Selasa, 17 September 2013

KAJIAN PUSTAKA



BAB 3
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN


A. Kajian Pustaka
        Telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa sumber masalah penelitian dapat diperoleh antara lain dan deduksi teori dan literatur yang relevan,  ini berarti kajian telah dilakukan sejak menentukan masalah penelitian. Kajian pustaka tidak terhenti setelah masalah penelitian ditentukan, melainkan terus sampai memperoleh kerangka teori yang dapat membantu peneliti merancang dan mengarahkan penelitian. Kajian pustaka yang dilakukan terhadap teori yang relevan dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan.

Manfaat kajian pustaka
      Kajian pustaka memberikan manfaat antara lain:
1. Pemahaman terhadap suatu teori memungkinkan peneliti menempatkan masalah      
    penelitian dalam perspektif
    Peneliti biasanya  dihadapkan pada menentukan penelitian yang memberikan mantaat yang lebih besar, yaitu dapat menambah pengetahuan yang berguna untuk memecahkan persoalan. Oleh karena itu peneliti yang sungguh-sungguh memiliki pemahaman terhadap suatu teori biasanya ingin menguji hipotesis yang diturunkan dari teori tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh suatu teori yang dapat dikukuhkan sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi pemecahan masalah. Penelitian yang lepas dari suatu teori akan menghasilkan pengetahuan yang lepas-lepas pula, sehingga kegunaan penelitian yang demikian akan sangat terbatas.
2. Peneliti  dapat menentukan batas-batas penelitian
       Tidak ada penelitian di bidang pendidikan maupun di bidang sosial ekonomi yang dilakukan  secara menyeluruh. sehingga dapat diperoleh suatu pengetahuan yang berguna untuk memecahkan segala permasalahan. Kemampuan peneliti sangat terbatas baik dalam memaham berbagai teori maupun dalam melaksanakan penelitian. Dengan  alasan tersebut peneliti hanya melakukan penelitian pada bidang-bidang yang masih dalam penguasaannya. Suatu kajian terhadap hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang relevan dapat membantu rnengarahkan peneliti untuk mengembangkan penelitian yang sudah ada sekaligus menentukan batas-batas penelitian yang sesuai dengan bidangnya.
3. Peneliti memperoleh wawasan yang lebih luas untuk merancang penelitian baru
       Dengan melakukan kajian terhadap kepustakaan yang relevan khususnya  hasil-hasil penelitian terdahulu, peneliti dapat terrangsang  untuk memperbaiki prosedur penelitan yang dirasa dapat dipertanggungjawabkan. Baik mengenai ruang lingkup penelitian, cara penarikan sampel, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan data, cara-cara pengontrolan statistik, maupun teknik analisisnya. Penelitia-penelitian yang dilakukan terdahulu yang relevan dapat memberikan wawasan bagi peneliti terutama dalam merancang penelitian baru. Penelitian yang dikembangkan atas dasar penelitian sebelumnya dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan yang sudah ada.
4. Peneliti dapat menghindari terjadinya penelitian ulangan secara tak sengaja
       Penelitian yang bersifat pengulangan penelitian terdahulu secara tak sengaja hampir tak berguna. Pengulangan penelitian yang tidak disadari tidak rnenghasilkan perbaikan prosedur penelitian dan juga tidak menghasilkan pengetahuan baru.

Sumber referensi
       Sumber referensi sebagai sumber utama kepustakaan meliputi antara lain:
1. Pusat informasi atau pengumpulan data seperti biro pusat statistik. Biro pusat statistik (BPS) baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat tersedia banyak informasi mengenai keadaan sosial-ekonomi, bisnis, kesehatan, kependudukan, pendidikan, pariwisata, dan lain-lain yang diterbitkan secara berkala.
2. Jurnal-jurnal hasil penelitian di kalangan perguruan tinggi atau lembaga-lembaga penelitan.
3. Tesis dan disertasi yang dapat dibaca pada berbagai perpustakaan fakultas di setiap perguruan tinggi dan di perpustakaan Kopertis.
4. Buku-buku teks terbitan lokal dan internasional yang dapat diperoleh di perpustakaan, baik di perpustakaan di perguruan tinggi sendiri, di perguruan tinggi lain maupun perpustakaan negara. Setiap peneliti biasanya dapat menjadi anggota di berbagai perpustakaan.

