BAB 4
VARIABEL PENELITIAN
A. Pengertian Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Setelah
menge-mukakan beberapa proporsi berdasarkan konsep dan teori tertentu, peneliti
perlu menentukan variabel-variabel penelitian dan selanjutnya merumuskan
hipotesis berdasarkan hubungan antar variabel. Fenomena sosial dapat dijelaskan dan diramalkan apabila hubungan antar
variabel tertentu telah diketahui. Penentuan variabel penelitian yang dapat
diukur dan perumusan hubungan antara variabel adalah dua langkah yang sangat
penting dalam penelitian sosial.
Karena variabel mempunyai
kaitan yang sangat erat dengan teori, maka lebih dahulu perlu dikemukakan
secara singkat apa yang disebut teori. Teori adalah “serangkaian konsep,
definisi dan proposisi yang saling berkaitan dengan bertujuan untuk memberikan
gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena”. Gambaran yang sistematis itu
dijabarkan dengan menghubungkan variabel yang satu dengan yang lainnya dengan
tujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut. Contoh konsep-konsep pokok dalam
penelitian sosial adalah pendidikan, status sosial-ekonomi, agama, mobilitas,
fertilitas, morta-litas, aliansi, partisipasi, kriminalitas, dan status gizi.
Konsep-konsep ini dijabarkan dalam bentuk variabel, seperti : tingkat
pendidikan (tahun sekolah), tingkat pendapatan, tingkat migrasi, jumlah anak
lahir hidup, dan sebagainya.
Pengertian variabel dapat
dijelaskan dengan contoh berikut. Misalnya kita menampilkan dua tokoh dan memperhatikan ciri-ciri mereka.
Satu di antaranya buruh laki-laki yang sudah tua, bertubuh pendek dan mempunyai
penghasilan yang rendah. Tokoh yang lainnya seorang wanita muda, ia seorang
majikan, berpenghasilan tinggi, dan bertubuh jangkung. Semua yang menandai
kedua tokoh ini (laki-laki, wanita, buruh, majikan, tua, muda, peng-hasilan
rendah, dan penghasilan tinggi) kita sebut “atribut”. Atribut laki-laki dan
wanita dikelompokkan menjadi variabel seks (jenis kelamin), atribut tua dan
muda dikelompokkan menjadi variabel usia (umur).
Salah satu ciri pokoknya,
variabel dapat berbentuk variabel diskrit (discrete
variable) atau variabel bersambungan (continous
variable). Secara harafiah, diskrit berarti tidak mempunyai pecahan (utuh).
Jumlah anak dalam satu keluarga adalah variabel diskrit : dua, tiga atau empat
anak, dan tidak pernah 2,5 atau 2,6. Sebaliknya, variabel bersambungan dapat dinyatakan dalam angka pecahan :
seorang anak dapat mempunyai berat 22,36 kg dan tingginya 1,23 meter.
Contoh yang dikemukakan di
atas kiranya membantu menjelaskan per-bedaan prinsip antara kedua jenis
variabel tersebut, yaitu variabel diskrit hanya dapat dinyatakan dalam
satuan-satuan (satu, dua, lima) dan satuan-satuan itu tidak mungkin dibagi lagi
ke dalam unit yang lebih kecil. Dalam variabel bersambungan, di antara dua unit
ukuran, terdapat unit-unit ukuran lain yang secara teoritis tidak terhingga
jumlahnya. Perbedaan antara kedua jenis variabel ini dapat pula dinyatakan
sebagai berikut : variabel diskrit adalah hasil perhitungan, sedangkan variabel
bersambungan adalah hasil pengukuran. Kita menghitung jumlah anak, negara atau
perusahaan tetapi kita juga mengukur berat, tinggi dan luas.
Agar dapat dikelompokkan
menjadi satu variabel, dua atau lebih atribut tidak boleh “tumpang-tindih” (mutually exclusive). Atribut-atribut
dalam suatu variabel harus mencakup semua kemungkinan yang ada dalam suatu
variabel (exhaustive).
