Rabu, 02 Oktober 2013

BAHAN KULIAH



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan dalam pembelajaran akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Indikator rendahnya pemahaman siswa adalah tingkat pencapaian prestasi belajar yang belum memenuhi kriteria ketutansan minimal (KKM) yang ditetapkan. Ada beberapa kemungkinan penyebab rendahnya pemahaman siswa tersebut, di antaranya adalah tingkat keseriusan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, tingkat kesulitan materi pelajaran, permasalahan internal dari siswa sendiri, dan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan guru. Di antara beberapa alternatif tersebut, faktor yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran yaitu pemilihan metode pembelajaran yang digunakan guru.
Proses pembelajaran akuntansi yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan sampai saat ini cenderung berpusat pada guru. Guru berperan aktif dalam proses pembelajaran dan siswa mendengarkan atau mencatat. Kondisi tersebut berdampak kondisi kelas tidak kondisif dalam proses pembelajaran. Antusiasme siswa dalam proses pembelajaran cenderung rendah. Rendahnya antusiasme siswa tampak dari kegiatan siswa selama proses pembelajaran di kelas, seperti: tidak memperhatikan penjelasan dari guru, tidak berkesempatan terlibat dalam proses pembelajaran, dan melakukan aktivitas yang dapat menggangu proses pembelajaran. Dampaknya, tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran akuntansi pada umumnya belum sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam memberikan pembelajaran di kelas guru diharapkan melakukan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang tepat sesuai materi pembelajaran, tujuan dan situasi pembelajaran di kelas. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dipilih guru pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2009) pembelajaran kooperatif adalah metode atau model dimana siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan kelompok. Penggunaan model pembelajaran koopertif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa, karena dengan model pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk saling berdiskusi dalam kelompok-kelompok yang sudah dibentuk. Di sini siswa dapat menunjukkan keaktivannya dan rasa tanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan dalam kelompoknya.
Sesuai dengan rancangan model pembelajaran kooperatif pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi akan diadakan empat kali pertemuan. Dari empat kali pertemuan tersebut penerapan model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan alokasi sebagai berikut: pertemuan ke-1 (2 x 45 menit), pertemuan ke-2 (3 x 45 menit), pertemuan ke-3 (2 x 45 menit) dan pertemuan ke-4 (3 x 45 menit) sehingga model kooperatif yang digunakan ialah Think Pair Share (TPS)  dan Coure Review Horay (CRH). Arrends (1997), menyatakan bahwa  Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Di dalam metode Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu di dalam diskusi tentang materi dasar-dasar akuntansi. Model pembelajaran kooperatif selanjutnya ialah Coure Review Horay. Coure Review Horay merupakan model pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas proposal ini dimaksudkan untuk memaparkan “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif pada Kompetensi Dasar Memahami Dasar-dasar Akuntansi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas X SMK Akuntansi”.
B.     Batasan  Masalah
Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai model pembelajaran yang tepat untuk dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam proposal ini akan dipaparkan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Think Pair Share dan Coure Review Horay. Rancangan penerapan model tersebut diarahkan untuk meningkatkan pemahaman siswa di dalam proses pembelajaran pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah: bagaimana rancangan implementasi  model pembelajaran kooperatif pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas X SMK Akuntansi? 

D.    Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana meningkatkan pemahaman siswa pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas X SMK Akuntansi.

E.     Manfaat Penulisan Makalah
1.         Manfaat bagi peserta didik
Peserta didik diharapkan akan lebih memahami materi pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap dasar-dasar akuntansi.
2.         Manfaat bagi guru
Meningkatkan wawasan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran kooperatif yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal demikian agar dicapai perbaikan mutu pembelajaran yang bermakna pada peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
3.         Manfaat bagi sekolah
Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan guru lain dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif sehingga berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.
4.         Manfaat bagi peneliti
Makalah ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang rancangan implementasi  model pembelajaran kooperatif pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas X SMK Akuntansi
5.         Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Makalah ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif sehingga dari waktu ke waktu proses pembejaran dan hasil penelitian menjadi semakin baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1.         Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan jenis penelitian yang dilakukan guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Menurut Suharsimi (Daryanto, 2011:3), PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata “penelitian, tindakan, dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkempentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran dari seorang guru yang sama.
Menurut Susilo (2007: 17), pengertian PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Menurut Carr dan Kemmis (Daryanto, 2011:4),  PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaikai rasionalitas dan kebenaran. dari: (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik tersebut, (c) situasi-situasi (lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan. Menurut Reason & Breadbury, (Kusnandar, 2008:44), penelitian tindakan kelas adalah proses partisipatori, demokratis yang berkenaan dengan pengembangan pengetahuan praktis untuk mencapai tujuan-tujuan mulia manusia, berdasarkan pandangan dunia partisipori yang muncul pada momentum histori sekarang ini.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan guru untuk mengamati suatu permasalahan pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan aturan metodologi tertentu guna memperoleh data atau informasi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