Merangkum hasil studi pustaka
      Setelah peneliti melakukan kajian pustaka yang relevan dengan penelitiannya, maka langkah selanjutnya adalah merangkum hasil kajian tersebut. Pendekatan yang terbaik adalah dengan merangkum  studi-studi tersebut berdasarkan topiknya dan mencoba menetapkan hubungan topik-topik tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan. Keberhasilan membuat rangkuman terhadap hasil kajian pustaka merupakan awal dari keberhasilan menyajikan literatur  dalam laporan penelitian. Penyajian literatur harus dilakukan secara sistematis dan terbatas pada hasil kajian yang memang relevan dengan rencana penelitian. Penyajian literatur yang sistematis dan relevan sangat membantu peneliti dalam memperoleh kerangka pikir yang berguna untuk merumuskan hipotesis penelitian (hipotesis penelitian akan dibahas pada bagian berikutnya). Banyak mahasiswa menyajikan semua literatur yang ada tanpa diseleksi dan bahkan banyak yang kurang relevan, sehingga literatur yang disajikan di samping terlalu banyak juga tidak disusun secara sistematis, yang pada giliran berikutnya literatur tersebut kurang efektif.
      Berikut ini disajikan beberapa pedoman bagi peneliti agar dapat menyusun rangkuman hasil kajian pustaka secara sistematis.
1.    Kajian pustaka dimulai dari hasil karya atau terbitan-terbitan terbaru  yang relevan dengan bidang yang akan diteliti dan diteruskan ke terbitan-terbitan sebelumnya.
2.    Kajian  terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dilakukakan dengan membaca abstrak atau ringkasannya terlebih dahulu. Hal mi dilakukan agar dapat dengan cepat dipastikan apakah laporan hasil penelitian tersebut memang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Jika memang relevan dengan masalah akan diteliti maka kajian yang lebih mendalam pada bagian-bagian yang relevan dilakukan. Laporan hasil penelitian terdahulu tidak perlu dibaca seluruhnya agar bisa hemat waktu.
3.    Hasil kajian pustaka di atas disimpan pada file daftar referensi. Setiap referensi berisi bibliografinya secara lengkap. Kutipan langsung harus diberi tanda agar laporan penelitian  dapat disusun dengan benar. Pemakaian file referensi  dimaksudkan agar hasil kajian pustaka tersebut lebih mudah digunakan.

B.        Pengertian Hipotesis
            Hipotesis berasal dari dua kata yunani yaitu :  hypo yang artinya kurang thesis yang berarti pendapat atau teori. Dari dua kata tersebut hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis adalah kebenaran sementara, maka hipotesis harus diuji secara empiris untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut diterima ataukah ditolak. Apabila hasil penelitian empiris mendukung kebenaran hipotesis, maka hipotesis diterima Ini berarti hipotesis yang diturunkan dari teori atau hasil kajian pustaka didukung oleh fakta, dan ini juga berarti teori tersebut berhasil dikukuhkan. Sebaliknya apabila ternyata hasil penelitian empiris tidak mendukung kebenaran hipotesis, maka hipotesis ditolak. Ini berarti hipotesis yang diturunkan dari teori atau kajian pustaka tersebut tidak didukung oleh fakta, sehingga teori tersebut gagal dikukuhkan.

Manfaat Hipotesis
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut :
a.    Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
b.    Menyiapkan penelitian kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
c.    Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.

Sumber Hipotesis
Beberapa sumber untuk menggali hipotesis (Good and Scates, 1954) yaitu :
a   Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu.
b.    Wawasan,
c.    Imajinasi atau angan-angan.
d.    Materi bacaan dan literatur.
e.    Pengetahuan tentang kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang diselidiki.
f.     Data yang tersedia.
g.    Analogi atau kesamaan.