Semua cabang ilmu pengetahuan
mencari hubungan yang sistematis antara variabel. Dalam hal ini yang membedakan
ilmu sosial dan ilmu eksakta adalah variasi dalam hubungan-hubungan tersebut
menurut tempat atau lokasi dan urutan waktu. Dalam ilmu sosial, suatu korelasi
yang erat antara dua variabel yang ditemukan di satu daerah atau negara tidak
tentu berlaku untuk daerah atau negara lain. Korelasi tersebut juga tidak
selalu terlihat pada dua waktu yang berlainan pada tempat yang sama,
lebih-lebih pada masyarakat dimana keadaan sosial ekonomi berubah dengan pesat.
B.
Jenis-jenis variabel
Variabel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Bebas/Exogen, Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, atau
prediktor. Variabel bebas adalah variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen.
2. Variabel Dependen/Indogen, variabel ini sering disebut sebagai variabel terikat.Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variable bebas. Suatu variabel tertentu dapat sekaligus menjadi variabel bebas
dan variabel terikat apabila dihubungkan dengan dua variabel (atau lebih) yang
berbeda.
3. Variabel moderator, adalah variabel yang
mempengaruhi hubungan antara variabel-variabel lain. Dalam hal ini memperkuat
atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel
ini sering disebut sebagai variabel bebas kedua.
4. Variabel intervening,
adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi variabel terikat, yaitu
terjadi setelah variabel bebas dan sebelum terjadi variabel terikat, tetapi
tidak sedang diukur dan diamati pengaruhnya. Variabel intevening merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan
kausal antar variabel. Variabel antara terletak di antara variabel bebas dan
variabel terikat.
5. Variabel anteseden. Variabel ini mempunyai
kesamaan dengan variabel antara yakni merupakan hasil yang lebih mendalam dari
penelusuran hubungan kausal antar variabel. Perbedaannya, variabel antara berada
di antara variabel pokok, sedangkan variabel
anteseden mendahului variabel bebas.
6. Variabel penekan, adalah apabila dari hasil
analisa awal disimpulkan tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat, tetapi ketika variabel ketiga dimasukkan ternyata hubungan itu menjadi tampak. Dalam kasus ini
variabel ketiga tersebut menjadi penekan (supprissor
variable).
7. Variabel pengganggu adalah kebalikan dari variabel penekan, apabila
dalam analisis awal menunjukkan ada hubungan positif antara variabel bebas dan variabel terikat, tetapi apabila dimasuk variabel ketiga ternyata
hubungan antara dua variabel tersebut
menjadi tidak nampak atau hubungannya menjadi negatif. Dalam kasus ini variabel ketiga tersebut
menjadi pengganggu (distorter variable).
8. Variabel kontrol, adalah variabel yang
dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar (variable lain) yang tidak
diteliti. Variabel ini biasanya digunakan dalam penelitian yang sifatnya
membandingkan.
Penentuan mana variabel bebas
dan mana variabel terikat dalam beberapa hal tidak mudah dilaksanakan. Namun
dengan studi yang cermat, diskusi yang seksama, berbagai pertimbangan,
kewajaran masalah yang dihadapi dan pengalaman akan membantu memudahkan
penentuan. Di samping itu variabel yang mudah didapat atau tersedia sering dapat
digolongkan kedalam variabel bebas
dan variabel terikat. Untuk keperluan analisis, variabel bebas
dinyatakan dengan simbul X atau X1, X2, ..... , Xk untuk variabel bebas yang jumlahnya lebih dari
satu.), sedangkan variabel terikat dinyatakan dengan simbul Y
Berdasar sifat nilainya, variabel
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Variabel kategorik (diskrit), yaitu variabel yang dibagi menjadi golongan-golongan atau kategori- kategori dengan ciri-ciri
tertentu untuk setiap golongan atau kategori. Contoh variabel diskrit:
jenis kelamin, suku bangsa, pangkat, dan pendidikan.
b.
Variabel kontinu, yaitu variabel yang
dapat mengambil nilai pecahan sehingga antara dua nilai bulat yang berdekatan
tidak terputus tetapi masih ada nilai-nilai lain secara bersambung. Contoh
variabel kontinu: tinggi, panjang, jarak, berat, dan suhu udara.
