BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Salah
satu permasalahan dalam pembelajaran akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran.
Indikator rendahnya pemahaman siswa adalah tingkat pencapaian prestasi belajar
yang belum memenuhi kriteria ketutansan minimal (KKM) yang ditetapkan. Ada
beberapa kemungkinan penyebab rendahnya pemahaman siswa tersebut, di antaranya
adalah tingkat keseriusan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, tingkat
kesulitan materi pelajaran, permasalahan internal dari siswa sendiri, dan
penggunaan metode pembelajaran yang digunakan guru. Di antara beberapa
alternatif tersebut, faktor yang sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran yaitu pemilihan metode pembelajaran yang digunakan
guru.
Proses
pembelajaran akuntansi yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan sampai saat
ini cenderung berpusat pada guru. Guru berperan aktif dalam proses pembelajaran
dan siswa mendengarkan atau mencatat. Kondisi tersebut berdampak kondisi kelas
tidak kondisif dalam proses pembelajaran. Antusiasme siswa dalam proses pembelajaran
cenderung rendah. Rendahnya antusiasme siswa tampak dari kegiatan siswa selama
proses pembelajaran di kelas, seperti: tidak memperhatikan penjelasan dari
guru, tidak berkesempatan terlibat dalam proses pembelajaran, dan melakukan
aktivitas yang dapat menggangu proses pembelajaran. Dampaknya, tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran akuntansi pada umumnya belum
sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam
memberikan pembelajaran di kelas guru diharapkan melakukan pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Guru perlu menerapkan metode pembelajaran
yang tepat sesuai materi pembelajaran, tujuan dan situasi pembelajaran di
kelas. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dipilih guru pada kompetensi
dasar memahami dasar-dasar akuntansi adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut
Slavin (2009) pembelajaran kooperatif adalah metode atau model dimana siswa
belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap
pencapaian hasil belajar individu dan kelompok. Penggunaan model pembelajaran
koopertif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa, karena dengan model
pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk saling berdiskusi dalam
kelompok-kelompok yang sudah dibentuk. Di sini siswa dapat menunjukkan keaktivannya
dan rasa tanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan dalam
kelompoknya.
Sesuai
dengan rancangan model pembelajaran kooperatif pada kompetensi dasar memahami
dasar-dasar akuntansi akan diadakan empat kali pertemuan. Dari empat kali pertemuan
tersebut penerapan model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan alokasi
sebagai berikut: pertemuan ke-1 (2 x 45 menit), pertemuan ke-2 (3 x 45 menit),
pertemuan ke-3 (2 x 45 menit) dan pertemuan ke-4 (3 x 45 menit) sehingga model
kooperatif yang digunakan ialah Think
Pair Share (TPS) dan Coure Review Horay (CRH). Arrends (1997), menyatakan bahwa Think
Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi kelas. Di dalam metode Think
Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon
dan saling membantu di dalam diskusi tentang materi dasar-dasar akuntansi.
Model pembelajaran kooperatif selanjutnya ialah Coure Review Horay. Coure
Review Horay merupakan model pembelajaran kooperatif yang bersifat
menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif
dalam pembelajaran.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas proposal ini dimaksudkan untuk memaparkan “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif
pada Kompetensi Dasar Memahami Dasar-dasar Akuntansi untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa Kelas X SMK Akuntansi”.
B.
Batasan Masalah
Proses
pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai model pembelajaran yang tepat
untuk dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam proposal ini akan
dipaparkan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Think Pair Share dan Coure
Review Horay. Rancangan penerapan model tersebut diarahkan untuk
meningkatkan pemahaman siswa di dalam proses pembelajaran pada kompetensi dasar
memahami dasar-dasar akuntansi.
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah: bagaimana rancangan
implementasi model pembelajaran
kooperatif pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi untuk
meningkatkan pemahaman siswa kelas X SMK Akuntansi?
D.
Tujuan
Penulisan Makalah
Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana meningkatkan pemahaman siswa
pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif pada siswa kelas X SMK Akuntansi.
E.
Manfaat
Penulisan Makalah
1.
Manfaat bagi peserta
didik
Peserta didik
diharapkan akan lebih memahami materi pada kompetensi dasar memahami
dasar-dasar akuntansi sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
dasar-dasar akuntansi.
2.
Manfaat bagi guru
Meningkatkan wawasan
guru dalam menyelenggarakan pembelajaran kooperatif yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal demikian agar dicapai perbaikan mutu
pembelajaran yang bermakna pada peningkatan kualitas proses pembelajaran di
kelas.
3.
Manfaat bagi sekolah
Makalah ini diharapkan
dapat menjadi acuan guru lain dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
sehingga berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.
4.
Manfaat bagi peneliti
Makalah ini diharapkan
menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang rancangan implementasi model pembelajaran kooperatif pada kompetensi
dasar memahami dasar-dasar akuntansi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas X
SMK Akuntansi
5.
Manfaat bagi peneliti
selanjutnya
Makalah ini diharapkan
menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif sehingga dari waktu ke waktu proses pembejaran dan hasil penelitian
menjadi semakin baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
1.
Pengertian Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan jenis penelitian yang dilakukan guru untuk
memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Menurut Suharsimi (Daryanto,
2011:3), PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata “penelitian,
tindakan, dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek,
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkempentingan dalam
rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak
kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam
pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama
menerima pelajaran dari seorang guru yang sama.
Menurut
Susilo (2007: 17), pengertian PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Menurut Carr dan Kemmis
(Daryanto, 2011:4), PTK adalah suatu
bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala
sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaikai
rasionalitas dan kebenaran. dari: (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan
yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik tersebut, (c)
situasi-situasi (lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan.
