BAB 3
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kajian Pustaka
Telah diuraikan
pada bagian sebelumnya bahwa sumber masalah penelitian dapat diperoleh antara
lain dan deduksi teori dan literatur yang relevan, ini berarti kajian telah dilakukan sejak menentukan
masalah penelitian. Kajian pustaka tidak terhenti setelah masalah penelitian
ditentukan, melainkan terus sampai memperoleh kerangka teori yang dapat
membantu peneliti merancang dan mengarahkan penelitian. Kajian pustaka yang
dilakukan terhadap teori yang relevan dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang
relevan.
Manfaat kajian pustaka
Kajian pustaka memberikan manfaat antara lain:
1. Pemahaman terhadap suatu teori memungkinkan peneliti menempatkan masalah
1. Pemahaman terhadap suatu teori memungkinkan peneliti menempatkan masalah
penelitian
dalam perspektif
Peneliti
biasanya dihadapkan pada menentukan
penelitian yang memberikan mantaat yang lebih besar, yaitu dapat menambah pengetahuan
yang berguna untuk memecahkan persoalan. Oleh karena itu peneliti yang
sungguh-sungguh memiliki pemahaman terhadap suatu teori biasanya ingin menguji
hipotesis yang diturunkan dari teori tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
suatu teori yang dapat dikukuhkan sehingga memberikan manfaat yang lebih besar
bagi pemecahan masalah. Penelitian yang lepas dari suatu teori akan menghasilkan
pengetahuan yang lepas-lepas pula, sehingga kegunaan penelitian yang demikian akan
sangat terbatas.
2. Peneliti dapat menentukan batas-batas penelitian
Tidak
ada penelitian di bidang pendidikan maupun di bidang sosial ekonomi yang
dilakukan secara menyeluruh. sehingga
dapat diperoleh suatu pengetahuan yang berguna untuk memecahkan segala
permasalahan. Kemampuan peneliti sangat terbatas baik dalam memaham berbagai
teori maupun dalam melaksanakan penelitian. Dengan alasan tersebut peneliti hanya melakukan
penelitian pada bidang-bidang yang masih dalam penguasaannya. Suatu kajian
terhadap hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang relevan dapat membantu
rnengarahkan peneliti untuk mengembangkan penelitian yang sudah ada sekaligus menentukan
batas-batas penelitian yang sesuai dengan bidangnya.
3. Peneliti memperoleh wawasan yang lebih luas
untuk merancang penelitian baru
Dengan melakukan kajian terhadap kepustakaan yang relevan khususnya hasil-hasil penelitian terdahulu, peneliti dapat terrangsang untuk memperbaiki prosedur penelitan yang dirasa dapat dipertanggungjawabkan. Baik mengenai ruang lingkup penelitian, cara penarikan sampel, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan data, cara-cara pengontrolan statistik, maupun teknik analisisnya. Penelitia-penelitian yang dilakukan terdahulu yang relevan dapat memberikan wawasan bagi peneliti terutama dalam merancang penelitian baru. Penelitian yang dikembangkan atas dasar penelitian sebelumnya dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan yang sudah ada.
Dengan melakukan kajian terhadap kepustakaan yang relevan khususnya hasil-hasil penelitian terdahulu, peneliti dapat terrangsang untuk memperbaiki prosedur penelitan yang dirasa dapat dipertanggungjawabkan. Baik mengenai ruang lingkup penelitian, cara penarikan sampel, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan data, cara-cara pengontrolan statistik, maupun teknik analisisnya. Penelitia-penelitian yang dilakukan terdahulu yang relevan dapat memberikan wawasan bagi peneliti terutama dalam merancang penelitian baru. Penelitian yang dikembangkan atas dasar penelitian sebelumnya dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan yang sudah ada.
4. Peneliti dapat menghindari terjadinya penelitian ulangan secara tak
sengaja
Penelitian yang bersifat
pengulangan penelitian terdahulu secara tak sengaja hampir tak berguna. Pengulangan
penelitian yang tidak disadari tidak rnenghasilkan perbaikan prosedur penelitian
dan juga tidak menghasilkan pengetahuan baru.