2.         Karakteristik dan Tujuan PTK
Menurut Kusnandar (2008:58-63), ada beberapa karakteristik dan tujuan PTK. Karakteristik PTK, sebagai berikut:
1)        On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan tanggung jawab peneliti). Dengan demikian, PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar dikelas.
2)        Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses pembelajarannya.
3)        Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). PTK dilaksanakan dalam kerangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru di kelasnya.
4)        Ciclic (siklus). Konsep tindakan dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical)
5)        Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.
6)        Pengkajian terhadap dampak tindakan. Dampak tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan peserta didik.
7)        Specifics contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelas.
8)        Partisipatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kaloboratif dan bermitra dengan baik dengan pihak lain, seperti teman sejawat.
9)        Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan revisi.
10)    Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus terdiri dari tahappan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.

Sedangkan tujuan dari PTK adalah sebagai berikut; (Kusnandar, 2008:63-64)

1)        Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan guru.
2)        Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
3)        Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran
4)        Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru.
5)        Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkerlanjutan.
6)        Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa.
7)        Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga pendidikan.
8)        Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah.
9)        Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan.


3.         Prinsip dan Manfaat PTK

Prinsip-prinsip PTK adalah sebagai berikut (Kusnandar, 2008:67):
1)        Tidak boleh mengganggu PBM dan tugas mengajar.
2)        Tidak boleh terlalu menyita waktu
3)        Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya.
4)        Masalah yang dikaji benar- benar ada dan dihadapi guru.
5)        Memegang etika kerja (meminta izin, membuat laporan dan lain-lain)
6)        PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar.
7)        PTK menjadi media guru untuk berpikir kritis dan sistematis.
8)        PTK menjadikan guru terbiasa melakukan aktivitas yang bernilai akademik dan ilmiah.
9)        PTK hendaknya dimulai dari permasalahan pembelajaran yang sederhana, konkrit, jelas dan tajam.
10)    Pengumpulan data atau informasi dalam PTK tidak boleh terlalu banyak menyita waktu dan terlalu rumit.

Menurut Daryanto (2011:6-7) dalam PTK ada tiga komponen yang menjadi sasaran utama PTK, yaitu siswa/pembelajaran, guru, dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima manfaat dari PTK.
a.         Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep, dan lain- lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan dan menarik. Selain itu PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilakukan guru dapat menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan prestasinya.

b.        Manfaat bagi guru
Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain;
1)        Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melaui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
2)        Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerja secara profesional.
3)        Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
4)        Dengan PTK, guru akan merasa percaya diri.

c.         Manfaat bagi sekolah
Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang sangat besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.

B.     Model Pembelajaran Kooperatif
1.         Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Usaha-usaha guru dalam melakasanakan kegiatan pembelajaran di kelas merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta model pembelajaran yang mendukung merupakan suatu perhatian yang harus diutamakan oleh guru.
Menurut Agus Suprijono (2009:45), model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Menurut Arends (Agus Suprijono, 2009:46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di  dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Menurut Sanjaya (2008:242), pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempumyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Artzt & Newman (1990) (Trianto, 2009: 56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Suprijono (2010:54), pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

2.         Prinsip Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2008:246), prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1)   Prinsip ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
2)   Tanggung jawab perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
3)   Interaksi tatap muka
Pembelajaran kooperatif memiliki ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan.
4)   Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan dimasyarakat kelak. Oleh karena itu, sebelum melakukan kooperatif guru perlu membekali siswa dengan kemampuan komunikasi.

Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif (Sanjaya, 2008:244-246), adalah sebagai berikut;
1)    Pembelajaran secara tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus membuat setiap kelompok belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2)    Didasarkan pada manajemen kooperatif
Fungsi dalam pembelajaran kooperatif meliputi fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol.
3)    Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelaran kooperatif.
4)    Keterampilan bekerja sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemuadian dipraktikan melalui aktiviatas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.
Menurut Anita Lie (2007:32), pembelajaran cooperative learning memiliki lima karakteristik khusus, yaitu :
1)   Saling ketergantungan.
2)   Tanggung jawab perseorangan.
3)   Tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
4)   Komunikasi antar kelompok.
5)   Evaluasi komunikasi kelompok.

3.         Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Di awal sudah dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan kelompok yang menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok. Johson & Johson, (1994) (Trianto, 2009:57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell & Descamps, (1992) (Trianto, 2009:57) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan kerja sama dan kaloborasi, dan juga keterampilan-keterampilan tanya jawab (Ibrahim, dkk, 2009: 9).