Berdasarkan dapat tidaknya dimanipulasi, variabel
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Variabel
aktif (variabel non subjek) adalah variabel yang dapat dimanipulasi (dikendalikan)
seperti temperatur ruangan, frekwensi kekerasan dalam acara televisi.
b. Variabel atribut (variabel subjek)
adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi yaitu peneliti tidak dapat melakukan perubahan yang
menyangkut variabel pada subjek penelitian, seperti umur, tingkat kecerdasan
dan status sosial.
C.
Jenis-jenis Hubungan antar Variabel
Ada tiga jenis hubungan antar variabel:
1. Hubungan simetris
Yaitu adanya hubungan antar variabel di mana yang satu tidak
disebabkan atau dipengaruhi oleh yang lainnya. Terdapat empat kelompok
hubungan simetris :
a. Kedua variabel merupakan indikator
untuk konsep yang sama
Jantung yang berdenyut semakin
cepat sering dibarengi keluarnya keringat tanda kecemasan, tetapi tidak dapat
dikatakan jantung yang berdebar cepat menyebabkan tangan berkeringat. Jumlah
anak lahir hidup dan tingkat kelahiran kasar (crude birth rate) adalah dua indikator dari konsep fertilitas.
b. Kedua variabel merupakan akibat
dari faktor yang sama
Pada suatu negara meningkatnya pelayanan kesehatan
dibarengi pula dengan bertambahnya jumlah pesawat udara. Kedua variabel tidak
saling mempengaruhi, tetapi keduanya merupakan akibat dan peningkatan
pendapatan.
c. Kedua variabel saling berkaitan secara
fungsional, di mana satu berada yang lainnya pun pasti di sana. Di mana ada
guru di sana ada murid, di mana ada majikan di sana ada buruh.
d. Hubungan yang kebetulan semata. Seorang
bayi yang sakit diperiksa oleh kepala suku lalu langsung sehat. Berdasarkan kepercayaan, kedua peristiwa dapat
dianggap berkaitan, tetapi dalam penelitian
empiris tidak dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut langsung sehat karena diperiksa
oleh kepala suku.
2. Hubungan timbal balik (reciprocal)
Hubungan timbal-balik adalah hubungan di mana
suatu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel lainnya. Perlu diketahui bahwa hubungan
timbal-balik bukanlah hubungan, di mana
tidak dapat ditentukan variabel
yang menjadi sebab dan variabel yang menjadi
akibat. Yang dimaksudkan ialah
apabila pada suatu waktu, variabel X
mempengaruhi variabel Y, pada waktu
lainnya variabel Y mempengaruhi
X. Sebagai contoh, penanaman modal
mendatangkan keuntungan dan pada gilirannya keuntungan akan memungkinkan penanaman modal. Dengan
demikian, variabel terpengaruh
dapat pula mcnjadi variabel pengaruh pada waktu lain.
3. Hubungan
Asimetris
Inti pokok analisis sosial terdapat dalam hubungan asimetris, di mana satu
variabel mempengaruhi variabel yang Iainnya. Berikut ini dijelaskan enam tipe
hubungan asimetris:
a. Hubungan
antara stimulus dan respons.
Hubungan seperti ini merupakan
salah satu tipe hubungan kausal dan umumnya diteliti dalam ilmu-ilmu eksakta,
psikologi dan pendidikan. Seorang insinyur pertanian melihat pengaruh pupuk
terhadap buah yang dihasilkan, seorang psikolog meneliti pengaruh kerasnya
musik terhadap tingkat konsentrasi, seorang pendidik meneliti pengaruh metode
mengajar tertentu terhadap prestasi belajar para siswa dan seorang ahli ekonomi
meneliti hubungan antara devaluasi nilai uang dengan peningkatan ekspor. Para
peneliti yang ingin mempelajari hubungan seperti ini kadang-kadang dihadapkan
pada apa yang disebut “prinsip selektivitas”. Contoh yang sederhana misalnya:
kelompok yang suka mendengarkan radio, ternyata lebih terbuka terhadap pengaruh
luar dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendengarkan. Yang dipersoalkan
oleh prinsip selektivitas adalah: apakah kelompok itu terbuka karena
mendengarkan radio, ataukah justru karena bersikap terbuka itulah mereka
mendengarkan radio.