Sumber referensi
Sumber referensi sebagai sumber utama kepustakaan meliputi antara lain:
Sumber referensi sebagai sumber utama kepustakaan meliputi antara lain:
1. Pusat informasi atau pengumpulan data seperti
biro pusat statistik. Biro pusat statistik (BPS) baik di tingkat daerah maupun di
tingkat pusat tersedia banyak informasi mengenai keadaan sosial-ekonomi,
bisnis, kesehatan, kependudukan, pendidikan, pariwisata, dan lain-lain yang
diterbitkan secara berkala.
2. Jurnal-jurnal hasil penelitian di kalangan perguruan tinggi atau
lembaga-lembaga penelitan.
3. Tesis dan disertasi yang dapat dibaca pada berbagai perpustakaan
fakultas di setiap perguruan tinggi dan di perpustakaan Kopertis.
4. Buku-buku teks terbitan lokal dan internasional yang dapat diperoleh di
perpustakaan, baik di perpustakaan di perguruan tinggi sendiri, di perguruan
tinggi lain maupun perpustakaan negara. Setiap peneliti biasanya dapat menjadi
anggota di berbagai perpustakaan.
Merangkum hasil studi pustaka
Setelah peneliti
melakukan kajian pustaka yang relevan dengan penelitiannya, maka langkah
selanjutnya adalah merangkum hasil kajian tersebut. Pendekatan yang terbaik
adalah dengan merangkum studi-studi
tersebut berdasarkan topiknya dan mencoba menetapkan hubungan topik-topik
tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan. Keberhasilan membuat rangkuman
terhadap hasil kajian pustaka merupakan awal dari keberhasilan menyajikan
literatur dalam laporan penelitian. Penyajian literatur harus dilakukan secara
sistematis dan terbatas pada hasil kajian yang memang relevan dengan rencana
penelitian. Penyajian literatur yang sistematis dan relevan sangat membantu
peneliti dalam memperoleh kerangka pikir yang berguna untuk merumuskan
hipotesis penelitian (hipotesis penelitian akan dibahas pada bagian berikutnya).
Banyak mahasiswa menyajikan semua literatur yang ada tanpa diseleksi dan
bahkan banyak yang kurang relevan, sehingga literatur yang disajikan di samping
terlalu banyak juga tidak disusun secara sistematis, yang pada giliran
berikutnya literatur tersebut kurang efektif.
Berikut
ini disajikan beberapa pedoman bagi peneliti agar dapat menyusun rangkuman hasil
kajian pustaka secara sistematis.
1. Kajian pustaka dimulai dari hasil karya
atau terbitan-terbitan terbaru yang relevan
dengan bidang yang akan diteliti dan diteruskan ke terbitan-terbitan
sebelumnya.
2. Kajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya
yang relevan dilakukakan dengan membaca abstrak atau ringkasannya terlebih
dahulu. Hal mi dilakukan agar dapat dengan cepat dipastikan apakah laporan
hasil penelitian tersebut memang relevan dengan masalah yang akan diteliti.
Jika memang relevan dengan masalah akan diteliti maka kajian yang lebih
mendalam pada bagian-bagian yang relevan dilakukan. Laporan hasil penelitian
terdahulu tidak perlu dibaca seluruhnya agar bisa hemat waktu.
3. Hasil kajian pustaka di atas disimpan pada
file daftar referensi. Setiap referensi
berisi bibliografinya secara lengkap. Kutipan langsung harus diberi tanda agar
laporan penelitian dapat disusun dengan
benar. Pemakaian file referensi dimaksudkan agar hasil kajian pustaka tersebut
lebih mudah digunakan.
B. Pengertian
Hipotesis
Hipotesis
berasal dari dua kata yunani yaitu : hypo
yang artinya kurang thesis yang berarti pendapat atau teori. Dari dua
kata tersebut hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat yang masih harus diuji
kebenarannya. Hipotesis adalah kebenaran sementara, maka hipotesis harus
diuji secara empiris untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut diterima ataukah
ditolak. Apabila hasil penelitian empiris mendukung kebenaran hipotesis, maka
hipotesis diterima Ini berarti hipotesis yang diturunkan dari teori atau hasil
kajian pustaka didukung oleh fakta, dan ini juga berarti teori tersebut
berhasil dikukuhkan. Sebaliknya apabila ternyata hasil penelitian empiris tidak
mendukung kebenaran hipotesis, maka hipotesis
ditolak. Ini berarti hipotesis yang diturunkan dari teori atau kajian
pustaka tersebut tidak didukung oleh fakta, sehingga teori tersebut gagal dikukuhkan.