Menurut Reason & Breadbury, (Kusnandar, 2008:44), penelitian tindakan kelas
adalah proses partisipatori, demokratis yang berkenaan dengan pengembangan
pengetahuan praktis untuk mencapai tujuan-tujuan mulia manusia, berdasarkan
pandangan dunia partisipori yang muncul pada momentum histori sekarang ini.
Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa PTK adalah
penelitian yang dilakukan guru untuk mengamati suatu permasalahan pembelajaran
di dalam kelas dengan menggunakan aturan metodologi tertentu guna memperoleh
data atau informasi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas proses
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
2.
Karakteristik dan
Tujuan PTK
Menurut Kusnandar (2008:58-63), ada
beberapa karakteristik dan tujuan PTK. Karakteristik PTK, sebagai berikut:
1)
On-the
job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah
riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam
kewenangan tanggung jawab peneliti). Dengan demikian, PTK didasarkan pada
masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar dikelas.
2)
Problem-solving
oriented (berorientasi
pada pemecahan masalah). PTK yang dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan
masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya
menyempurnakan proses pembelajarannya.
3)
Improvement-oriented
(berorientasi
pada peningkatan mutu). PTK dilaksanakan dalam kerangka untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru di kelasnya.
4)
Ciclic (siklus).
Konsep tindakan dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa
tahap berdaur ulang (cyclical)
5)
Action
oriented. Dalam
PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment)
tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.
6)
Pengkajian terhadap dampak tindakan.
Dampak tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah
memberikan dampak positif atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan
peserta didik.
7)
Specifics
contextual. Aktivitas
PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh guru dalam PBM di
kelas.
8)
Partisipatory
(collaborative). PTK dilaksanakan secara kaloboratif dan bermitra
dengan baik dengan pihak lain, seperti teman sejawat.
9)
Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang
melakukan revisi.
10) Dilaksanakan
dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus
terdiri dari tahappan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dan
selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.
Sedangkan
tujuan dari PTK adalah sebagai berikut; (Kusnandar, 2008:63-64)
1)
Untuk memecahkan permasalahan nyata yang
terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan
siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan
budaya akademik dikalangan guru.
2)
Peningkatan kualitas praktik pembelajaran
di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
3)
Peningkatan relevansi pendidikan, hal
ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran
4)
Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru.
5)
Sebagai alat untuk memasukan pendekatan
tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkerlanjutan.
6)
Peningkatan mutu hasil pendidikan
melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai
jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa.
7)
Meningkatkan sikap profesional pendidik
dan tenaga pendidikan.
8)
Menumbuhkembangkan budaya akademik di
lingkungan sekolah.
9)
Peningkatan efisiensi pengelolaan
pendidikan.
3.
Prinsip dan Manfaat PTK
Prinsip-prinsip
PTK adalah sebagai berikut (Kusnandar, 2008:67):
1)
Tidak boleh mengganggu PBM dan tugas
mengajar.
2)
Tidak boleh terlalu menyita waktu
3)
Metodologi yang digunakan harus tepat
dan terpercaya.
4)
Masalah yang dikaji benar- benar ada dan
dihadapi guru.
5)
Memegang etika kerja (meminta izin,
membuat laporan dan lain-lain)
6)
PTK bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu proses belajar mengajar.
7)
PTK menjadi media guru untuk berpikir
kritis dan sistematis.
8)
PTK menjadikan guru terbiasa melakukan
aktivitas yang bernilai akademik dan ilmiah.
9)
PTK hendaknya dimulai dari permasalahan
pembelajaran yang sederhana, konkrit, jelas dan tajam.
10) Pengumpulan
data atau informasi dalam PTK tidak boleh terlalu banyak menyita waktu dan
terlalu rumit.
Menurut
Daryanto (2011:6-7) dalam PTK ada tiga komponen yang menjadi sasaran utama PTK,
yaitu siswa/pembelajaran, guru, dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan
menerima manfaat dari PTK.
a.
Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Dengan adanya pelaksanaan PTK,
kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik,
konsep, dan lain- lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis,
sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika
kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan
dan menarik. Selain itu PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang
dilakukan guru dapat menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan prestasinya.
b.
Manfaat bagi guru
Beberapa manfaat
PTK bagi guru antara lain;
1)
Guru memiliki kemampuan memperbaiki
proses pembelajaran melaui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi
di kelasnya.
2)
Dengan melakukan PTK, guru dapat
berkembang dan meningkatkan kinerja secara profesional.
3)
Melalui PTK, guru mendapat kesempatan
untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
4)
Dengan PTK, guru akan merasa percaya
diri.
c.
Manfaat bagi sekolah
Sekolah yang para gurunya
memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara
profesional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Kaitannya dengan PTK,
jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK
tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang sangat besar, karena
peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah
tersebut.
B.
Model
Pembelajaran Kooperatif
1.
Pengertian Model
Pembelajaran Kooperatif
Usaha-usaha
guru dalam melakasanakan kegiatan pembelajaran di kelas merupakan bagian yang
sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah
direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan
serta model pembelajaran yang mendukung merupakan suatu perhatian yang harus
diutamakan oleh guru.
Menurut
Agus Suprijono (2009:45), model pembelajaran merupakan landasan praktik
pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya
pada tingkat operasional di kelas. Menurut Arends (Agus Suprijono, 2009:46),
model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk
di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas. Menurut Sanjaya (2008:242), pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempumyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Artzt & Newman (1990) (Trianto, 2009: 56)
menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu
tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Suprijono (2010:54), pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
2.