C.    Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)
1.         Pengertian Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto, 2009:81). Menurut Kagan (Egen & Kauchak, 2012:134), think pair share adalah strategi kerja kelompok yang meminta siswa individual di dalam pasangan belajar untuk pertama-tama menjawab pertanyaan dari guru dan kemudian berbagi jawaban itu dengan seorang rekan. Arends (Trianto, 2009:81), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Guru memilih menggunakan think pair share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.
2.         Langkah - langkah Pembelajaran TPS
Menurut Trianto (2009:133) langkah-langkah dalam melaksanakan think pair share adalah sebagai berikut;
a.         Langkah 1: Berpikir
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pembelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawab atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
b.        Langkah 2: Berpasangan
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c.         Langkah 3: Berbagi
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
          Sedangkan menurut Miftahul Huda dalam bukunya Cooperatif Learning (2011:136-137) menuliskan prosedur TPS adalah sebagai berikut;
a.         Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat anggota/siswa.
b.        Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.
c.         Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.
d.        Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
e.         Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.

D.    Model Pembelajaran Kooperatif Course Review Horay (CRH)
1.         Pengertian Pembelajaran Kooperatif Course Review Horay (CRH)
Dalam proses pembelajaran di kelas guru dapat memberikan pembelajaran  dengan mengemas proses pembelajaran tersebut secara menarik dan menyenangkan. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dapat menjadikan siswa lebih antusias untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif yang menarik dan menyenangkan yang dapat digunakan antara lain adalah Course Review Horay (CRH). 
Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak ’hore!’ atau yel-yel lainnya yang disukai. (http://weblogask.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-course-review horay.html) Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “hore” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Course review horay dapat mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan pada pemahaman materi yang diberikan oleh guru dengan menyelesaikan soal-soal. Dalam aplikasinya CRH tidak hanya membuat siswa untuk belajar keterampilan dan isi akademik. Namun, dapat melatih siswa untuk mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya berkaitan dengan pemahaman siswa terhadap materi sehingga pada akhirnya mempengaruhi prestasi akademik siswa.


2.         Langkah-langkah CRH
Langkah-langkah model pembelajaran Course Review Horay sebagai berikut;
1)    Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2)    Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3)    Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4)    Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
5)    Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
6)    Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
7)    Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8)    Penutup

E.     Mata Pelajaran Akuntansi
Mata pelajaran akuntansi bukanlah suatu pelajaran yang sulit tetapi juga bukan pelajaran cerdas-tangkas. Akuntansi merupakan pelajaran yang menuntut penalaran dalam pencatattanya. Dari segi istilah, kata akuntansi berasal dari kata bahasa inggris  to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan. Kata akuntansi sebenarnya diserap dari accounntary yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akuntan atau bersangkutan dengan hal-hal  yang dikerjakan oleh akuntan dalam menjalankan profesinya (Suwardjono, 2002: 4).
Menurut Hendi Somantri (2007:19) pengertian akuntansi dapat dilihat dari 2 (dua) sudut pandang yaitu:
a.    Fungsi dan kegunaan
Akuntansi merupakan aktivitas jasa yang berfungsi memberikan informasi kuantitatif mengenai kesatuan-kesatuan ekonomi terutama yang bersifat keuangan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
b.    Proses kegiatan
Akuntansi adalah seni mencatat, mengklasifikasi dan mengikhtisarkan transaksi-transaksi kejadian yang sekurang-kurangnya atau sebagaian bersifat keuangan dengan cara menginterpretasikan hasil-hasilnya.
Sedangkan definisi menurut Accounting Terminology Bulletin No. 1 yang diterbitkan oleh Accounting Principle Board (APB), (Suwardjono, 2002:5), akuntansi adalah seni, pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan penginterprestasianhasil proses tersebut.

F.     Pengertian Pemahaman
Pemahaman adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan (KBBI, 1993:636). Dalam hal ini pemahaman dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang diikuti hasil belajar sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran. Suharsimi (2009:118) menyatakan bahwa (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
http://pengertian5.blogspot.com/2012/07/pengertian-pemahaman.html. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
 