Manfaat Hipotesis
Secara garis besar, kegunaan
hipotesis adalah sebagai berikut :
a.
Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian
dan kerja penelitian.
b. Menyiapkan penelitian
kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu
saja dari perhatian peneliti.
c. Sebagai panduan dalam
pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Sumber Hipotesis
Beberapa
sumber untuk menggali hipotesis (Good and Scates, 1954) yaitu :
a Ilmu pengetahuan dan pengertian
yang mendalam tentang ilmu.
b. Wawasan,
c. Imajinasi atau angan-angan.
d. Materi bacaan
dan literatur.
e. Pengetahuan tentang kebiasaan atau kegiatan dalam
daerah yang diselidiki.
f. Data yang tersedia.
g. Analogi atau kesamaan.
Secara garis besar suatu
hipotesis dapat didapatkan dari dua sumber. yaitu:
a. Hipotesis Induktif
Hipotesis induktif
adalah suatu hasil hipotesis yang digali dari hasil pengamatan atas fakta-fakta
yang ada, gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi, dan didukung dengan hasil
penelitian yang telah terjadi sebelumnya yang relevan dan dapat diketahui hubungan-hubungan
yang ada antara fakta-fakta atau gejala-gejala yang diamati tersebut. Penalaran
tentang hubungan-hubungan tersebut dirumuskan dalam suatu pernyataan yang
disebut hipotesis.
b. Hipotesis Deduktif
Hipotesis deduktif adalah
hipotesis yang ditarik secara deduktif dari suatu teori. Hipotesis deduktif mempunyai
kelebihan jika dibandingkan dengan hipotesis induktif, karena hipotesis
deduktif mampu memberikan arah penelitian menuju system pengetahuan yang lebih
umum. Akumulasi pengetahuan akan semakin mapan apabila dibangun di atas
kumpulan fakta dan teori yang sudah ada. Sebaliknya ilmu pengetahuan tidak akan
berkembang secara efektif apabila setiap penelitian ilmiah dilakukan secara
terpisah-pisah.
Ciri-ciri Hipotesis yang Baik
Hipotesis yang baik harus mampu mengarahkan penelitian secara efektif.
Berikut adalah ciri-ciri hipotesis yang
baik.
a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
Hipotesis merupakan pernyataan yang mampu
menjelaskan apa yang seharusnya dijelaskan. Misalnya ada masalah: “mengapa
sifat konsumerisme masyarakat semakin meningkat?” Dari masalah tersebut digali jawabannya dengan
melakukan kajian teori maupun melakukan
penalaran terhadap fenomena tersebut. Jawaban
tersebut dirumuskan sebagai berikut: ”penayangan iklan melalui televisi secara
terus-menerus dapat meningkatkan sifat konsumerisme masyarakat”.
b. Hipotesis harus
menyatakan hubungan antara variabel-variabel penelitian
Hipotesis menunjukkan adanya
hubungan antara dua variabel atau lebih
yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis
menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan. Pada contoh
hipotesis huruf a di atas menunjukkan adanya hubungan antara dua variabel,
yaitu variabel penayangan iklan dan variabel sifat konsumerisme. Semakin banyak
frekuensi penayangan iklan masyarakat semakin konsumtif, sebaliknya semakin
sedikit frekuensi penayangan iklan masyarakat semakin tidak konsumtif.
c. Hipotesis harus dapat
diuji
Hipotesis harus dapat diuji (testability) adalah ciri yang paling
penting . Hipotesis yang dapat diuji berarti kesimpulan dan prediksi dapat
ditarik dari hipotesis tersebut sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris
yang akan mendukung atau gagal mendukung hipotesis tersebut.
d. Hipotesis harus konsisten
dengan ilmu pengetahuan yang sudah ada
Hipotesis tidak boleh
bertentangan dengan ilmu pengetahuan atau teori atau hukum yang sudah mapan.