Prinsip Dasar dan
Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2008:246), prinsip-prinsip
pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1) Prinsip
ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kelompok,
keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang
dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh
setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan
ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota
dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
2) Tanggung
jawab perseorangan
Prinsip ini
merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan
kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus
memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
3) Interaksi
tatap muka
Pembelajaran
kooperatif memiliki ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling
membelajarkan.
4) Partisipasi
dan komunikasi
Pembelajaran
kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam
kehidupan dimasyarakat kelak. Oleh karena itu, sebelum melakukan kooperatif
guru perlu membekali siswa dengan kemampuan komunikasi.
Adapun
karakteristik model pembelajaran kooperatif (Sanjaya, 2008:244-246), adalah
sebagai berikut;
1) Pembelajaran
secara tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, tim harus membuat setiap kelompok belajar. Semua
anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Didasarkan
pada manajemen kooperatif
Fungsi dalam pembelajaran kooperatif meliputi
fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol.
3) Kemauan
untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif
ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja
sama perlu ditekankan dalam proses pembelaran kooperatif.
4) Keterampilan
bekerja sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemuadian
dipraktikan melalui aktiviatas dan kegiatan yang tergambarkan dalam
keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan
sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.
Menurut Anita Lie (2007:32),
pembelajaran cooperative learning memiliki lima karakteristik khusus,
yaitu :
1) Saling
ketergantungan.
2) Tanggung
jawab perseorangan.
3) Tatap
muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi.
4) Komunikasi
antar kelompok.
5) Evaluasi
komunikasi kelompok.
3.
Tujuan Pembelajaran
Kooperatif
Di
awal sudah dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
dengan kelompok yang menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok. Johson
& Johson, (1994) (Trianto, 2009:57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar
kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi
akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell
& Descamps, (1992) (Trianto, 2009:57) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar
belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses
kelompok dan pemecahan masalah. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan
untuk melatihkan keterampilan-keterampilan kerja sama dan kaloborasi, dan juga
keterampilan-keterampilan tanya jawab (Ibrahim, dkk, 2009: 9).
C.
Model
Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)
1.
Pengertian Pembelajaran
Think Pair Share (TPS)
Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa (Trianto, 2009:81). Menurut Kagan (Egen & Kauchak, 2012:134),
think pair share adalah strategi
kerja kelompok yang meminta siswa individual di dalam pasangan belajar untuk
pertama-tama menjawab pertanyaan dari guru dan kemudian berbagi jawaban itu
dengan seorang rekan. Arends (Trianto, 2009:81), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara
yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Guru memilih menggunakan think pair share untuk membandingkan tanya jawab kelompok
keseluruhan.
2.
Langkah - langkah
Pembelajaran TPS
Menurut
Trianto (2009:133) langkah-langkah dalam melaksanakan think pair share adalah sebagai berikut;
a.
Langkah 1: Berpikir
Guru mengajukan suatu pertanyaan
atau masalah yang dikaitkan dengan pembelajaran, dan meminta siswa menggunakan
waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawab atau masalah. Siswa
membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
b.
Langkah 2: Berpasangan
Selanjutnya guru meminta siswa
untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama
waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang
diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang
diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5
menit untuk berpasangan.
c.
Langkah 3: Berbagi
Pada langkah
akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas
yang telah mereka bicarakan.
Sedangkan menurut Miftahul Huda
dalam bukunya Cooperatif Learning (2011:136-137)
menuliskan prosedur TPS adalah sebagai berikut;
a.
Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari empat anggota/siswa.
b.
Guru memberikan tugas pada setiap
kelompok.
c.
Masing-masing anggota memikirkan dan
mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.
d.
Kelompok membentuk anggota-anggotanya
secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
e.
Kedua pasangan lalu bertemu kembali
dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.
D.
Model
Pembelajaran Kooperatif Course Review
Horay (CRH)
1.
Pengertian Pembelajaran
Kooperatif Course Review Horay (CRH)
Dalam proses
pembelajaran di kelas guru dapat memberikan pembelajaran dengan mengemas proses pembelajaran tersebut
secara menarik dan menyenangkan. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
dapat menjadikan siswa lebih antusias untuk mengikuti proses pembelajaran di
kelas. Model pembelajaran kooperatif yang menarik dan menyenangkan yang dapat
digunakan antara lain adalah
Course Review Horay (CRH).
Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan
menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut
diwajibkan berteriak ’hore!’ atau yel-yel lainnya yang disukai.
(http://weblogask.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-course-review
horay.html) Model pembelajaran course
review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran dengan pengujian
pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau
kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang
mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus
langsung berteriak “hore” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Course
review horay dapat mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran yang lebih menekankan pada pemahaman materi yang diberikan oleh
guru dengan menyelesaikan soal-soal. Dalam aplikasinya CRH tidak hanya membuat
siswa untuk belajar keterampilan dan isi akademik. Namun, dapat melatih siswa
untuk mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya berkaitan
dengan pemahaman siswa terhadap materi sehingga pada akhirnya mempengaruhi
prestasi akademik siswa.
2.
Langkah-langkah CRH
Langkah-langkah
model pembelajaran Course Review Horay sebagai berikut;
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3) Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai
dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak
yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi
tanda benar (Ö) dan salan
diisi tanda silang (x)
6) Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau
yel-yel lainnya
7) Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8) Penutup
E.
Mata
Pelajaran Akuntansi
Mata pelajaran akuntansi bukanlah suatu
pelajaran yang sulit tetapi juga bukan pelajaran cerdas-tangkas. Akuntansi
merupakan pelajaran yang menuntut penalaran dalam pencatattanya. Dari segi
istilah, kata akuntansi berasal dari kata bahasa inggris to
account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan. Kata
akuntansi sebenarnya diserap dari accounntary
yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akuntan atau bersangkutan dengan
hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan
dalam menjalankan profesinya (Suwardjono, 2002: 4).
