Selasa, 17 September 2013

METOPEN



BAB 1 PENDAHULUAN

A. Sumber Pengetahuan
Manusia dalarn kchidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan hidup. Untuk memecahkan persoalan tersebut diperlukan suatu pengetahuan. Sumber dari pengetahuan tersebut dapat dikelornpokkan sebagai berikut: (1) pengalaman , (2) otoritas, ( 3) metode berpikir deduktif, (4) Metode berpikir induktif, dan  (5) pendekatan Ilmiah

1. Pengalaman
       Pengalarnan merupakan sumber pengetahuan yang banyak digunakan manusia dalam memecahkan persoalan-persoalan yang sedang dihadapi. Baik persoalan pribadi maupun persoalan suatu kelompok atau komunitasnya. Banyak kebijakan-kebijakan yang diambil oleh seorang pemuka masyarakat dengan memanfatkan pengalaman sendiri ataupun pengalarnan orang lain. Tetapi disadari oleh banyak orang babwa pemecahan persoalan manusia yang didasarkan atas pengalaman banyak kelemahannya, antara lain: pengalaman seseorang belum tentu dapat dipakai sebagai pelajaran orang lain karena suatu peristiwa memberikan dampak yang berbeda hagi orang yang berlainan. Di samping itu apabila pemecahan persoalan hanya berdasarkan pengalaman maka banyak persoalan hidup yang tidak terpecahkan, karena persoalan hidup manusia semakin banyak dan kompleks yang belum pernah terjadi sebelumnya.

2. Otoritas
      Otoritas atau wewenang yang dirniliki seseorang sering digunakan sebagai cara pemecahan atas persoalan yang dihadapi manusia. Otoritas yang dimiliki seseoang dianggap sebagai suatu kebenaran. Pada abad pertengahan para pemimpin agama dipandang sebagai kebenaran. Pada masa kekuasaan kerajaan, para raja, para kepala adat merupakan simbol kebenaran. oleh karena itu segala persoalan dipecahkan berdasarkan otoritas pemimpin agama, raja, atau kepala suku. Tradisi sering juga dipandang sebagai otoritas. Oleh karena itu apabila dihadapkan pada suatu persoalan, maka pemecahannya berdasarkan tradisi yang ada pada kelompok tersebut. Kelemahan dan otoritas sebagai suatu cara pernecahan persoalan ternyata tidak terbuktikan. Demikian pula otoritas yang dimiliki oleh seseorang juga tidak selalu benar, bahkan sering salah dan saling bertentangan dalarn rnemecahkan persoalan antara pemegang otoritas yang satu dengan yang lain.

3.   Metode berfikir deduktif
           Suatu sumbangan yang sangat berarti bagi pemecahan persoalan yang pertama adalah  pemikiran dari ahli filsafat Yunani yaitu Aristoteles dan para  pengikutnya
Metode Metode berfikir deduktif adalah  suatu proses berfikir yang bertolak dari  pernyataan yang  bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus dengan memakai kaidah logika tertentu yang disebut silogisme, dengan serangkaian pernyataan sebagai berikut:
      a. premis mayor
b. premis minor
c. kesimpulan
Contoh:
a. Premis mayor: Semua manusia adalah makhluk hidup
b. Premis minor: Daniel adalah manusia
c. Kesimpulan : Daniel adalah makhluk hidup.
            Dalam metode berfikir deduktif kesimpulan yang diambil pasti benar apabila premis mayornya benar. Metode ini memungkinkan bagi peneliti   untuk  menarik suatu kesimpulan berdasarkan premis-premis mayor atau teori yang sudah dianggap benar.