Ini tidak berarti hasil penelitian empiris harus sesuai dengan ilmu
pengetahuan, atau teori, atau hukum yang berlaku sebelumnya. Temuan baru yang
tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan atau teori atau hukum yang sudah mapan
tetapi merupakan hasil penelitian yang valid akan merupakan penataan kembali
terhadap pengetahuan terdahulu menjadi teori yang lebih memuaskan.
e. Hipotesis hendaknya
dirumuskan secara sederhana, ringkas dan jelas
Hipotesis yang dirumuskan secara
sederhana, ringkas dan jelas akan memudahkan pengujian hipotesis. Sederhana
artinya pernyataan hipotesis tidak perlu berputar-putar sehingga mengurangi timbulnya kesalahpahaman
pengertian. Ringkas artinya rumusan kalimatnya tidak terlalu panjang, dan jelas
artinya rumusan hipotesis harus menjelaskan sifat hubungan antara
variabel-variabel penelitian.
C. Merumuskan Hipotesis
Penelitian
Ada 3 (tiga)
macam rumusan hipotesis, yaitu (1)
hipotesis deskriptif, (2) hipotesis korelasional, dan (3) hipotesis komperatif.
- Rumusan hipotesis deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan
proposisi yang menyatakan keberadaan, besar,bentuk, atau distribusi suatu
variabel suatu kasus tertentu.
Contoh hipotesis deskriptif:
a. 15% dari rakyat Indonesia
hidup di bawah garis kemiskinan.
b. Minat siswa SMP
melanjutkan studi di SMK sangat tinggi.
c. Minat lulusan SMK menjadi
wirausahawan masih rendah.
- Rumusan hipotesis korelasional
Hipotesis korelasional merupakan
pernyataan-pernyataan yang menggambarkan suatu hubungan antara dua variabel suatu
kasus tertentu.
Dalam menyatakan hubungan antara
variabel-variabel penelitian tersebut, hipotesis dapat dirumuskan secara directional atau secara non directional. Hipotesis
directional menetapkan arah hubungan antara variabel-variabel
penelitian, sedangkan hipotesis non directional tidak menetapkan arah
hubungan antara variabel-variabel penelitian.
Contoh
rumusan hipotesis korelasional.
Hipotesis directional
|
Hipotesis non directional
|
|
Frekuensi penayangan iklan berpengaruh terhadap
sifat konsumerisme masyarakat.
Ada hubungan antara frekuensi penayangan iklan
dan sifat konsumerisme masyarakat.
Disiplin kerja berpengaruh terhadap kecelakaan
kerja.
Ada hubungan antara disiplin kerja dan tingkat
kecelakaan kerja.
Ada perbedaan prestasi belajar
antara mahasiswa dari keluarag berkemampuan ekonomi tinggi dengan mahasiswa
dari keluarga berkemampuan ekonomi rendah.
|
3.
Rumusan hipotesis komperatif
Hipotesis komperatif merupakan
pernyataan-pernyataan yang menggambarkan suatu perbedaan variabel di antara dua tempat atau lebih atau
di antara dua situasi atau lebih, atau di antara dua kondisi atau lebih yang
berbeda pada suatu kasus tertentu.
Contoh hipotesis komperatif:
Hipotesis directional
|
Hipotesis non directional
|
|
Ada perbedaan sifat
konsumerisme antara masyarakat yang sering nonton penayangan iklan dan yang
jarang nonton. .
Ada perbedaan tingkat kecelakaan kerja
antara karyawan yang memiliki kedisiplinan kerja tinggi dan yang memiliki kedisiplinan
kerja rendah..
Ada perbedaan
prestasi belajar antara siswa dari keluaraga berkemampuan ekonomi tinggi dan dari keluarga berkemampuan ekonomi rendah.
|
D. Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis peneliti harus
objektif dan netral. Peneliti dalam menguji hipotesis benar-benar berdasarkan
pada penelitian empiris. Peneliti tidak boleh terpengaruh atau berkepentingan
untuk menerima atau menolak hipotesis yang telah ditetapkan. Apabila peneliti
tidak objektif dan netral dalam menguji hipotesis tentu disangsikan sikap
ilmiahnya. Karena peneliti yang demikian cenderung bertindak tidak fair,
misalnya memanipulasi data atau berusaha
menyembunyikan kelemahan penelitian. Pengujian hipotesis bukan untuk
membuktikan atau tidak membuktikan kebenaran hipotesis, melainkan untuk
mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima ataukah ditolak.
Oleh karena itu istilah yang digunakan menguji hipotesis dan bukan
membuktikan hipotesis.