Menurut Hendi Somantri (2007:19) pengertian akuntansi
dapat dilihat dari 2 (dua) sudut pandang yaitu:
a. Fungsi dan kegunaan
Akuntansi
merupakan aktivitas jasa yang berfungsi memberikan informasi kuantitatif
mengenai kesatuan-kesatuan ekonomi terutama yang bersifat keuangan yang
bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
b. Proses kegiatan
Akuntansi adalah seni mencatat, mengklasifikasi dan
mengikhtisarkan transaksi-transaksi kejadian yang sekurang-kurangnya atau
sebagaian bersifat keuangan dengan cara menginterpretasikan hasil-hasilnya.
Sedangkan definisi menurut Accounting Terminology Bulletin No. 1
yang diterbitkan oleh Accounting
Principle Board (APB), (Suwardjono, 2002:5), akuntansi adalah seni,
pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat
keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan
penginterprestasianhasil proses tersebut.
F.
Pengertian
Pemahaman
Pemahaman adalah proses, perbuatan, cara memahami atau
memahamkan (KBBI, 1993:636). Dalam hal ini pemahaman dapat diartikan sebagai
proses pembelajaran yang diikuti hasil belajar sesuai dengan tujuan-tujuan
pembelajaran. Suharsimi (2009:118) menyatakan bahwa (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan,
membedakan, menduga (estimates), menerangkan,
memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan
kembali, dan memperkirakan. Pemahaman menurut Sadiman
adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan,
atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
diterimanya.
http://pengertian5.blogspot.com/2012/07/pengertian-pemahaman.html.
Dengan
pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana
diantara fakta-fakta atau konsep.
G.
Kerangka
Teoritik
Dalam memberikan pembelajaran guru
selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
yang diberikan. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
akuntansi pada kompetensi dasar memahami
dasar-dasar akuntansi guru dapat menggunakan pembelajaran model kooperatif.
Dengan model pembelajaran kooperatif
siswa di dalam kelas diajak untuk berkelompok dan berdiskusi dengan
anggota-anggota kelompok untuk bersama-sama memahami atau memecahkan permasalahan
yang ada dalam materi pelajaran yang diberikan guru.
Pada kompetensi dasar memahami
dasar-dasar akuntansi, direncanakan akan diadakan 10 jam pertemuan sehingga
membutuhkan empat kali pertemuan proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama
guru akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Guru dalam menggunakan TPS dapat memvariasi
sesuai jumlah siswa yang ada di dalam kelas. Pada TPS akan dibentuk kelompok
yang berganggotakan lima siswa setiap kelompok. Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan nilai hasil ujian siswa pada materi sebelumnya. Dalam satu kelompok
terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen. TPS diawali guru
memberikan materi atau permasalahan terkait dengan materi pelajaran, siswa
diberi kesempatan untuk memikirkan jawabannya, Selanjutnya siswa masuk dalam
kelompok kecil yang sudah ditetapkan. Di dalam kelompok siswa akan
mendiskusikan materi/permasalahan yang diberikan oleh guru dengan cara membagi
jawaban mereka. Setelah siswa selesai diskusi dan mensharekan jawaban mereka, guru
mengajak siswa untuk membahasnya dalam kelas.
Pada pertemuan kedua, guru dapat
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (CRH). Pembelajaran Course Review Horay merupakan suatu pembelajaran dalam rangka
pengujian terhadap pemahaman konsep pada siswa dengan cara membuat permainan
yang menarik dan menyenangkan sehingga para siswa merasa lebih tertarik
terhadap pembelajaran yang berlangsung di kelas. Dalam menggunakan CRH di
kelas, siswa dibentuk dalam beberapa kelompok. Kelompok tersebut adalah
kelompok yang sudah terbentuk dalam tipe think
pair share. Antar kelompok akan bersaing untuk menjawab soal yang telah
dibacakan oleh guru. Salah satu kelompok yang dapat menjawab soal dengan benar
maka kelompok tersebut akan menempelkan simbol kelompoknya pada media yang
telah disiapkan oleh guru. CRH dapat divariasi oleh guru sehingga dalam
pelaksanaannya dapat lebih menarik dan menyenangkan sehingga materi yang
diberikan oleh guru akan lebih cepat dipahami siswa.
Pada pertemuan ketiga dan keempat
akan diadakan perbaikan dari model yang telah digunakan dalam pertemuan pertama
dan pertemuan kedua. Dalam penerapan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada
kompetensi dasar memahami dasar-dasar akuntansi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dan coure review horay,
siswa akan menjadi lebih memahami materi pelajaran yang telah diberikan guru.
Hal ini dikarenakan adanya perubahan dalam proses pembelajaran di kelas terkait
dengan penggunaan model pembelajaran yang menarik. Selain itu setiap siswa
dapat memiliki rasa tanggung jawab untuk bekerja dengan sebaik-baiknya bagi
kelompok mereka sehingga mereka akan berusaha memahami materi yang didiskusikan
dalam kelompok. Di dalam kelompok anggota yang belum paham akan dibantu oleh
teman satu kelompoknya. Oleh karena itu penulis berkeyakinan bahwa menggunakan
model pembelajaran kooperatif akan meningkatnya tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran.
H.