4.  Metode berfikir induktif
          Dalam metode berfikir dcduktif kesimpulan  yang diambil sahih (valid) berdasaskan premis mayor yang dianggap benar. Premis mayor ini pada abad pertengahan sering berupa dogma. Apabila ternyata dogma yang dianggap benar tersebut ternyata tidak benar maka kesimpulan yang telah diambil tidak sahih
Francis Bacon (1551-1626) mengemukakan suatu pendekatan baru dalam menemukan suatu kebenaran. Menurut Bacon, untuk menemukan kebenaran harus dilakukan suatu observasi (pengamatan), pengumpulan fakta-fakta, dan merumuskan generalisasi dari fakta-fakta yang terkumpul itu. Pendekatan yang dikemukakan oleh Bacon ini dikenal  dengan metode berfikir induktif. Metode befikir induktif merupakan kebalikan dari metode deduktif.
Contoh:
Metode deduktif:
a.        Premis mayor : setiap binatang menyusui mempunyai paru-paru
b.       Premisminor : kerbau adalah binatang menyusui
c. Kesimpulan   : setiap kerbau mempunyai paru-paru.
Metode induktif:
a. Pengamatan : setiap kerbau yang diamati mempunyai paru-paru
b. Kesimpulan : semua kerbau mempunyai paru—paru.
5.      Pendekatan ilmiah
     Charles Darwin adalah orang yang mengaku telah menerapkan metode/pendekatan ilmiah yang merupakan perpaduan antara metode deduktif dan metode induktif. Darwin melaporkan hasil temuannya setelah melakukan pengamatan biologi dengan harapan dapat membuat generalisasi tentang evolusi. Berdasarkan pengamatannya, Darwin mengatakan bahwa seleksi adalah dasar bagi keberhasilan manunia dalam membuat ras binatang dan tumbuh-tumbuhan menjadi berguna. Tetapi selanjutnya ia mengaku menghadapi suatu misteri, yaitu bagaimana seleksi tersebut dapat diterapkan pada kehidupan organisme secara alami. Setelah melakukan penelitian selama 15 bulan dan secara kebetulan membaca tulisan “Maltus on Population” , dengan pengetahuannya tentang perjuangan mempertahankan eksistensi serta berdasarkan basil pengamatnnnya tentang kebiasaan binatang dan tumbuh-tumbuhan , Darwin menarik kesimpulan bahwa variasi yang disukai / menguntungkan akan cenderung dipelihara, sedangkan variasi yang tidak disukai / tidak menguntungkan akan cenderung hilang . Akibatnya akan muncul jenis baru . Dari sinilah kemudian Darwin memperoleh teori evolusi, yaitu berdasarkan hasil temuannya itu dirumuskan suatu hipotesis. Hipotesis tersebut kemudian diuji dengan mengumpulkan data tambahan untuk memperoleh bukti apakah data yang dikumpulkan tersebut mendukung hipotesis ataukah tidak.
Pendekatan ilmiah biasanya digambarkan sebagai proses penelitian secara sistematis dengan prosedur atau 1angkah-1angkah secara garis besar sebagai berikut:
1. Perumusan masalah penelitian
2. Pengajuan hipotesis
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Pengujian hipotesis.
6. Penarikan kesimpulan

B.  Hakekat Ilmu Pengetahuan
          Telah diuraikan sebelumnya bahwa untuk mencapai suatu pengetahuan digunakan suatu metode. Metode mana yang digunakan untuk mencapai/ memperoleh pengetahuan menentukan apakah pengetahuan yang dicapai tersebut merupakan ilmu ataukah bukan. Ilmu pengetahuan sering dipandang sebagai akumulasi pengetahuan yang sistematis. Tetapi hakekat dari ilmu pengetahuan ( science) adalah metode penelitian yang memungkinkan peneliti memeriksa gejala tertentu yang menarik perhatiannya. Ilmu pengetahuan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kebenaran mutlak, melainkan kebenaran yang berifat sementara (tentatif) yang dapat berubah jika diperoleh data baru. Ilmu pengetahuan merupakan metode analisis dan menemukan penemuannya secara  hati-hati dalam bentuk huhungan dua variabel:
      ”jika .................,  maka ...............”  
            Dalam memperoleh ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah , perlu disadari adanya aspek-aspek lain yang berperanan penting, yaitu:
1.      Asumsi dasar
2.      Sikap ilmuwan
3.      Teori.


      Asumsi dasar
               Dalam metode ilmiah terdapat asumsi dasar: Pertama,  bahwa peristiwa/ gejala yang sedang diteliti sampai taraf tertentu bersifat taat hukum atau teratur. Ilmu didasarkan suatu keyakinan bahwa suatu peristiwa/ gejala alam mempunyai faktor antecedent (penyebab), yang dapat disingkap melalui metode ilmiah. Kedua, bahwa kebenaran dapat diperoleh secara tuntas hanya melalui pengamatan langsung. Keyakinan terhadap pengamatn 1angsung inilah yang membedakan ilmu dengan yang bukan ilmu. Ilmuwan tidak menggantungkan otoritas sebagai sumber kebenaran, melainkan dengan mengumpulkan fakta—fakta yang relevan.  
    