Masalah ini dapat
diatasi apabila tcrdapat data dasar yang memperhatikan bahwa kcdua kelompok tadi sesungguhnya sama dalam
keterbukaan terhadap pcngaruh luar sebelum mendapat stimulus.
b. Hubungan antara disposisi dan respons,.
Yang
dimaksudkan dengan disposisi adalah kecenderungan untuk menunjukkan respons
tertentu dalam situasi tertcntu. Berbeda dengan stimulus yang datang dari luar,
disposisi “berada” dalam diri seseorang, misalnya sikap kebiasaan, nilai,
dorongan, kemampuan dan sebagainya. Suatu respons sering diukur dengan mengamati
tingkah laku seseorang, misalnya pemakaian kontrasepsi, migrasi, perilaku
inovasi atau perilaku politik. Dalam ilmu sosial contoh-contoh penelitian
hubungan disposisi dan respons terdapat pada studi sikap dan tingkah laku. Misalnya
hubungan antara kepercayaan seseorang dengan kecenderungan memakai obat
tradisional, sikap terhadap pemerintah dan perilaku atau keinginan bekerja dan
frekuensi mencari pekerjaan.
c. Hubungan antara ciri individu dan disposisi
atau tingkah laku
Yang dimaksudkan dengan ciri adalah
sifat individu yang relatif tidak berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan
seperti seks, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain-lain.
d. Hubungan antara
prakondisi yang perlu dengan akibat tertentu
Agar warga negara dapat menyatakan
perasaan hatinya dengan jujur diperlukan jaminan pemerintah untuk melindungi
kebebasan pers. Agar pedagang kecil dapat mcmperluas usahanya diperlukan antara
lain persyaratan pinjaman bank yang lunak. Agar kegemaran membaca siswa bertambah luas, pemerintah memberikan
kemudahan mendapatkan buku murah.
f. Hubungan
yang imanen antara dua variabel.
Dalam hubungan tersebut, kedua
variabel terjalin satu sama lain; apabila variabel yang satu berubah maka variabel
yang lain ikut berubah. Misalnya hubungan antara semakin besarnya suatu
organisasi dengan semakin rumitnya peraturan yang ada. Administrasi yang rumit
tidak disebabkan besarnya organisasi melainkan ciri dasar dari suatu organisasi
besar adalah administrasi yang rumit.
g. Hubungan
antara tujuan (ends) dan cara (means),
Dalam ilmu sosial yang berminat
meneliti hubungan seperti ini cukup banyak jumlahnya. Sebagai contoh dapat
dikemukakan di sini studi
yang studi yang meneliti hubungan
antara kerja keras dan keberhasilan, jumlah jam belajar dan nilai ujian yang diperoleh, atau besarnya
penanaman modal dan keuntungan.
Dalam Tabel berikut digambarkan berbagai contoh hubungan antara variabel menurut kategori-kategori di atas.
Jenis Hubungan
|
Hubungan antar Variabel
|
|
|
Variabel Pengaruh |
Variabel Terpengaruh |
1. Stimulus –
Respons |
Dosis Nitrogen |
Hasil Panen |
2. Disposisi –
Respons |
Intensitas
seminar Bisnis |
Implementasi
konsep bisnis |
3. Ciri
individu – Tingkah laku |
Status Sosial Ekonomi |
Motivasi Belajar |
4. Ciri
Individu – Disposisi |
Pekerjaan
Orang Tua |
Jenis
pekerjaan yang diminati |
5.
Prakondisi - Akibat (hasil) |
Fasilitas
Kredit Usaha Mikro |
Perkembangan
Usaha Mikro |
6. Cara - Tujuan |
Metode
Produksi |
Produktivitas
Kerja |
Berbagai Hubungan Asimetris
1.
Hubungan Asimetris Dua Variabel
Hubungan antara dua jenis vaiabel
(variabel bebas dan variabel terikat) merupakan titik pangkal analisa dalam ilmu
sosial.