Hipotesis
Tindakan
Sesuai dengan kajian teori, maka
dalam penelitian tindakan kelas ini diajukan hipotesis tindakan, yaitu implementasi model
pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan pemahaman pada materi memahami dasar-dasar akuntansi siswa kelas X SMK
Akuntansi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Implementasi
model pembelajaran kooperatif pada kompetensi dasar memahami dasar-dasar
akuntansi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas X SMK Akuntasi merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Susilo (2007: 17),
pengertian PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di
sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan
praktik dan proses dalam pembelajaran.
B.
Subjek
Penelitian
1. Subjek
Penelitian
Yang menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Tamansiswa Nanggulan tahun ajaran
2012/2013
2. Objek
Penelitian
Objek penelitian ini
adalah penerapan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pemahaman
siswa.
C.
Tempat
dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian
Lokasi penelitian akan
dilaksanakan di SMK Tamansiswa Nanggulan, Nanggulan, Kulon Progo
2. Waktu
Penelitian
Penelitian ini diadakan
selama dua minggu pada bulan Juli
D.
Prosedur
Kegiatan PTK
Penelitian
tindakan kelas dilaksanakan dalam dua tahapan yaitu kegiatan penelitian
pendahuluan dan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Secara rinci kegiatan yang
dilakukan pada masing-masing tahapan sebagai berikut:
1. Kegiatan
Pendahuluan
a. Observasi
awal
Kegiatan
awal sebelum penelitian adalah melakukan observasi awal. Pada
observasi awal ini berguna untuk mengetahui kondisi dan situasi pembelajaran
sebelum pelaksanaan tindakan. Kegiatan observasi awal mencakup:
1) Observasi
pada siswa
Dalam observasi pada
siswa peneliti dapat mengamati siswa pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada saat melakukan observasi
terlebih dahulu peneliti melihat jumlah siswa,
mengetahui kemampuan masing-masing siswa dan kesiapan atau keaktivan
siswa untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas. Hal tersebut dilakukan
sebagai dasar pembagian kelompok dan menentukan media yang tepat dan menarik
pada pelaksanaan kegiatan PTK yang akan dilakukan. Pelaksanan observasi ini
dilakukan dengan cara melihat proses pembelajaran di kelas.
2) Observasi
pada guru
Dalam melaksanakan
observasi ini dapat dilakukan dengan cara mengamati secara langsung proses
pembelajaran yang dilakukan guru pada saat mengajar di sekolah. Pada saat
melakukan observasi peneliti dapat mengamati cara guru dalam menyampaikan
materi pada siswa. Hal tersebut untuk mencari tahu metode yang dipakai guru
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
3) Observasi
pada kelas
Pelaksanaan observasi
ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas
dalam berjalannya proses pembelajaran di kelas. Kondisi kelas terdapat
dua hal yaitu kondisi fisik dan non fisik kelas. Kondisi fisik ialah
kelengkapan sarana dan prasarana di dalam kelas antara lain; papan tulis, meja
kursi, LCD, dan lain-lain. Sedangkan kondisi non fisik ialah interaksi antar
siswa di dalam kelas. Tujuan untuk melakukan observasi ini yaitu dapat
menyesuaikan perencanaan terdadap variasi penggunaan model pembelajaran dan
penyesuaian situasi media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran di
kelas.
4) Wawancara
pada siswa
Wawancara pada siswa
dilakukan untuk mengetahui secara lansung tentang masalah yang dialami siswa
saat mengikuti proses pembelajaran di kelas dan pembelajaran seperti apa yang
diinginkan oleh siswa.
5) Wawancara
pada guru
Wawancara pada guru
dilakukan untuk mengetahui secara langsung tentang metode yang biasa digunakan
guru pada saat mengajar, masalah yang dihadapi ketika melakukan proses belajar
mengajar, dan pentingnya materi bagi siswa. Wawancara dilakukan secara langsung
dengan guru.
2. Pelaksanaan
Penelitian
Pada tahap pelaksanaan
ini, yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
a)
Siklus
Pertama
Pada siklus pertama
ini, difokuskan pada upaya peningkatan pemahaman siswa melalui implementasi
model pembelajaran kooperatif. Pada siklus ini dilaksanakan dua kali pertemuan
yaitu pertemuan pertama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan pada pertemuan
kedua menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay.
Pada pertemuan pertama terdapat
beberapa tahapan yang harus dilakukan antara lain:
a. Perencanaan
Tindakan
Peneliti
mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang ditemukan saat observasi dan
merencanakan tindakan berupa menyiapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, yang meliputi:
1) Penyusunan
Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dirancang untuk pembelajaran selama 2 x 45 menit (satu
kali pertemuan) pada pertemuan pertama. RPP
yang berisikan tentang hal-hal sebagai berikut; standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran, sumber dan
media pembelajaran, skenario pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan
inti, kegiatan penutup, dan penilaian.
2) Pembagian
kelompok
Peneliti membagi siswa
dalam kelompok. Dalam pembagian kelompok terdiri dari 5 siswa setiap kelompok.
Pembagian kelompok dilakukan berdasarkan nilai hasil ujian siswa pada materi
sebelumnya. Dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan yang
heterogen.
3) Pembuatan
media pembelajaran
Media pembelajaran
terdiri dari skenario think pair share, handout,
lembar kegiatan kelompok, dan media pembelajaran lainnya.
4) Penyusunan
instrumen observasi yang meliputi observasi siswa, guru, dan kelas.
5) Penyusunan
instrumen refleksi yang meliputi refleksi siswa, guru, dan kelas.
6) Penyusunan
soal
Test terdiri pre-test dan post-test.