Secara garis besar suatu hipotesis dapat didapatkan dari dua sumber. yaitu:
a. Hipotesis Induktif
Hipotesis induktif adalah suatu hasil hipotesis yang digali dari hasil pengamatan atas fakta-fakta yang ada, gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi, dan didukung dengan hasil penelitian yang telah terjadi sebelumnya yang relevan dan dapat diketahui hubungan-hubungan yang ada antara fakta-fakta atau gejala-gejala yang diamati tersebut. Penalaran tentang hubungan-hubungan tersebut dirumuskan dalam suatu pernyataan yang disebut hipotesis.
b. Hipotesis Deduktif
Hipotesis deduktif adalah hipotesis yang ditarik secara deduktif dari suatu teori. Hipotesis deduktif mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan hipotesis induktif, karena hipotesis deduktif mampu memberikan arah penelitian menuju system pengetahuan yang lebih umum. Akumulasi pengetahuan akan semakin mapan apabila dibangun di atas kumpulan fakta dan teori yang sudah ada. Sebaliknya ilmu pengetahuan tidak akan berkembang secara efektif apabila setiap penelitian ilmiah dilakukan secara terpisah-pisah.

Ciri-ciri Hipotesis yang Baik
Hipotesis yang baik harus mampu mengarahkan penelitian secara efektif. Berikut adalah  ciri-ciri hipotesis yang baik.
a.    Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
     Hipotesis merupakan pernyataan yang mampu menjelaskan apa yang seharusnya dijelaskan. Misalnya ada masalah: “mengapa sifat konsumerisme masyarakat semakin meningkat?”  Dari masalah tersebut digali jawabannya dengan melakukan  kajian teori maupun melakukan penalaran terhadap fenomena tersebut.  Jawaban tersebut dirumuskan sebagai berikut: ”penayangan iklan melalui televisi secara terus-menerus dapat meningkatkan sifat konsumerisme masyarakat”.
b.    Hipotesis harus menyatakan hubungan antara variabel-variabel penelitian
Hipotesis menunjukkan adanya hubungan antara  dua variabel atau lebih yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan. Pada contoh hipotesis huruf a di atas menunjukkan adanya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel penayangan iklan dan variabel sifat konsumerisme. Semakin banyak frekuensi penayangan iklan masyarakat semakin konsumtif, sebaliknya semakin sedikit frekuensi penayangan iklan masyarakat semakin tidak konsumtif.
c.    Hipotesis harus dapat diuji
Hipotesis harus dapat diuji (testability) adalah ciri yang paling penting . Hipotesis yang dapat diuji berarti kesimpulan dan prediksi dapat ditarik dari hipotesis tersebut sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau gagal mendukung hipotesis tersebut.
d.   Hipotesis harus konsisten dengan ilmu pengetahuan yang sudah ada
Hipotesis tidak boleh bertentangan dengan ilmu pengetahuan atau teori atau hukum yang sudah mapan. Ini tidak berarti hasil penelitian empiris harus sesuai dengan ilmu pengetahuan, atau teori, atau hukum yang berlaku sebelumnya. Temuan baru yang tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan atau teori atau hukum yang sudah mapan tetapi merupakan hasil penelitian yang valid akan merupakan penataan kembali terhadap pengetahuan terdahulu menjadi teori yang lebih memuaskan.
e.    Hipotesis hendaknya dirumuskan secara sederhana, ringkas dan jelas
Hipotesis yang dirumuskan secara sederhana, ringkas dan jelas akan memudahkan pengujian hipotesis. Sederhana artinya pernyataan hipotesis tidak perlu berputar-putar sehingga  mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian. Ringkas artinya rumusan kalimatnya tidak terlalu panjang, dan jelas artinya rumusan hipotesis harus menjelaskan sifat hubungan antara variabel-variabel penelitian.