Hubungan itu dapat berupa hubungan antara dua vaniabcl saja (hubungan bivariat) atau antara lebih dan dua variabel, biasanya antara satu variabel terpengaruh dan beberapa vaniabel pengaruh (hubungan multivariat).
Hubungan itu dapat berupa hubungan antara dua vaniabcl saja (hubungan bivariat) atau antara lebih dan dua variabel, biasanya antara satu variabel terpengaruh dan beberapa vaniabel pengaruh (hubungan multivariat).
a.
Hubungan
Bivariat:
Variabel Pengaruh Variabel
Terpengaruh X Y
b. Hubungan Multivariat:
VariabeI Pengaruh Variabel
Terpengaruh
X1
X2
Y
X3
2.
Hubungan Asimetris Tiga Variabel
Hubungan
antara variabel yang biasanya terjadi adalah antara satu variabel terpengaruh
dan beberapa variabel pengaruh (hubungan multivarat). Oleh karena itu, Kesimpulan yang diperoleh dari hubungan
anatara dua variabel harus dianggap sebagai kesimpulan sementara dan
diinterpretasikan dengan hati-hati. Ada beberapa cara menguji hubungan antara
dua variabel diantaranya : tabulasi silang, rumus chi kuadrat, korelasi dan
regresi.
Ada cara lain untuk memasukkan
ke dalam analisa variabel tambahan yang mempengaruhi variabel terpengaruh dan
variabel pengaruh. Pengaruh variabel ketiga atau keempat tersebut dapat
“dikontrol” baik melalui sistem analisa maupun cara penentuan sampel. Dengan
demikian peneliti dapat mengamati hubungan antara dua variabel tanpa gangguan
variabel lain yang tidak diteliti. Menurut Rosenberg, seorang peneliti hanya perlu
memperhatikan variabel kontrol dalam penelitiaannya. Jika dari perhitungan
statistik ternyata variabel kontrol tersebut mempunyai kaitan baik dengan variabel
terpengaruh maupuin dengan variabel pengaruh.
Dalam analisis
hubungan asimetris antara variabel pengaruh dan variabel terpengaruh, apabila
peneliti tidak memasukkan variabel lain yang diduga mempengaruhi hubungan
tersebut, maka dapat terjadi adanya variabel penekan, variabel pengganggu,
variabel antara dan variabel anteseden
a. Variabel penekan dan pengganggu
Hubungan negatif yang
terlihat dalam hubungan antara dua variabel tetap negatif setelah variabel
ketiga dimasukkan. Dalam analisa fenomena sosial, hasilnya tidak akan selalu demikian. Dari hasil
analisa awal, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dua variabel.
Tetapi ketika variabel kontrol dimasukkan, hubungan itu menjadi tampak. Dalam
kasus seperti ini variabel kontrol disebut dengan variabel penekan (supprisor variable).
Sebagai contoh misalkan dalam
suatu penelitian terdapat hipotesis bahwa semakin dekat rumah seorang penduduk
dengan puskesmas, semakin besar kemungkinan ia mengunjungi puskesmas tersebut. Dari
data di bawah ini bahwa tidak ada hubungan antara jarak dan kunjungan ke
puskesmas. Persentase penduduk desa A mengunjungi puskesmas memang lebih tinggi
dari desa B dan C, tetapi persentase penduduk desa B yang mengunjungi puskesmas
lebih rendah dibanding dari desa C padahal desa C lebih jauh dari desa B.
