau besarnya penanaman modal dan keuntungan.

       Dalam Tabel berikut digambarkan berbagai contoh hubungan antara variabel menurut kategori-kategori di atas.


Jenis Hubungan
Hubungan antar Variabel

Variabel Pengaruh
Variabel Terpengaruh
1. Stimulus – Respons
Dosis Nitrogen
Hasil Panen
2. Disposisi – Respons
Intensitas seminar Bisnis
Implementasi konsep bisnis
3. Ciri individu – Tingkah laku
Status Sosial Ekonomi
Motivasi Belajar
4. Ciri Individu – Disposisi
Pekerjaan Orang Tua
Jenis pekerjaan yang diminati
5. Prakondisi  - Akibat (hasil)
Fasilitas Kredit Usaha Mikro
Perkembangan Usaha Mikro
6. Cara  - Tujuan
Metode Produksi
Produktivitas Kerja


Berbagai Hubungan Asimetris

1. Hubungan Asimetris Dua Variabel
       Hubungan antara dua jenis vaiabel (variabel bebas dan variabel terikat)  merupakan titik pangkal analisa dalam ilmu sosial.
Hubungan itu dapat berupa hubungan antara dua vaniabcl saja (hubungan bivariat) atau antara lebih dan dua variabel, biasanya antara satu variabel terpengaruh dan beberapa vaniabel pengaruh (hubungan multivariat).
a.       Hubungan Bivariat:
Variabel Pengaruh                                              Variabel Terpengaruh

             X                                                                          Y


b.      Hubungan Multivariat:
VariabeI Pengaruh                                               Variabel Terpengaruh


X1






 
X2                                                                        Y


 
X3


2.      Hubungan Asimetris Tiga Variabel

     Hubungan antara variabel yang biasanya terjadi adalah antara satu variabel terpengaruh dan beberapa variabel pengaruh (hubungan multivarat). Oleh karena itu,  Kesimpulan yang diperoleh dari hubungan anatara dua variabel harus dianggap sebagai kesimpulan sementara dan diinterpretasikan dengan hati-hati. Ada beberapa cara menguji hubungan antara dua variabel diantaranya : tabulasi silang, rumus chi kuadrat, korelasi dan regresi.
      Ada cara lain untuk memasukkan ke dalam analisa variabel tambahan yang mempengaruhi variabel terpengaruh dan variabel pengaruh. Pengaruh variabel ketiga atau keempat tersebut dapat “dikontrol” baik melalui sistem analisa maupun cara penentuan sampel. Dengan demikian peneliti dapat mengamati hubungan antara dua variabel tanpa gangguan variabel lain yang tidak diteliti. Menurut Rosenberg, seorang peneliti hanya perlu memperhatikan variabel kontrol dalam penelitiaannya. Jika dari perhitungan statistik ternyata variabel kontrol tersebut mempunyai kaitan baik dengan variabel terpengaruh maupuin dengan variabel pengaruh.
      Dalam analisis hubungan asimetris antara variabel pengaruh dan variabel terpengaruh, apabila peneliti tidak memasukkan variabel lain yang diduga mempengaruhi hubungan tersebut, maka dapat terjadi adanya variabel penekan, variabel pengganggu, variabel antara dan  variabel anteseden

a.       Variabel penekan dan pengganggu
Hubungan negatif yang terlihat dalam hubungan antara dua variabel tetap negatif setelah variabel ketiga dimasukkan. Dalam analisa fenomena sosial, hasilnya  tidak akan selalu demikian. Dari hasil analisa awal, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dua variabel. Tetapi ketika variabel kontrol dimasukkan, hubungan itu menjadi tampak. Dalam kasus seperti ini variabel kontrol disebut dengan variabel penekan (supprisor variable).
Sebagai contoh misalkan dalam suatu penelitian terdapat hipotesis bahwa semakin dekat rumah seorang penduduk dengan puskesmas, semakin besar kemungkinan ia mengunjungi puskesmas tersebut. Dari data di bawah ini bahwa tidak ada hubungan antara jarak dan kunjungan ke puskesmas. Persentase penduduk desa A mengunjungi puskesmas memang lebih tinggi dari desa B dan C, tetapi persentase penduduk desa B yang mengunjungi puskesmas lebih rendah dibanding dari desa C padahal desa C lebih jauh dari desa B.