      Sikap ilmuwan
              Para ilmuwan pada dasarnya memiliki sikap sebagai berikut:
Pertama, Ilmuwan bensikap ragu terhadap setiap ilmu.  Hasi1-hasil penelitian dianggap  bersifat senentara dan tidak diterima kecuali dapat diverifikasi   kebenarannya. Verifikasi (pembuktian) tersebut mengisyaratkan bahwa orang lain harus dapat melakukan penelitian ulang dan memperoleh hasil sama.
Kedua, Ilmuwan bersikap objektif dan tidak memihak. Ilmuwan harus tetap mencari kebenaran dan menerima fakta-fakta , sekalipun fakta-fakta tersebut bertentangan dengan hati nuraninya. Apabila bukti-bukti yang terkumpul bertentangan dengan teori yang selama ini dianutnya maka ilmuwan dapat meninggalkan teori yang selama ini dianutnya, atau memperbaiki/ merevisi teori yang dianutnya itu sesuai fakta yang diperoleh.

         Teori
      Teori mempunyai hubungan yang erat dengan fakta. Fakta merupakan hasil pengamatan yang dapat dibuktikan secara empiris. Teori merupakan hubungan antara fakta-fakta. Teori merupakan suatu himpunan pengertian atau konsep atau construct yang saling berhubungan, berbatasan, serta proposisi yang menyajikan pandangan secara sistematis tentang gejala-gejala atau peristiwa dengan cara menunjukkan hubungan antara variabel-vaniabel untuk tujuan menjelaskan dan meramalkan gejala-gejala tersebut. Dalam pengertian ini, kita mempunyai banyak teori dan kita dapat menggunakannya untuk menjelaskan  atau memprediksi hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Sejauh teori tersebut baik dan sesuai dengan keadaan maka teori tersebut berhail baik dalam dalam menjelaskan dan memprediksi suatu peristiwa atau fenomena. Jika suatu teori tidak sesuai dengan fakta, bukan berarti keduanya saling berlawanan. Tantangn bagi ilmuwan adalah untuk membangun teori yang lebih baik dan mampu mengaitkan teori dan fakta.
               Teori merupakan generalisasi yang dibuat mengenai variabel-variabel dan  dan hubungan-hubungan di antaranya.Generalisasi ini digunakan untuk membuat keputusan-keputusan dan memprediksi hasil-hasilnya.
         Contoh teori , yaitu teori yang dikemukakan oleh Charles yang kemudian di sebut hukum Charles: “Jika tekanan dipertahankan konstan, maka apabila suhu suatu gas dinaikkan, volumenya akan berkembang, dan apabila suhu suatu gas diturunkan, volumenya akan menyusut”. Teori tersebut bukan hanya merupakan hasil generalisasi dari hasil penelitian, tetapi juga dapat digunakan untuk memprediksi gejala-gejala lain dengan menunjukkan perubahan apa yang akan terjadi apabila suhu gas diturunkan atau dinaikkan . Teori merupakan puncak atau tujuan akhir daripada ilmu.

Manfaat teori.
Teori mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Teori meringkas dan menyusun pengetahuan yang ada dalam suatu bidang tertentu.
b. Teori menjelaskan keterangan sementara mengenai suatu gejala atau peristiwa dan 
             huhungan-hubungan yang diamati
c. Teori memberikan rangsangan untuk menemukan pengetahuan baru dengan cara
             memberikan kerangka atau bimbingan untuk penelitian lebih lanjut.