Kedua macam test tersebut untuk melihat perubahan pemahaman antara sebelum dan
sesudah penerapan model pembelajaran tipe think
pair share.
b. Pelaksanaan
Tindakan
Dalam tahap ini guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Tahapan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1)
Kegiatan Pendahuluan
(10 menit)
a) Guru
mempersiapkan kelas untuk pembelajaran (mengucapkan salam, absensi, kebersihan
kelas).
b) Guru
menggali konteks siswa dengan membagikan pertanyaan terbuka. Terkait dengan
materi baru tentang akuntansi.
c) Guru
memotivasi akan pentingnya menguasai materi ini dengan baik, untuk membantu
siswa dalam memahami dasar-dasar akuntansi.
d) Siswa mendengarkan informasi
tentang kompetensi yang akan dicapai.
e) Guru
menyampaikan skenario pembelajaran model kooperatif tipe think pair share (TPS).
f) Guru
melakukan pre-test untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum dilakukan
pembelajaran menggunakan model kooperatif
2)
Kegiatan inti
a) Eksplorasi
(20 menit)
(1) Guru
memberikan pengantar inti materi
(2) Siswa mempelajari
dan mencari informasi tentang pengertian,
bidang dan fungsi akuntansi
b) Elaborasi (30 menit)
(1) Dalam
pembelajaran ini guru akan menyampaikan permasalahan atau soal yang berhubungan
dengan bidang akuntansi dan pihak-pihak pemakai informasi akuntansi kepada
siswa.
(2) Guru
meminta siswa
untuk membentuk kelompok diskusi
secara berpasangan, kelompok dibentuk beranggotakan 2 siswa dengan teman
sebelahnya.
(3) Di
dalam kelompok siswa diminta untuk saling mengutarakan hasil pemikiran
mereka.
(4) Selama
siswa saling berdiskusi dalam kelompoknya, guru berkeliling memantau jalanya
diskusi pada masing-masing kelompok.
c)
Konfimasi (20 menit)
(1) Setelah
waktu untuk diskusi selesai guru
memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
(2) Berawal
dari kegiatan tersebut guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan atau
menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahuai siswa.
(3) Menjelaskan dan menambah materi
atau jawaban tentang hal-hal
yang belum diungkapkan para siswa.
3)
Kegiatan penutup (10
menit)
a) Guru
membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan.
b) Guru
melakukan evaluasi pembelajaran secara lisan dengan cara bertanya kepada para
siswa
c) Guru
membagikan form refleksi yang akan di isi oleh siswa untuk merefleksikan
pembelajaran menggunakan metode TPS
d) Guru
menutup proses belajar mengajar dengan mengucapkan salam Guru menutup proses
belajar mengajar dengan mengucapkan salam
c. Observasi
1) Peneliti
menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru,
dan lembar observasi keadaan kelas.
2) Peneliti
melaksanakan observasi secara lansung di kelas dan mencatat kegiatan tersebut
sebagaimana mestinya.
d. Evaluasi
dan Refleksi
1) Evaluasi
a) Melakukan
wawancara siswa
(1) Wawancara
siswa dilakukan setelah pembelajaran.
(2) Peneliti
memilih siswa secara acak untuk melakukan wawancara.
(3) Peneliti
melakukan wawancara dengan bertanya pada siswa berdasarkan instrumen wawancara
yang telah disiapkan.
(4) Siswa
menjawab pertanyaan sebagaimana adanya.
b) Melakukan
wawancara guru
(1) Wawancara
guru dilakukan setelah pembelajaran.
(2) Peneliti
melakukan wawancara dengan bertanya pada guru berdasarkan instrumen wawancara
yang telah disiapkan.
(3) Guru
menjawab pertanyaan sebagaimana adanya.
2) Refleksi
1) Refleksi
siswa
(1) Refleksi
siswa dilakukan diakhir pembelajaran.
(2) Peneliti
membagikan lembar refleksi siswa.
(3) Siswa
melakukan refleksi pada lembar refleksi siswa sebagaimana adanya.
2) Refleksi
guru
(1) Refleksi
guru dilakukan diakhir pembelajaran.
(2) Peneliti
memberikan lembar refleksi guru kepada guru
(3) Guru
melakukan refleksi pada lembar refleksi guru sebagaimana adanya.
Pada pertemuan kedua
ini, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan antara lain:
a. Perencanaan
Tindakan
Peneliti
mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang ditemukan saat observasi dan
merencanakan tindakan berupa menyiapkan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay, yang meliputi:
1) Penyusunan
Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dirancang untuk pembelajaran selama 3 x 45 menit (satu
kali pertemuan) pada pertemuan kedua. RPP
yang berisikan tentang hal-hal sebagai berikut; standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran, sumber
dan media pembelajaran, skenario pembelajaran yang meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti, kegiatan penutup, dan penilaian.
2) Pembagian
kelompok
Peneliti membagi siswa
dalam kelompok. Pembagian kelompok pada pertemuan ini sama dengan kelompok pada
saat menggunakan model pembelajaran tipe think
pair share yaitu kelompok terdiri dari 5 siswa. Dalam satu kelompok terdiri
dari siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen.
3) Pembuatan
media pembelajaran
Media pembelajaran
terdiri dari papan course review horay, skenario
course review horay, soal course review horay, lambang setiap
kelompok, spidol, lembar jawab, dan media pembelajaran lainnya.
4) Penyusunan
instrumen observasi yang meliputi observasi siswa, guru, dan kelas.
5) Penyusunan
instrumen refleksi yang meliputi refleksi siswa, guru, dan kelas.
6) Penyusunan
soal
Test terdiri pre-test dan post-test.