Jarak desa ke klinik
|
Desa
|
|
Pendidikan (tahun)
|
|
Jumlah
|
|
|
0
|
1-6
|
7+
|
|
<
1 km
|
Desa
A
|
56
|
64
|
66
|
186
|
1
- < 3 km
|
Desa
B
|
47
|
51
|
55
|
153
|
3
km +
|
Desa
C
|
34
|
47
|
75
|
156
|
Untuk menguji apakah jarak memang tidak mempunyai hubungan dengan
kunjungan, dimasukkanlah variabel pendidikan sebagai kontrol. Ternyata bahwa apabila pendidikan dikontrol, jarak
jelas mempunyai hubungan dengan kunjungan ke puskesmas. Makin jauh letak suatu
desa dari puskesmas, semakin rendah persentase penduduknya yang ber-kunjung ke
puskesmas tersebut. Yang mengaburkan hubungan antara kedua variabel tersebut
adalah persentase yang tinggi dari kelompok yang berpendidikan 7 tahun ke atas
di desa C yang jauh yang sudah mengunjungi puskesmas, karena itu dapat diambil
kesimpulan bahwa variabel pendidikan mengaburkan hubungan antara jarak dan
kunjungan puskes-mas. Dengan kata lain, variabel pendidikan “menekan” hubungan
tersebut sehingga tidak tampak.
|
|
(-)
(+) (+)
|
Apabila dalam analisis awal menunjukkan ada hubungan positif antara dua variabel, tetapi apabila dimasuk variabel ketiga menyebabkan hubungan antara dua variabel tersebut dapat menjadi tidak nampak atau hubungannya
menjadi negatif. Dalam kasus ini
variabel ketiga tersebut menjadi pengganggu (distorter
variable).
|
||||
|
||||
(+)
(+) (+)
|
Misalnya peneliti menguji hipotesis yang
menyatakan :”Masyarakat kelas sosial tinggi umumnya lebih kritis daripada kelas
sosial rendah, sehingga lebih banyak diantaranya kurang setuju dengan program
keluarga berencana”. Hasil analisis awal
menunjukkan yang sebaliknya, yaitu 62% dari mayarakat dari kelas sosial
tinggi setuju denga program KB. Masyarakat yang kritis tentu tidak puas dengan
kesimpulan tersebut. Ternyata apabila peneliti memasukkan variabel ketiga (Status kepegawaian) sebagai variabel kontrol
dalam analisisnya hubungan kedua variabel di atas menjadi tidak nampak atau
menjadi negatif. Dari hasil analisis terakhir menunjukkan status sosial tinggi
yang setuju program KB kebanyakan dari Pegawai Negeri.
b. Variabel Antara/ Intervening Variable
Untuk menentukan rangkaian/ urutan
sebab-akibat suatu fenomena bukan pekerjaan yang mudah. Peneliti perlu
melakukan suatu pengamatan, kerangka berpikir, dan kajian teori yang cermat. Namun
demikian bukan tidak mungkin ketika menentukan hubungan sebab-akibat antara dua
variabel ternyata ada suatu variabel lain yang sebenarnya berada di antara dua
variabel tersebut tetapi tidak dimasukkan dalam analisis. Akibatnya ketika
variabel lain tersebut dimasukkan dalam analisis maka hubungan statistik antara
dua variabel yang semula nampak menjadi lemah atau lenyap sama sekali.
Berikut contoh variabel pengaruh,
variabel terpengaruh dan variabel antara:
|
|
|
c. Variabel anteseden
Variabel anteseden mempunyai kesamaan dengan variabel
antara yakni merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan
kausal antar variabel. Perbedaannya, variabel antara berada di antara variabel
pokok, sedangkan variabel
anteseden mendahului variabel pengaruh. Berikut contoh variabel pengaruh,
variabel terpengaruh dan variabel anteseden:
|
|
|
Untuk dapat diterima sebagai variabel anteseden, tiga
persyaratan harus dipenuhi :
1) Ketiga variabel harus saling berhubungan
2) Variabel anteseden tidak mempengaruhi hubungan antara kedua
variabel pokok
3)
Apabila variabel pengaruh dikontrol, hubungan antara anteseden dan
variabel terpengaruh harus lenyap.
Kesimpulan
Tugas seorang peneliti
adalah untuk mencari hubungan-hubungan yang menarik dan penting, yang dapat
menerangkan masalah yang diamati. Kemudian hubungan tersebut dikaitkan dengan
teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dan dirumuskana dalam bentuk
hipotesis. Meskipun realita dan hubungan sosial cukup kompleks sifatnya, salah
satu tujuan pokok dari penelitian dan survei sosial adalah penggolongan dan
penyederhanaan hubungan sosial agar mudah dimengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar anda disini