Ciri-ciri teori
a. Teori harus dapat menerangkan fakta hasil pengamatan yang ada hubungannya
 dengan masalah. Teori harus dapat menjelaskan mengapa suatu gejala/ peristiwa  
  terjadi.
b. Teori harus konsisten dengan fakta yang diamati dan dengan kerangka pengetahuan
 yang sudah mapan.
c. Teori memberikan cara pembuktian kebenarannya. Teori memungkinkan dibuat
    metode deduksi dalam bentuk hipotesis. Kemudian ilmuwan  dapat meneliti dan
    menguji hipotesis tersebut secara empiris dengan tujuan untuk menentukan apakah
    teori tersebut didukung oleh data  ataukah  tidak.

d. Teori merangsang penemuan baru dan mengarahkan bidang-bidang baru yang perlu
    diteliti.


         Keterbatasan metode ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial
                 Dikalangan peneliti sosial sering terjadi ketidaksepakatan apa yang disebut fakta yang sudah mapan (established fact), atau keterangan apa yang memuaskan bagi fakta yang di asumsikan (assumed fact) . Hal ini disebabkan adanya beberapa keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut:
a.  Kompleksnya permasalahan
     Ilmuwan sosial berhadapan dengan persoalan-persoalan manusia, yang menyangkut perilaku dan perkembangan manusia secara individual, individu dalam kelompok maupun secara kelompok. Banyak variabel yang harus diperhitungkan dalam setiap usaha rnemahami permasalahan manusia yang kompleks atau pelik.
b.                    Kesulitan dalam pengamatan
     Pengamatan lebih sukar dilakukan di bidang ilmu sosial dibandingkan dibidang ilmu alam. Pengamatan di bidang sosia1 lebih bersifat subjektif. Misa1nya penelitian tentang persepsi., motivasi, sikap yang dimiliki oleh sekelompok orang. Variabel-variabel tersebut sulit diamati dan pengamatan biasanya bersifat subjektif. Dua orang peneliti masing--masing mengamati perilaku sekelompok orang yang sama sangat mungkin hasilnya berbeda, hal ini disebabkan peneliti yang satu dan peneliti yang lain memiliki interpretasi yang berbeda tentang kelompok itu.
c.      Kesulitan dalam replikasi
         Replikasi atau pengulangan penelitian terhadap perilaku seseorang sangat sulit di lakukan. Replikasi berarti melakukan penelitian ulang dengan mempertahankan kondisi tetap sama seperti penelitian yang pertama . hal ini sangat sulit dilakukan untuk penelitian pada orang atau kelompok orang. Setiap orang yang mengetahui sedang diteliti tentu muncul reaksi yang tidak diinginkan oleh peneliti. Lebih-lebih untuk penelitian ulangan tentu reaksinya semakin banyak dan bervariasi. Gejala sosial adalah gejala tunggal yang tidak dapat diulangi untuk tujuan pengamatan.
d . Kesulitan dalam  pengendalian
           Pengendalian yang ketat di laboratorium pada penelitian eksperimen di bidang ilmu alam tidak dapat dilaksanakan dengan baik dalam bidang ilmu sosial. Para ilmuwan sosial dihadapkan pada banyak variabel yang sulit dikendalikan.
e.                  Kesulitan dalam pengukuran
      Alat-alat pengukuran yang digunakan dalam penelitian soial sulit ditentukan, Dan jika dapat ditentukan hasilnya tidak sempurna dan kurang tepat. Pengukuran dalam penelitian sosia1 tidak mempunyai alat yang setara dengan alat pengukur suhu dengan termometer, pengukur jarak dengan pita logam pengukur jarak, dan pengukuran berat dengan alat timbangan.

   C.  Hakekat Penelitian
                 Telah disinggung di muka istilah penelitian. Penelitian pada dasarnya adalah penerapan metode ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk menemukan jawaban terhadap persoalan  yang signfikan, melalui penerapan prosedur ilmiah.

         Kegiatan penelitian memiliki tiga aspek:
         a. Sistematis, artinya dilaksanakan dengan mengikuti pola tertentu, dari yang paling   
             sederhana sampai yang paling kompleks untuk mencapai  tujuan secara efektif dan
             efisien.
         b. Berencana , artinya penelitian  dilaksanakan berdasarkan rencana yang sudah di tetapkan sebelumnya.
         c. Ilmiah, artinya kegiatan penelitian sejak awal hingga akhir kegiatan mengikuti  prinsip-prinsip yang lazim dalam memperoleh ilmu  pengetahuan.