C. Merumuskan Hipotesis Penelitian
Ada 3 (tiga) macam rumusan  hipotesis, yaitu (1) hipotesis deskriptif, (2) hipotesis korelasional, dan (3) hipotesis komperatif.
  1. Rumusan hipotesis deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan proposisi yang menyatakan keberadaan, besar,bentuk, atau distribusi suatu variabel suatu kasus tertentu.
Contoh hipotesis deskriptif:
a.       15% dari rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan.
b.      Minat siswa SMP melanjutkan studi di SMK sangat tinggi.
c.       Minat lulusan SMK menjadi wirausahawan masih rendah.
  1. Rumusan hipotesis korelasional
Hipotesis korelasional merupakan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan suatu hubungan antara dua variabel suatu kasus tertentu.
Dalam menyatakan hubungan antara variabel-variabel penelitian tersebut, hipotesis dapat dirumuskan secara directional  atau secara non directional. Hipotesis directional menetapkan arah hubungan antara variabel-variabel penelitian, sedangkan hipotesis non directional tidak menetapkan arah hubungan antara variabel-variabel penelitian.

Contoh rumusan hipotesis korelasional.
Hipotesis directional
Hipotesis non directional
  1. Semakin tinggi frekuensi penayangan iklan semakin tinggi sifat konsumerisme masyarakat

  1. Ada hubungan positif antara frekuensi penayangan iklan dan sifat konsumerisme masyarakat.

  1. Semakin tinggi tingkat kedisiplinan kerja semakin rendah tingkat kecelakaan kerja.

  1. Ada hubungan negatif antara disiplin kerja dan tingkat kecelakaan kerja.

  1. Prestasi belajar mahasiswa dari keluarga berkemampuan ekonomi tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi belajar mahasiswa dari keluarga berkemampuan ekonomi rendah.
Frekuensi penayangan iklan berpengaruh terhadap sifat konsumerisme masyarakat.


Ada hubungan antara frekuensi penayangan iklan dan sifat konsumerisme masyarakat.

Disiplin kerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja.


Ada hubungan antara disiplin kerja dan tingkat kecelakaan kerja.


Ada perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa dari keluarag berkemampuan ekonomi tinggi dengan mahasiswa dari keluarga berkemampuan ekonomi rendah.

3.      Rumusan hipotesis komperatif
Hipotesis komperatif merupakan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan suatu perbedaan  variabel di antara dua tempat atau lebih atau di antara dua situasi atau lebih, atau di antara dua kondisi atau lebih yang berbeda pada  suatu kasus tertentu.

Contoh hipotesis komperatif:

Hipotesis directional
Hipotesis non directional
  1. Masyarakat yang sering nonton  penayangan iklan memiliki  sifat konsumerisme lebih tingi dibandingkan yang jarang nonton..

  1. Karyawan yang kedisiplinan kerja tinggi memiliki  tingkat kecelakaan kerja lebih rendah dibandingkan karyawan yang memiliki kedisiplinan kerja rendah.

  1. Prestasi belajar siswa dari keluarga berkemampuan ekonomi tinggi lebih baik  dibandingkan prestasi belajar mahasiswa dari keluarga berkemampuan ekonomi rendah.
Ada perbedaan sifat konsumerisme antara masyarakat yang sering nonton penayangan iklan dan yang jarang nonton. .


 Ada perbedaan tingkat kecelakaan kerja antara karyawan yang memiliki kedisiplinan  kerja tinggi dan yang memiliki kedisiplinan kerja rendah..



Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dari keluaraga berkemampuan ekonomi tinggi dan  dari keluarga berkemampuan ekonomi rendah.

D. Pengujian Hipotesis
      Dalam pengujian hipotesis peneliti harus objektif dan netral. Peneliti dalam menguji hipotesis benar-benar berdasarkan pada penelitian empiris. Peneliti tidak boleh terpengaruh atau berkepentingan untuk menerima atau menolak hipotesis yang telah ditetapkan. Apabila peneliti tidak objektif dan netral dalam menguji hipotesis tentu disangsikan sikap ilmiahnya. Karena peneliti yang demikian cenderung bertindak tidak fair, misalnya memanipulasi data  atau berusaha menyembunyikan kelemahan penelitian. Pengujian hipotesis bukan untuk membuktikan atau tidak membuktikan kebenaran hipotesis, melainkan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima ataukah ditolak. Oleh karena itu istilah yang digunakan menguji hipotesis dan bukan membuktikan hipotesis.