G.      Kerangka Teoritik
Dalam memberikan pembelajaran guru selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi akuntansi  pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi guru dapat menggunakan pembelajaran model kooperatif. Dengan  model pembelajaran kooperatif siswa di dalam kelas diajak untuk berkelompok dan berdiskusi dengan anggota-anggota kelompok untuk bersama-sama memahami atau memecahkan permasalahan yang ada dalam materi pelajaran yang diberikan guru.
Pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi, direncanakan akan diadakan 10 jam pertemuan sehingga membutuhkan empat kali pertemuan proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama guru akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Guru dalam menggunakan TPS dapat memvariasi sesuai jumlah siswa yang ada di dalam kelas. Pada TPS akan dibentuk kelompok yang berganggotakan lima siswa setiap kelompok. Pembagian kelompok dilakukan berdasarkan nilai hasil ujian siswa pada materi sebelumnya. Dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen. TPS diawali guru memberikan materi atau permasalahan terkait dengan materi pelajaran, siswa diberi kesempatan untuk memikirkan jawabannya, Selanjutnya siswa masuk dalam kelompok kecil yang sudah ditetapkan. Di dalam kelompok siswa akan mendiskusikan materi/permasalahan yang diberikan oleh guru dengan cara membagi jawaban mereka. Setelah siswa selesai diskusi dan mensharekan jawaban mereka, guru mengajak siswa untuk membahasnya dalam kelas.
Pada pertemuan kedua, guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (CRH). Pembelajaran Course Review Horay merupakan suatu pembelajaran dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep pada siswa dengan cara membuat permainan yang menarik dan menyenangkan sehingga para siswa merasa lebih tertarik terhadap pembelajaran yang berlangsung di kelas. Dalam menggunakan CRH di kelas, siswa dibentuk dalam beberapa kelompok. Kelompok tersebut adalah kelompok yang sudah terbentuk dalam tipe think pair share. Antar kelompok akan bersaing untuk menjawab soal yang telah dibacakan oleh guru. Salah satu kelompok yang dapat menjawab soal dengan benar maka kelompok tersebut akan menempelkan simbol kelompoknya pada media yang telah disiapkan oleh guru. CRH dapat divariasi oleh guru sehingga dalam pelaksanaannya dapat lebih menarik dan menyenangkan sehingga materi yang diberikan oleh guru akan lebih cepat dipahami siswa.
Pada pertemuan ketiga dan keempat akan diadakan perbaikan dari model yang telah digunakan dalam pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Dalam penerapan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan coure review horay, siswa akan menjadi lebih memahami materi pelajaran yang telah diberikan guru. Hal ini dikarenakan adanya perubahan dalam proses pembelajaran di kelas terkait dengan penggunaan model pembelajaran yang menarik. Selain itu setiap siswa dapat memiliki rasa tanggung jawab untuk bekerja dengan sebaik-baiknya bagi kelompok mereka sehingga mereka akan berusaha memahami materi yang didiskusikan dalam kelompok. Di dalam kelompok anggota yang belum paham akan dibantu oleh teman satu kelompoknya. Oleh karena itu penulis berkeyakinan bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif akan meningkatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

H.      Hipotesis Tindakan
Sesuai dengan kajian teori, maka dalam penelitian tindakan kelas ini diajukan hipotesis tindakan, yaitu  implementasi model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pemahaman pada materi memahami dasar-dasar akuntansi  siswa kelas X SMK Akuntansi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Implementasi model pembelajaran kooperatif pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas X SMK Akuntasi merupakan  Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Susilo (2007: 17), pengertian PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.

B.     Subjek Penelitian
1.    Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Tamansiswa Nanggulan tahun ajaran 2012/2013
2.    Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pemahaman siswa.

C.    Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SMK Tamansiswa Nanggulan, Nanggulan, Kulon Progo
2.    Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan selama dua minggu pada bulan Juli