Kedua macam test tersebut untuk melihat perubahan pemahaman antara sebelum dan
sesudah penerapan model pembelajaran tipe course
review horay.
b. Pelaksanaan
PTK
Dalam tahap ini guru melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Tahapan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1) Kegiatan
Pendahuluan (10 menit)
a) Persyaratan
Mempersiapkan
kelas untuk pembelajaran (mengucapkan salam, absensi,
kebersihan kelas)
b) Apersepsi
Guru mereview materi
pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.
c) Motivasi
(1) Memotivasi
akan pentingnya menguasai materi ini dengan baik, untuk membantu siswa dalam
memahami persamaan akuntansi.
(2) Memotivasi
siswa untuk berperan aktif dalam kelas.
d) Rambu-rambu
belajar
(1) Guru
menyampaikan mengenai kompetensi yang
akan dicapai pada pertemuan ini
(2) Guru
menyampaikan gambaran umum tentang pembelajaran model kooperatif tipe course review horay
2) Kegiatan
Inti (100 menit)
a) Eksplorasi
(15 menit)
(1) Guru
memberikan pengantar inti materi
(2) Siswa mempelajari dan
mencari informasi tentang persamaan
akuntansi melalui buku referensi
b) Elaborasi
(40 menit)
(1) Guru
memberikan kesempatan siswa untuk tanya jawab
(2) Setelah
siswa dianggap jelas dan mengerti dari materi pembelajaran yang dibahas, guru
membagi siswa dalam kelompok secara hiterogen.
(3) Guru
menyiapkan papan media dan soal-soal yang digunakan sebagai media permainan
CRH. Soal dimasukkan dalam amplop-amplop yang bernomer.
(4) Setelah
siswa sudah siap dalam kelompok guru akan menjelaskan tentang permainan yang akan
dikompetisikan oleh masing-masing kelompok, dalam menjelaskan permainan guru
juga membacakan mekanisme dan aturan main dari permainan course review horay. Dalam membacakan mekanisme permainan, guru mengajak beberapa siswa untuk
mensimulasikan permainan tersebut.
(5) Selanjutnya
guru akan membagikan simbol-simbol yang akan digunakan masing-masing kelompok
dalam menjawab soal. Pembagian simbol dibagi dengan cara diundi, perwakilan
kelompok mengambil nomor undian yang sudah disiapkan oleh guru. Dalam pembagian simbol sesuai nomor undian
sebagai berikut;
Kelompok
1 dengan simbol
Kelompok
2 dengan simbol
Kelompok
3 dengan simbol
Kelompok
4 dengan simbol
Kelompok
5 dengan simbol
Kelompok
6 dengan simbol
(6) Setelah
persiapan dan penjelasan CRH sudah selesai selanjutnya guru memandu permainan untuk segera dimulai.
(7) Kelompok yang sudah menempelkan simbol kelompoknya
secara vertikal/horisontal/diagonal
diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
(8) Nilai
kelompok dihitung dari jawaban benar yang ditunjukkan dari penempelan
simbol berwarna kelompoknya pada papan
media CRH.
c) Konfirmasi
(30 menit)
(1) Setelah
waktu permainan CRH selesai guru menghitung
skor yang dicapai masing-masing kelompok
(2) Dari
hasil yang dicapai dari masing-masing kelompok, guru mengulas kembali beberapa
soal yang digunakan pada CRH sehingga guru dapat menyimpulkan tentang hal-hal
yang belum diketahuai siswa.
(3) Menjelaskan dan menambah materi
atau jawaban tentang hal-hal
yang belum diungkapkan para siswa.
(4) Guru
memberikan kuis sebagai post-test
pada akhir pertemuan pembelajaran untuk mengetahui pencapaian pemahaman siswa
(5) Guru
mengoreksi jawaban post-test bersama
dengan siswa
3) Kegiatan
Penutup (10 menit)
a) Guru
membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan.
b) Guru
membagikan form refleksi yang akan di isi oleh siswa untuk merefleksikan
pembelajaran menggunakan metode CRH
c) Guru
menutup proses belajar mengajar dengan mengucapkan salam
c. Observasi
1) Peneliti
menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru,
dan lembar observasi keadaan kelas.
2) Peneliti
melaksanakan observasi secara lansung di kelas dan mencatat kegiatan tersebut
sebagaimana mestinya.
d. Evaluasi
dan Refleksi
1) Evaluasi
a) Melakukan
wawancara siswa
(1) Wawancara
siswa dilakukan setelah pembelajaran dengan course
review horay.
(2) Peneliti
memilih siswa secara acak untuk melakukan wawancara.
(3) Peneliti
melakukan wawancara dengan bertanya pada siswa berdasarkan instrumen wawancara
yang telah disiapkan.
(4) Siswa
menjawab pertanyaan sebagaimana adanya.
b) Melakukan
wawancara guru
(1) Wawancara
guru dilakukan setelah pembelajaran dengan course
review horay.
(2) Peneliti
melakukan wawancara dengan bertanya pada guru berdasarkan instrumen wawancara
yang telah disiapkan.
(3) Guru
menjawab pertanyaan sebagaimana adanya.
2) Refleksi
3) Refleksi
siswa
(1) Refleksi
siswa dilakukan diakhir pembelajaran.
(2) Peneliti
membagikan lembar refleksi siswa.
(3) Siswa
melakukan refleksi pada lembar refleksi siswa sebagaimana adanya.
4) Refleksi
guru
(1) Refleksi
guru dilakukan diakhir pembelajaran.
(2) Peneliti
memberikan lembar refleksi guru kepada guru
(3) Guru
melakukan refleksi pada lembar refleksi guru sebagaimana adanya.
b)
Siklus
Kedua
Apabila
masalah pada siklus I belum terpecahkan, maka akan kembali dilakukan
perencanaan ulang, tindakan baru, observasi dan refleksi kembali, hingga
permasalahan dapat teratasi pada siklus II.