Kekeliruan dalam Pengujian Hipotesis
Dalam hubungannya dengan pengujian hipotesis ada dua jenis kekeliruan dalam pengambilan kesimpulan, yaitu:
1. Kekeliruan jenis 1, yaitu penolakan terhadap hipotesis yang seharusnya diterima.
2. Kekeliruan jenis II, yaitu penerimaan terhadap hipotesis yang seharusnya ditolak.
        Hubungan antara hipotesis, kesimpulan dan jenis kekeliruan dapat dilihat pada tabel berikut.

              
Jenis Kekeliruan Pengambilan Kesimpulan dalam Pengujian Hipotesis
Kesimpulan

                       Keadaan Sebenarnya

Hipotesis Benar
Hipotesis Keliru
Hipotesis Diterima
Tidak ada kekeliruan
Kekeliruan jenis I
Hipotesis Ditolak
Kekeliruan jenis II
Tidak ada kekeliruan

      Pada saat merencanakan penelitian yang berhubungan dengan pengujian hipotesis hendaknya kedua macam kekeliruan tersebut dibuat sekecil mungkin. Untuk penilaian kedua jenis kekeliruan tersebut dinyatakan dengan peluang atau probabilitas (p). Peluang kekeliruan jenis I biasa dinyatakan dengan alpha ά, sedangkan peluang terjadinya kekeliruan jenis II biasa disebut beta β.  Kedua jenis kekeliruan tersebut saling berhubungan. Jika  alpha diperkecil, maka beta menjadi lebih besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu harus dicapai hasil pengujian yang paling baik, yaitu semua pengujian dengan harga alpha dengan kekeliruan beta paling kecil.
    Alpha sering disebut taraf signifikansi atau taraf nyata. Di dalam penelitian bidang sosial-ekonomi, pendidikan dan psikologi biasa digunakan taraf signifikansi 0,01 atau 0,05.
     Misalkan peneliti menetapkan hipotesis yang menyatakan: “Ada hubungan positif antara disiplin kerja dan produktivitas kerja”, biasanya dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ho: Tidak ada hubungan positif antara disiplin kerja dan produktivitas kerja
Ha: Ada hubungan positif antara disiplin kerja dan produktivitas kerja
   Untuk menguji hipotesis tersebut, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif ataukah tidak antara disiplin dan produktivitas kerja, peneliti mengumpulkan data kedua variabel tersebut pada objek penelitian yang ditetapkan. Kemudian peneliti memilih teknik analisis statistik yang sesuai dengan sifat datanya. Apabila data yang dikumpulkan berskala interval atau berskala rasio dapat digunakan teknik analisis korelasi product-moment dari Pearson. Misalkan harga koefisien korelasi didapat = 0,80 dengan taraf signifikansi = 0,02, maka pada taraf signifikansi 0,05 hipotesis nol (Ho) yang menyatakan tidak ada hubungan antara disiplin kerja dengan produktivitas kerja ditolak, sebaliknya hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan ada hubungan positif antara disiplin kerja dan produktivitas kerja diterima, karena taraf signifikansi yang diperoleh dari pengujian hipotesis (p) adalah 0,02 lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan (0,05). Karena Ha diterima maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara disiplin kerja dan produktlvitas kerja. Hubungan yang terjadi tersebut nyata (signifikan) sifatnya atau dengan kata lain hubungan yang terjadi bukan bersifat kebetulan, yang berarti hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampelnya diambil dengan peluang terjadinya kesalahan 2%.  Peluang terjadinya kekeliruan pengambilan kesimpulan tersebut dua persen, artinya jika penelitian dilakukan sebanyak  100 kali dari sampel yang berbeda dengan ukuran sampel sama, peluang terjadinya kekeliruan dalam mengambil kesimpulan sebanyak dua kali. Karena peneliti telah menetapkan taraf signifikansi 5%, maka dari hasil penelitian ini  peneliti yakin 95% bahwa telah membuat kesimpulan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda disini