D.    Prosedur Kegiatan PTK
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua tahapan yaitu kegiatan penelitian pendahuluan dan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Secara rinci kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan sebagai berikut:
1.    Kegiatan Pendahuluan
a.    Observasi awal
Kegiatan awal sebelum penelitian adalah melakukan observasi awal. Pada observasi awal ini berguna untuk mengetahui kondisi dan situasi pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan. Kegiatan observasi awal mencakup:
1)   Observasi pada siswa
Dalam observasi pada siswa peneliti dapat mengamati siswa pada saat  kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada saat melakukan observasi terlebih dahulu peneliti melihat jumlah siswa,  mengetahui kemampuan masing-masing siswa dan kesiapan atau keaktivan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas. Hal tersebut dilakukan sebagai dasar pembagian kelompok dan menentukan media yang tepat dan menarik pada pelaksanaan kegiatan PTK yang akan dilakukan. Pelaksanan observasi ini dilakukan dengan cara melihat proses pembelajaran di kelas.
2)   Observasi pada guru
Dalam melaksanakan observasi ini dapat dilakukan dengan cara mengamati secara langsung proses pembelajaran yang dilakukan guru pada saat mengajar di sekolah. Pada saat melakukan observasi peneliti dapat mengamati cara guru dalam menyampaikan materi pada siswa. Hal tersebut untuk mencari tahu metode yang dipakai guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
3)   Observasi pada kelas
Pelaksanaan observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas  dalam berjalannya proses pembelajaran di kelas. Kondisi kelas terdapat dua hal yaitu kondisi fisik dan non fisik kelas. Kondisi fisik ialah kelengkapan sarana dan prasarana di dalam kelas antara lain; papan tulis, meja kursi, LCD, dan lain-lain. Sedangkan kondisi non fisik ialah interaksi antar siswa di dalam kelas. Tujuan untuk melakukan observasi ini yaitu dapat menyesuaikan perencanaan terdadap variasi penggunaan model pembelajaran dan penyesuaian situasi media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
4)   Wawancara pada siswa
Wawancara pada siswa dilakukan untuk mengetahui secara lansung tentang masalah yang dialami siswa saat mengikuti proses pembelajaran di kelas dan pembelajaran seperti apa yang diinginkan oleh siswa.
5)   Wawancara pada guru
Wawancara pada guru dilakukan untuk mengetahui secara langsung tentang metode yang biasa digunakan guru pada saat mengajar, masalah yang dihadapi ketika melakukan proses belajar mengajar, dan pentingnya materi bagi siswa. Wawancara dilakukan secara langsung dengan guru.
2.    Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap pelaksanaan ini, yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
a)         Siklus Pertama
Pada siklus pertama ini, difokuskan pada upaya peningkatan pemahaman siswa melalui implementasi model pembelajaran kooperatif. Pada siklus ini dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan pada pertemuan kedua menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay.
Pada pertemuan pertama terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan antara lain:
a.    Perencanaan Tindakan
Peneliti mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang ditemukan saat observasi dan merencanakan tindakan berupa menyiapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, yang meliputi:
1)   Penyusunan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang untuk pembelajaran selama 2 x 45 menit (satu kali pertemuan) pada pertemuan pertama. RPP  yang berisikan tentang hal-hal sebagai berikut; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, skenario pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup, dan penilaian.
2)   Pembagian kelompok
Peneliti membagi siswa dalam kelompok. Dalam pembagian kelompok terdiri dari 5 siswa setiap kelompok. Pembagian kelompok dilakukan berdasarkan nilai hasil ujian siswa pada materi sebelumnya. Dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen.
3)   Pembuatan media pembelajaran
Media pembelajaran terdiri dari skenario think pair share, handout, lembar kegiatan kelompok, dan media pembelajaran lainnya.
4)   Penyusunan instrumen observasi yang meliputi observasi siswa, guru, dan kelas.
5)   Penyusunan instrumen refleksi yang meliputi refleksi siswa, guru, dan kelas.
6)   Penyusunan soal
Test terdiri pre-test dan post-test. Kedua macam test tersebut untuk melihat perubahan pemahaman antara sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran tipe think pair share.
b.    Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tahapan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1)        Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a)    Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran (mengucapkan salam, absensi, kebersihan kelas).
b)   Guru menggali konteks siswa dengan membagikan pertanyaan terbuka. Terkait dengan materi baru tentang akuntansi.
c)    Guru memotivasi akan pentingnya menguasai materi ini dengan baik, untuk membantu siswa dalam memahami dasar-dasar akuntansi.
d)   Siswa mendengarkan  informasi tentang kompetensi yang akan dicapai.
e)    Guru menyampaikan skenario pembelajaran model kooperatif tipe think pair share  (TPS).
f)    Guru melakukan pre-test untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum dilakukan pembelajaran menggunakan model kooperatif              
2)        Kegiatan inti
a)     Eksplorasi (20 menit)
(1) Guru memberikan pengantar inti materi
(2) Siswa mempelajari dan mencari informasi tentang pengertian, bidang dan fungsi akuntansi
b)    Elaborasi (30 menit)
(1) Dalam pembelajaran ini guru akan menyampaikan permasalahan atau soal yang berhubungan dengan bidang akuntansi dan pihak-pihak pemakai informasi akuntansi kepada siswa.
(2) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi secara berpasangan, kelompok dibentuk beranggotakan 2 siswa dengan teman sebelahnya.