Kekeliruan dalam Pengujian
Hipotesis
Dalam hubungannya dengan pengujian hipotesis ada dua jenis
kekeliruan dalam pengambilan kesimpulan, yaitu:
1. Kekeliruan jenis 1, yaitu penolakan terhadap hipotesis yang seharusnya diterima.
2. Kekeliruan jenis II, yaitu penerimaan terhadap hipotesis yang seharusnya ditolak.
Hubungan antara hipotesis, kesimpulan dan jenis kekeliruan dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Kekeliruan Pengambilan Kesimpulan dalam Pengujian Hipotesis
1. Kekeliruan jenis 1, yaitu penolakan terhadap hipotesis yang seharusnya diterima.
2. Kekeliruan jenis II, yaitu penerimaan terhadap hipotesis yang seharusnya ditolak.
Hubungan antara hipotesis, kesimpulan dan jenis kekeliruan dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Kekeliruan Pengambilan Kesimpulan dalam Pengujian Hipotesis
Kesimpulan
|
Keadaan Sebenarnya
|
|
|
Hipotesis Benar
|
Hipotesis Keliru
|
Hipotesis Diterima
|
Tidak ada kekeliruan
|
Kekeliruan jenis I
|
Hipotesis Ditolak
|
Kekeliruan jenis II
|
Tidak ada kekeliruan
|
Pada saat merencanakan penelitian yang
berhubungan dengan pengujian hipotesis hendaknya kedua macam kekeliruan
tersebut dibuat sekecil mungkin. Untuk penilaian kedua jenis kekeliruan
tersebut dinyatakan dengan peluang atau probabilitas (p). Peluang kekeliruan
jenis I biasa dinyatakan dengan alpha ά, sedangkan peluang terjadinya
kekeliruan jenis II biasa disebut beta β.
Kedua jenis kekeliruan tersebut saling berhubungan. Jika alpha diperkecil, maka beta menjadi lebih
besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu harus dicapai hasil
pengujian yang paling baik, yaitu semua pengujian dengan harga alpha dengan
kekeliruan beta paling kecil.
Alpha sering disebut taraf signifikansi
atau taraf nyata. Di dalam penelitian bidang sosial-ekonomi, pendidikan dan
psikologi biasa digunakan taraf signifikansi 0,01 atau 0,05.
Misalkan peneliti menetapkan hipotesis
yang menyatakan: “Ada hubungan positif antara disiplin kerja dan produktivitas
kerja”, biasanya dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ho:
Tidak ada hubungan positif antara disiplin kerja dan produktivitas kerja
Ha:
Ada hubungan positif antara disiplin kerja dan produktivitas kerja
Untuk menguji hipotesis tersebut, yaitu
untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif ataukah tidak antara disiplin
dan produktivitas kerja, peneliti mengumpulkan data kedua variabel tersebut
pada objek penelitian yang ditetapkan. Kemudian peneliti memilih teknik analisis
statistik yang sesuai dengan sifat datanya. Apabila data yang dikumpulkan
berskala interval atau berskala rasio dapat digunakan teknik analisis korelasi product-moment
dari Pearson. Misalkan harga koefisien korelasi didapat = 0,80 dengan taraf
signifikansi = 0,02, maka pada taraf signifikansi 0,05 hipotesis nol (Ho) yang
menyatakan tidak ada hubungan antara disiplin kerja dengan produktivitas kerja
ditolak, sebaliknya hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan ada hubungan positif
antara disiplin kerja dan produktivitas kerja diterima, karena taraf
signifikansi yang diperoleh dari pengujian hipotesis (p) adalah 0,02 lebih
kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan (0,05). Karena Ha diterima maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara disiplin kerja dan
produktlvitas kerja. Hubungan yang terjadi tersebut nyata (signifikan) sifatnya
atau dengan kata lain hubungan yang terjadi bukan bersifat kebetulan, yang
berarti hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan pada populasi di mana
sampelnya diambil dengan peluang terjadinya kesalahan 2%. Peluang terjadinya kekeliruan pengambilan
kesimpulan tersebut dua persen, artinya jika penelitian dilakukan sebanyak 100 kali dari sampel yang berbeda dengan
ukuran sampel sama, peluang terjadinya kekeliruan dalam mengambil kesimpulan
sebanyak dua kali. Karena peneliti telah menetapkan taraf signifikansi 5%, maka
dari hasil penelitian ini peneliti yakin
95% bahwa telah membuat kesimpulan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar anda disini