    D.  Jenis-jenis penelitian
 Jenis-jenis penelitian dapat digolongkan antara lain  sebagai ben kut:
1. Ditinjau dan tujuan
      Apabila ditinjau dan tujuannya, penelitian dapat dibedakan menjadi:
a. Penelitian eksploratif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan antuk menjajagi sesuatu
yang belum diketahui sebelumnya atau hanya sedikit  diketahui. Misalnya suatu penelitian yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan untuk mengetahui faktor  penyebab terjangkitnya wabah   demam berdarah di suatu daerah.
b. Penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi-nituasi atau gejala sosial.
c  Penelitian pengembangan ( developmental research) , yaitu pene1itian yang bertujun  untuk suatu penyempurnaan aktivitas atau produk. Misalnya     penelitian untuk pengembangan produk atau cara berproduksi.
d. Penelitian verifikatif,  yaitu penelitian yang dilakukan untuk tujuan  pengecekan   
 kebenaran hasil penelitian sebelumnya.

2.      Ditinjau dari pendekatannya
       Apabi1a ditinjau dari pendekatannya , maka penelitian dapat dibedakan sebagai berikut:
a.   Penelitian  longitudinal, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan suatu objek penelitian dengan mengikuti perkembangan pada objek penelitian  yang sama. Misalnya penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
perkembangan jiwa anak di pedesaan. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan  data tentang perkembangan anak dari sekelompok  anak tersebut sejak anak masih pada usia balita hingga usia menjelang dewasa.  Dengan demikian penelitian ini memerlukan waktu yarng relatif lama.
b.  Penelitian silang (cross—sectional), yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan suatu objek penelitian dengan mengambil beberapa kelompok objek penelitian yang berlain-lainan sesuai dengan tingkat perkembangan yang diinginkan. Misalnya pada penelitian perkembangan jiwa anak di pedesaan pada contoh di atas, peneliti pada waktu yang sama mengambil beberapa kelompok anak-anak dari berbagai tingkat usia dan kemudian diteliti tingkat perkembangan jiwanya.
3. Ditinjau dan bidang ilmu
        Apabila ditinjau dari bidang ilmu yang diteliti ,maka pene1itian dapat dibedakan antara lain:            
a .
Penelitian sosial
b.  Penelitian kedokteran
c.  Penelitian biologi
d . Penelitian pertanian
e.  Penelitian ekonomi
f.  Penelitian pendidikan.

4. Ditinjau dari tempatnya
    Apabila ditinjau dari tempatnya, penelitian dapat dibedakan menjadi:
a. Penelitian laboratorium
b. Penelitian kepustakaan,
c. Penelitian lapangan.

5. Ditinjau dari rancangannya
    Apabila ditinjau dari rancangannya penelitian dapat dibedakan:
    a. Penelitian survai, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil
dari populasi itu.
b. Penelitian studi kasus, yaitu pcnelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial. Studi kasus dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu, kelompok profesi, dan 1embaga sosial. Studi kasus dapat pula mengenai perkembangan   sesuatu, misalnya pengaruh metode produksi terhadap produktivitas karyawan.
c. Penelitian eksperimen, yaitu suatu penelitian untuk mengetahui huhungan suatu variabel dengan variabel lain dalam kondisi yang di kontrol secara ketat.

E. Prosedur Penelitian
     Penelitian sebagai metode ilmiah mempunyai tahap-tahap prosedur penelitian sebagi berikut.
1. Membuat rancangan penelitian, yang meliputi:
  1.   memi1ih masalah/ topik penelitian,
  2.   mengadakan studi pendahluan,
  3.   merumuskan masa1ah penelitian,
  4.   merumuskan hipotesis,
  5.   menentukan  metode penelitian,
  6.  menentukan variabel panelitian dan sumber data.
2. Pelaksanaan penalitian, yang meliputi:
    h. menentukan dan menyusun instrumen penelitian.
    i.  mengumpulkan data
    j. menganalisis data
    k. menarik kesimpulan
c.  Pelaporan
    l. menulis laporan panelitian.

            Bagan hubungan antara pendekatan ilmiah dan penelitian ilmiah dapat digambarkan pada halaman  berikut:







































        

METODE ILMIAH                                                                                               PENELITIAN ILMIAH
 

                                       








 






                              
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda disini