(3) Di dalam kelompok siswa diminta untuk saling mengutarakan hasil pemikiran mereka. 
(4) Selama siswa saling berdiskusi dalam kelompoknya, guru berkeliling memantau jalanya diskusi pada masing-masing kelompok.
c)      Konfimasi (20 menit)
(1) Setelah waktu untuk diskusi selesai  guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
(2) Berawal dari kegiatan tersebut guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan atau menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahuai siswa.
(3) Menjelaskan dan menambah materi atau jawaban tentang hal-hal yang belum diungkapkan para siswa.
3)        Kegiatan penutup (10 menit)
a)      Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan.
b)      Guru melakukan evaluasi pembelajaran secara lisan dengan cara bertanya kepada para siswa
c)      Guru membagikan form refleksi yang akan di isi oleh siswa untuk merefleksikan pembelajaran menggunakan metode TPS
d)     Guru menutup proses belajar mengajar dengan mengucapkan salam Guru menutup proses belajar mengajar dengan mengucapkan salam
c.    Observasi
1)   Peneliti menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar observasi keadaan kelas.
2)   Peneliti melaksanakan observasi secara lansung di kelas dan mencatat kegiatan tersebut sebagaimana mestinya.
d.   Evaluasi dan Refleksi
1)   Evaluasi
a)    Melakukan wawancara siswa
(1) Wawancara siswa dilakukan setelah pembelajaran.
(2) Peneliti memilih siswa secara acak untuk melakukan wawancara.
(3) Peneliti melakukan wawancara dengan bertanya pada siswa berdasarkan instrumen wawancara yang telah disiapkan.
(4) Siswa menjawab pertanyaan sebagaimana adanya.
b)   Melakukan wawancara guru
(1) Wawancara guru dilakukan setelah pembelajaran.
(2) Peneliti melakukan wawancara dengan bertanya pada guru berdasarkan instrumen wawancara yang telah disiapkan.
(3) Guru menjawab pertanyaan sebagaimana adanya.
2)   Refleksi
1)   Refleksi siswa
(1) Refleksi siswa dilakukan diakhir pembelajaran.
(2) Peneliti membagikan lembar refleksi siswa.
(3) Siswa melakukan refleksi pada lembar refleksi siswa sebagaimana adanya.
2)   Refleksi guru
(1) Refleksi guru dilakukan diakhir pembelajaran.
(2) Peneliti memberikan lembar refleksi guru kepada guru
(3) Guru melakukan refleksi pada lembar refleksi guru sebagaimana adanya.
Pada pertemuan kedua ini, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan antara lain:
a.    Perencanaan Tindakan
Peneliti mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang ditemukan saat observasi dan merencanakan tindakan berupa menyiapkan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay, yang meliputi:
1)   Penyusunan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang untuk pembelajaran selama 3 x 45 menit (satu kali pertemuan) pada pertemuan kedua. RPP  yang berisikan tentang hal-hal sebagai berikut; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, skenario pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup, dan penilaian.
2)   Pembagian kelompok
Peneliti membagi siswa dalam kelompok. Pembagian kelompok pada pertemuan ini sama dengan kelompok pada saat menggunakan model pembelajaran tipe think pair share yaitu kelompok terdiri dari 5 siswa. Dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen.
3)   Pembuatan media pembelajaran
Media pembelajaran terdiri dari papan course review horay, skenario course review horay, soal course review horay, lambang setiap kelompok, spidol, lembar jawab, dan media pembelajaran lainnya.
4)   Penyusunan instrumen observasi yang meliputi observasi siswa, guru, dan kelas.
5)   Penyusunan instrumen refleksi yang meliputi refleksi siswa, guru, dan kelas.
6)   Penyusunan soal
Test terdiri pre-test dan post-test. Kedua macam test tersebut untuk melihat perubahan pemahaman antara sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran tipe course review horay.
b.    Pelaksanaan PTK
Dalam tahap ini guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tahapan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1)   Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a)    Persyaratan
Mempersiapkan kelas untuk pembelajaran (mengucapkan salam, absensi,  kebersihan kelas)
b)   Apersepsi
Guru mereview materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.
c)    Motivasi
(1) Memotivasi akan pentingnya menguasai materi ini dengan baik, untuk membantu siswa dalam memahami persamaan akuntansi.
(2) Memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam kelas.
d)   Rambu-rambu belajar
(1) Guru menyampaikan mengenai kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan ini
(2) Guru menyampaikan gambaran umum tentang pembelajaran model kooperatif tipe course review horay
2)   Kegiatan Inti (100 menit)
a)    Eksplorasi (15 menit)
(1) Guru memberikan pengantar inti materi
(2) Siswa mempelajari dan mencari informasi tentang persamaan akuntansi melalui buku referensi
b)   Elaborasi (40 menit)
(1) Guru memberikan kesempatan siswa untuk tanya jawab
(2) Setelah siswa dianggap jelas dan mengerti dari materi pembelajaran yang dibahas, guru membagi siswa dalam kelompok secara hiterogen.
(3) Guru menyiapkan papan media dan soal-soal yang digunakan sebagai media permainan CRH. Soal dimasukkan dalam amplop-amplop yang bernomer.
(4) Setelah siswa sudah siap dalam kelompok guru akan menjelaskan tentang permainan yang akan dikompetisikan oleh masing-masing kelompok, dalam menjelaskan permainan guru juga membacakan mekanisme dan aturan main dari permainan course review horay. Dalam membacakan mekanisme permainan,  guru mengajak beberapa siswa untuk mensimulasikan permainan tersebut.
(5) Selanjutnya guru akan membagikan simbol-simbol yang akan digunakan masing-masing kelompok dalam menjawab soal. Pembagian simbol dibagi dengan cara diundi, perwakilan kelompok mengambil nomor undian yang sudah disiapkan oleh guru.  Dalam pembagian simbol sesuai nomor undian sebagai berikut;