E.
Instrumen
PTK
1. Observasi
awal
a. Instrumen
observasi terhadap perilaku siswa
(lampiran 1, hal 35)
b. Instrumen
observasi terhadap perilaku guru (lampiran 2, hal 36)
c. Instrumen
observasi keadaan kelas (lampiran 3, hal 37)
d. Instrumen
wawancara pada siswa (lampiran 4, hal 39)
e. Instrumen
wawancara pada guru (lampiran 5, hal 40)
2. Kegiatan Tindakan
a. Pertemuan
Pertama
1)Tahap
perencanaan tindakan
a) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran saat think pair
share (lampiran 6, hal 41)
b) Pembagian
kelompok saat think pair share (lampiran
7, hal 46)
c) Media
pembelajaran meliputi:
1) Skenario
think pair share (lampiran 8, hal 47)
2) Lembar
kegiatan kelompok (lampiran 9, hal 48)
3) Handout
(lampiran 10, hal 50)
4) Media
pembelajaran lainnya
d) Instrumen
soal pre-test dan post-test saat think pair share (lampiran 11, hal 52)
2)Tahap
observasi
Pada tahap observasi
instrumen yang dibutuhkan yaitu:
a) Instrumen
observasi aktivitas siswa di kelas saat think
pair share (lampiran 12, hal 54)
b) Instrumen
observasi aktivitas guru di kelas saat think
pair share. (lampiran 13, hal 55)
c) Instrumen
observasi keadaan kelas saat think pair
share (lampiran 14, hal 56)
3)Tahap
evaluasi dan refleksi
a) Evaluasi
(1) Instrumen
wawancara siswa (lampiran 15, hal 58)
(2) Instrumen
wawancara guru (lampiran 16, hal59)
b) Refleksi
(1) Instrumen
refleksi siswa (lampiran 17, hal 60)
(2) Instrumen
refleksi guru (lampiran 18, hal 61)
b. Pertemuan
Kedua
1)Tahap
perencanaan tindakan
a) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran saat course
review horay (lampiran 19, hal 62)
b) Pembagian
kelompok saat course review horay
(lampiran 20, hal 69)
c) Media
pembelajaran saat course review horay meliputi:
(1) Papan
course review horay (lampiran 21, hal
71)
(2) Skenario
course review horay (lampiran 22, hal
72)
(3) Soal
course review horay (lampiran 23, hal
75)
(4) Media
pembelajaran lainnya.
d) Instrumen
soal pre-test dan post-test saat course review horay (lampiran 24, hal 79)
2)Tahap
observasi
Pada tahap observasi instrumen
yang dibutuhkan yaitu:
a) Instrumen
observasi aktivitas siswa di kelas saat course
review horay (lampiran 12, hal 54)
b) Instrumen
observasi aktivitas guru di kelas saat course
review horay (lampiran 13, hal 55)
c) Instrumen
observasi keadaan kelas saat course
review horay (lampiran 14, hal 56)
3)Tahap
evaluasi dan refleksi
a) Evaluasi
(1) Instrumen
wawancara siswa (lampiran 15, hal 58)
(2) Instrumen
wawancara siswa (lampiran 16, hal 59)
b) Refleksi
(1) Instrumen
refleksi siswa (lampiran 17, hal 60)
(2) Instrumen
refleksi guru (lampiran 18, hal 61)
F.
Teknik
Analisis Data
1. Analisis
deskriptif
Data dari kegiatan
observasi, wawancara atau dokumentasi dianalisis secara deskriptif. Analisis
deskriptif merupakan analisis data dideskripsikan berdasarkan pengamatan yang
dilakukan di kelas. Pemaparan dapat berupa cerita maupun rangkuman dalam sebuah
tabel. Pemaparan dari berupa cerita meliputi hasil wawancara pada saat
observasi awal dan wawancara setelah pelaksanaan tindakan. Pemaparan dalam
bentuk tabel seperti hasil observasi sebelum pelaksanaan, hasil observasi saat
pelaksanaan, dan hasil refleksi.
2. Analisis
komparatif
a) Analisis
komparatif
Analisis komparatif
merupakan analisis data yang membandingkan antara beberapa data dalam
penelitian. Analisis komparatif diterapkan untuk membandingkan skor nilai siswa
pada saat pre-test dan post-test untuk membuktikan apakah ada
peningkatan pemahaman siswa pada materi memahami dasar-dasar akuntansi melalui
implementasi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan course
review horay.
b) Pengujian
hipotesis
1) Rumusan
hipotesis penelitian:
Ho = tidak terdapat
perbedaan pemahaman siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran
kooparatif pada materi memahami dasar-dasar akuntansi.
Ha = terdapat perbedaan
pemahaman siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif
pada materi memahami dasar-dasar akuntansi.
2) Pengujian
hipotesis penelitian
Untuk menguji
hipotesis, digunakan uji beda t-paired
test. Uji ini digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan sebelum dan
sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, 2011. Peneltian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.
Yogyakarta: Gava Media
Egen dan
Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran.
Jakarta: PT indeks
Huda,
Miftahul, 2011. Cooperatif Learninng.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kunandar, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media.
Soemantri,
S., Alam S., 2006, Memahami Akuntansi SMK
Seri A, Bandung: Armico
Suprijono,
Agus, 2009. Cooperatif Learning Teori dan
Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suwardjono,
2002, Akuntansi Pengantar Bagian 1 Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem,
Yogyakarta: BPFEYogyakarta
Trianto,M.Pd.2010.
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif. Jakarta: Kencana
http://pengertian5.blogspot.com/2012/07/pengertian-pemahan