Jarak desa ke klinik
Desa

Pendidikan (tahun)

Jumlah


0
1-6
7+

< 1 km
Desa A
56
64
66
186
1 - < 3 km
Desa B
47
51
55
153
3 km +
Desa C
34
47
75
156

Untuk menguji apakah jarak memang tidak mempunyai hubungan dengan kunjungan, dimasukkanlah variabel pendidikan sebagai kontrol. Ternyata bahwa apabila pendidikan dikontrol, jarak jelas mempunyai hubungan dengan kunjungan ke puskesmas. Makin jauh letak suatu desa dari puskesmas, semakin rendah persentase penduduknya yang ber-kunjung ke puskesmas tersebut. Yang mengaburkan hubungan antara kedua variabel tersebut adalah persentase yang tinggi dari kelompok yang berpendidikan 7 tahun ke atas di desa C yang jauh yang sudah mengunjungi puskesmas, karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa variabel pendidikan mengaburkan hubungan antara jarak dan kunjungan puskes-mas. Dengan kata lain, variabel pendidikan “menekan” hubungan tersebut sehingga tidak tampak.


Variabel terpengaruh
(Kunjungan ke Puskesmas)
 
Variabel pengaruh
(Jarak Rumah)
 
           
                                                                (-)
           
           
                                    (+)                               (+)                  


Variabel penekan
  (Pendidikan)
 
 



Apabila dalam analisis awal menunjukkan ada hubungan positif antara dua  variabel, tetapi  apabila dimasuk variabel ketiga menyebabkan  hubungan antara dua variabel tersebut  dapat menjadi tidak nampak atau hubungannya menjadi negatif.  Dalam kasus ini variabel ketiga tersebut menjadi pengganggu (distorter variable).







Variabel terpengaruh
(Sikap thp Program KB)
 

Variabel pengaruh
(Status Sosial)
 

 
           
                                                                (+)
           
           
                                    (+)                               (+)                  
Variabel pengganggu
  (Status Kepegawaian)
 
                       
     


Misalnya peneliti menguji hipotesis yang menyatakan :”Masyarakat kelas sosial tinggi umumnya lebih kritis daripada kelas sosial rendah, sehingga lebih banyak diantaranya kurang setuju dengan program keluarga berencana”. Hasil analisis awal  menunjukkan yang sebaliknya, yaitu 62% dari mayarakat dari kelas sosial tinggi setuju denga program KB. Masyarakat yang kritis tentu tidak puas dengan kesimpulan tersebut. Ternyata apabila peneliti memasukkan variabel ketiga  (Status kepegawaian) sebagai variabel kontrol dalam analisisnya hubungan kedua variabel di atas menjadi tidak nampak atau menjadi negatif. Dari hasil analisis terakhir menunjukkan status sosial tinggi yang setuju program KB kebanyakan dari Pegawai Negeri.
        
b. Variabel Antara/ Intervening Variable
    Untuk menentukan rangkaian/ urutan sebab-akibat suatu fenomena bukan pekerjaan yang mudah. Peneliti perlu melakukan suatu pengamatan, kerangka berpikir, dan kajian teori yang cermat. Namun demikian bukan tidak mungkin ketika menentukan hubungan sebab-akibat antara dua variabel ternyata ada suatu variabel lain yang sebenarnya berada di antara dua variabel tersebut tetapi tidak dimasukkan dalam analisis. Akibatnya ketika variabel lain tersebut dimasukkan dalam analisis maka hubungan statistik antara dua variabel yang semula nampak menjadi lemah atau lenyap sama sekali.      
      Berikut contoh variabel pengaruh, variabel terpengaruh dan variabel antara:

Variabel antara:
Integrasi dlm masyarakat
 
                                                           
           



           





Variabel pengaruh:
Agama

 

Variabel terpengaruh:
Bunuh diri

 
 


           



 c. Variabel anteseden

            Variabel anteseden mempunyai kesamaan dengan variabel antara yakni merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal antar variabel. Perbedaannya, variabel antara berada di antara variabel pokok, sedangkan             variabel anteseden mendahului variabel pengaruh. Berikut contoh variabel pengaruh, variabel terpengaruh dan variabel anteseden:


Variabel terpengaru:
Pengetahuan politik

Jumlah Keugian
 
Variabel
Pengaruh:
Pendidikan

Jumlah Penolong
 
  Variabel anteseden:
Status social ekonomi orang tua
Skala Kebakaran
 
p           







 





      Untuk dapat diterima sebagai variabel anteseden, tiga persyaratan harus dipenuhi :
            1)   Ketiga variabel harus saling berhubungan
            2)  Variabel   anteseden   tidak   mempengaruhi   hubungan   antara   kedua  
                  variabel pokok
        3) Apabila variabel pengaruh dikontrol, hubungan  antara   anteseden  dan
variabel terpengaruh harus   lenyap.


      Kesimpulan
      Tugas seorang peneliti adalah untuk mencari hubungan-hubungan yang menarik dan penting, yang dapat menerangkan masalah yang diamati. Kemudian hubungan tersebut dikaitkan dengan teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dan dirumuskana dalam bentuk hipotesis. Meskipun realita dan hubungan sosial cukup kompleks sifatnya, salah satu tujuan pokok dari penelitian dan survei sosial adalah penggolongan dan penyederhanaan hubungan sosial agar mudah dimengerti.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda disini