Kelompok 1 dengan simbol
Kelompok 2 dengan simbol
Kelompok 3 dengan simbol
     Kelompok 4 dengan simbol
Kelompok 5 dengan simbol
     Kelompok 6 dengan simbol
(6) Setelah persiapan dan penjelasan CRH sudah selesai selanjutnya  guru memandu permainan untuk segera dimulai.
(7) Kelompok  yang sudah menempelkan simbol kelompoknya secara vertikal/horisontal/diagonal  diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
(8) Nilai kelompok dihitung dari jawaban benar yang ditunjukkan dari penempelan simbol  berwarna kelompoknya pada papan media CRH.
c)    Konfirmasi (30 menit)
(1) Setelah waktu permainan CRH selesai  guru menghitung skor yang dicapai masing-masing kelompok
(2) Dari hasil yang dicapai dari masing-masing kelompok, guru mengulas kembali beberapa soal yang digunakan pada CRH sehingga guru dapat menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahuai siswa.
(3) Menjelaskan dan menambah materi atau jawaban tentang hal-hal yang belum diungkapkan para siswa.
(4) Guru memberikan kuis sebagai post-test pada akhir pertemuan pembelajaran untuk mengetahui pencapaian pemahaman siswa
(5) Guru mengoreksi jawaban post-test bersama dengan siswa
3)   Kegiatan Penutup (10 menit)
a)    Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan.
b)   Guru membagikan form refleksi yang akan di isi oleh siswa untuk merefleksikan pembelajaran menggunakan metode CRH
c)    Guru menutup proses belajar mengajar dengan mengucapkan salam
c.    Observasi
1)   Peneliti menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar observasi keadaan kelas.
2)   Peneliti melaksanakan observasi secara lansung di kelas dan mencatat kegiatan tersebut sebagaimana mestinya.
d.   Evaluasi dan Refleksi
1)   Evaluasi
a)    Melakukan wawancara siswa
(1) Wawancara siswa dilakukan setelah pembelajaran dengan course review horay.
(2) Peneliti memilih siswa secara acak untuk melakukan wawancara.
(3) Peneliti melakukan wawancara dengan bertanya pada siswa berdasarkan instrumen wawancara yang telah disiapkan.
(4) Siswa menjawab pertanyaan sebagaimana adanya.
b)   Melakukan wawancara guru
(1) Wawancara guru dilakukan setelah pembelajaran dengan course review horay.
(2) Peneliti melakukan wawancara dengan bertanya pada guru berdasarkan instrumen wawancara yang telah disiapkan.
(3) Guru menjawab pertanyaan sebagaimana adanya.
2)   Refleksi
3)   Refleksi siswa
(1) Refleksi siswa dilakukan diakhir pembelajaran.
(2) Peneliti membagikan lembar refleksi siswa.
(3) Siswa melakukan refleksi pada lembar refleksi siswa sebagaimana adanya.
4)   Refleksi guru
(1) Refleksi guru dilakukan diakhir pembelajaran.
(2) Peneliti memberikan lembar refleksi guru kepada guru
(3) Guru melakukan refleksi pada lembar refleksi guru sebagaimana adanya.
b)        Siklus Kedua
Apabila masalah pada siklus I belum terpecahkan, maka akan kembali dilakukan perencanaan ulang, tindakan baru, observasi dan refleksi kembali, hingga permasalahan dapat teratasi pada siklus II.
E.     Instrumen PTK
1.    Observasi awal
a.    Instrumen observasi terhadap perilaku siswa  (lampiran 1, hal 35)
b.    Instrumen observasi terhadap perilaku guru (lampiran 2, hal 36)
c.    Instrumen observasi keadaan kelas (lampiran 3, hal 37)
d.   Instrumen wawancara pada siswa (lampiran 4, hal 39)
e.    Instrumen wawancara pada guru (lampiran 5, hal 40)
2.    Kegiatan Tindakan
a.    Pertemuan Pertama
1)Tahap perencanaan tindakan
a)   Rencana Pelaksanaan Pembelajaran saat think pair share (lampiran 6, hal 41)
b)   Pembagian kelompok saat think pair share (lampiran 7, hal 46)
c)   Media pembelajaran meliputi:
1)   Skenario think pair share (lampiran 8, hal 47)
2)   Lembar kegiatan kelompok (lampiran 9, hal 48)
3)   Handout (lampiran 10, hal 50)
4)   Media pembelajaran lainnya
d)  Instrumen soal pre-test dan post-test saat think pair share (lampiran 11, hal 52)
2)Tahap observasi
Pada tahap observasi instrumen yang dibutuhkan yaitu:
a)   Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas saat think pair share (lampiran 12, hal 54)
b)   Instrumen observasi aktivitas guru di kelas saat think pair share. (lampiran 13, hal 55)
c)   Instrumen observasi keadaan kelas saat think pair share (lampiran 14, hal 56)
3)Tahap evaluasi dan refleksi
a)   Evaluasi
(1) Instrumen wawancara siswa (lampiran 15, hal 58)
(2) Instrumen wawancara guru (lampiran 16, hal59)
b)   Refleksi
(1) Instrumen refleksi siswa (lampiran 17, hal 60)
(2) Instrumen refleksi guru (lampiran 18, hal 61)
b.    Pertemuan Kedua
1)Tahap perencanaan tindakan
a)   Rencana Pelaksanaan Pembelajaran saat course review horay (lampiran 19, hal 62)
b)   Pembagian kelompok saat course review horay (lampiran 20, hal 69)
c)   Media pembelajaran saat course review horay meliputi:
(1) Papan course review horay (lampiran 21, hal 71)
(2) Skenario course review horay (lampiran 22, hal 72)
(3) Soal course review horay (lampiran 23, hal 75)
(4) Media pembelajaran lainnya.
d)  Instrumen soal pre-test dan post-test saat course review horay (lampiran 24, hal 79)
2)Tahap observasi
Pada tahap observasi instrumen yang dibutuhkan yaitu:
a)   Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas saat course review horay (lampiran 12, hal 54)
b)   Instrumen observasi aktivitas guru di kelas saat course review horay (lampiran 13, hal 55)
c)   Instrumen observasi keadaan kelas saat course review horay (lampiran 14, hal 56)
3)Tahap evaluasi dan refleksi
a)   Evaluasi
(1) Instrumen wawancara siswa (lampiran 15, hal 58)
(2) Instrumen wawancara siswa (lampiran 16, hal 59)
b)   Refleksi
(1) Instrumen refleksi siswa (lampiran 17, hal 60)
(2) Instrumen refleksi guru (lampiran 18, hal 61)

F.     Teknik Analisis Data
1.    Analisis deskriptif
Data dari kegiatan observasi, wawancara atau dokumentasi dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif merupakan analisis data dideskripsikan berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas. Pemaparan dapat berupa cerita maupun rangkuman dalam sebuah tabel. Pemaparan dari berupa cerita meliputi hasil wawancara pada saat observasi awal dan wawancara setelah pelaksanaan tindakan. Pemaparan dalam bentuk tabel seperti hasil observasi sebelum pelaksanaan, hasil observasi saat pelaksanaan, dan hasil refleksi.
2.    Analisis komparatif
a)    Analisis komparatif
Analisis komparatif merupakan analisis data yang membandingkan antara beberapa data dalam penelitian. Analisis komparatif diterapkan untuk membandingkan skor nilai siswa pada saat pre-test dan post-test untuk membuktikan apakah ada peningkatan pemahaman siswa pada materi memahami dasar-dasar akuntansi melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan course review horay.
b)   Pengujian hipotesis
1)   Rumusan hipotesis penelitian:
Ho = tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooparatif pada materi memahami dasar-dasar akuntansi.
Ha = terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif pada materi memahami dasar-dasar akuntansi.
2)   Pengujian hipotesis penelitian
Untuk menguji hipotesis, digunakan uji beda t-paired test. Uji ini digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif.



DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, 2011. Peneltian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media

Egen dan Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT indeks
Huda, Miftahul, 2011. Cooperatif Learninng. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kunandar, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media.

Soemantri, S., Alam S., 2006, Memahami Akuntansi SMK Seri A, Bandung: Armico

Suprijono, Agus, 2009. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suwardjono, 2002,  Akuntansi Pengantar Bagian 1 Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem, Yogyakarta: BPFEYogyakarta

Trianto,M.Pd.2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

http://pengertian5.blogspot.com/2012/07/pengertian-pemahan