BAB 7
VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang
paling tinggi karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan
berfungsi untuk menguji hipotesis. Benar tidaknya data sangat menentukan bermutu
tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik
tidaknya instrumen pengumpul data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua
persyaratan yaitu valid dan reliabel.
A. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila :
1. mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
2. dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat.
Validitas tes perlu ditentukan untuk mengetahui
kualitas tes dalam kaitannya dengan mengukur hal yang seharusnya diukur. Nunnanly
(1972) menyatakan bahwa pengertian validitas senantiasa dikaitkan dengan
penelitian empiris dan pembuktian-pembuktiannya bergantung kepada macam
validitas yang digunakan. Validitas tes perlu dilakukan untuk mengetahui
kualitas tes dalam kaitannya mengukur hal yang seharusnya diukur.
Bentuk
validitas dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Validitas Logis
Validitas logis sama dengan
analisis kualitatif terhadap sebuah soal, Yaitu untuk menentukan berfungsi
tidaknya suatu soal berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria yang
dimaksud adalah kriteria materi, konstruksi, dan bahasa. Validitas logis dibagi
dua yaitu validitas isi (content validity)
dan validitas konstruk (construct
validity).
a. Validitas Isi (Content validity)
Validitas isi sering pula dinamakan
validitas kurikulum yang mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid
apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Validitas isi
didefinisikan sebagai seberapa jauh suatu instrumen mencakup daerah-daerah yang
diukur.
b. Validitas Konstruk (Construct validity)
Konstruk adalah sesuatu
yang berkaitan dengan fenomena dan obyek yang abstrak, tetapi gajalanya dapat
diamati dan diukur. Gravitasi, kemampuan matematika, kebahagiaan dan kesedihan
merupakan konstruk. Validitas konstruk suatu tes mengandung arti bahwa suatu
alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik di mana
tes itu dibuat. Dengan kata lain, sebuah tes dikatakan memiliki validitas
konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang
diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang
terdapat dalam kurikulum. Konstruksi yang dimaksud pada validitas ini bukanlah
merupakan konstruksi seperti bangunan atau susunan, tetapi berupa rekaan
psikologis yang berkaitan dengan aspek-aspek ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Validitas empiris
Dikatakan validitas empiris
karena didasarkan atas bukti empiris yang telah diperoleh pada suatu tes.
Validitas empiris disebut juga validitas prediksi (predictive validity) karena instrumen tersebut sudah dapat
digunakan untuk membuat prakiraan terhadap kemampuan sebenarnya atau kemampuan
akhir para pengikut tes tersebut. Validitas empiris dibagi menjadi dua yaitu: validitas setara dan
validitas kriteria.
a. Validitas setara (concurrent validity)
Validitas setara
didefinisikan sebagai seberapa jauh suatu instrumen berkorelasi positif dengan
suatu tes sejenis yang sudah dinyatakan valid dan reliabel. Kesetaraan disini
diartikan mempunyai bobot yang sama dalam hal isi maupun daya prediksinya.
b. Validitas kriteria (creterion-related)
didefinisikan sebagai
seberapa jauh suatu instrumen berkorelasi positif dengan tes lain yang mengukur
gejala yang sama.
Ada dua macam validitas sesuai
dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.
a. Validitas eksternal
Validitas Instrumen dicapai
apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau
informasi lain mengenai pengertian variabel yang dimaksud. Validitas eksternal
harus memungkinkan perbandingan dengan hasil-hasil studi lain. Harus ada
deskripsi atau definisi yang jelas tiap komponen (seperti konsep yang
dikembangkan, ciri-ciri populasi, sampling, situasi lokasi dan sebagainya) agar
dapat diadakan perbandingan oleh peneliti lain, sehingga orang lain dapat
memahami sesuai dengan pemahaman peneliti sendiri.
Rumus korelasi yang dapat
digunakan adalah rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh
Pearson sebagai berikut:
Rumus 1 : dengan nilai simpangan
∑ xy
rxy =
Di
mana:
rxy = koefisien
korelasi antara variabel x dan variabel y, dua variabel lain yang dikorelasikan
(x = X- dan y = Y-)
∑
xy = jumlah
perkalian antara x dan y
= skor rata-rata dari X
= skor rata-rata dari Y
Rumus 2
: dengan angka kasar
N∑XY - (∑X) ((∑Y)
rxy =
Di mana
rxy = koefisien
korelasi antara variabel x dan y
N = jumlah
peserta tes
Untuk mencari validitas tes IPS (X) di
Perguruan Tinggi dengan kriterium nilai hasil tes masuk (Y) dan jumlah peserta
sebanyak 15 orang digunakan tabel dibawah ini.
Perhitungan validitas nilai tes IPS di Perguruan Tinggi dengan skor
kasar
No
|
Peserta tes
|
X
|
Y
|
X²
|
Y²
|
XY
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
|
Juki
Jaka
Yanti
Bambang
Danang
Mitra
Koko
Didik
Kaka
Anang
Rara
Sutar
Rita
Guruh
Mega
|
8
7
6
7
8
7
6
8
7
8
8
8
9
8
7
|
6
6
4
6
7
5
5
7
7
7
7
5
7
7
5
|
64
49
36
49
64
49
36
64
49
64
64
64
81
64
49
|
36
36
16
36
49
25
25
49
49
49
49
25
49
49
25
|
48
42
24
42
56
35
30
56
49
56
56
40
63
56
35
|
Jumlah
|
112
|
91
|
846
|
567
|
688
|
N∑XY - (∑X) ((∑Y)
rxy =
(15
x 688)-(112 x 91)
rxy =
rxy = 0.708
Koefisien korelasi tersebut
diinterpretasikan dengan pedoman seperti nampak pada tabel berikut.
Koefisien korelasi (rxy)
|
Interpretasi
|
0,80
- 1,00
|
Sangat Tinggi
|
0,60
- < 0,80
|
Tinggi
|
0,40
- < 0,60
|
Cukup/ Sedang
|
0,20
- < 0,40
|
Rendah
|
0,00
- < 0,20
|
Sangat rendah
|
Dengan demikian koefisien korelasi debesar 0.708 di atas
diinterpretasikan tinggi, yang berarti soal/ tes IPS terebut valid.
b. Validitas internal
Validitas internal merupakan ukuran
tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen, yakni apakah instrumen
itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sebenarnya. Dengan kata lain, sebuah
instrumen memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung
”missi” instrumen secara keseluruhan yaitu mengungkap data dari variabel yang
dimaksud. Kelemahan dalam validitas internal dapat ditimbulkan oleh beberapa
faktor, antara lain:
1. perubahan waktu atau situasi
2. pengaruh pengamat/peneliti
3. seleksi
4. mortalitas
5. kedangkalan kesimpulan
6. Dari uraian mengenai validitas internal
dapat disimpulkan bahwa pengujian validitas sebuah instrumen dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: Melakukan analisis faktor (anafak) dan Melakukan
analisis butir (anabut).
Analisis faktor
Analisis faktor dapat dilakukan dengan suatu asumsi bahwa instrumen
dapat dikatakan valid jika setiap faktor yang membentuk instrumen tersebut
sudah valid. Analisis faktor dapat dilakukan apabila antara faktor yang satu
dengan faktor yang lain tidak terdapat kesamaan, kesinambungan atau tumpang
tindih.
Analisis butir
Prosedur untuk
melakukan analisis butir sebenarnya sama dengan prosedur melakukan analisis
faktor. Untuk menguji validitas setiap butir maka skor-skor yang ada pada butir
yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai
nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y. Dengan diperolehnya indeks
validitas setiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir mana yang tidak
memenuhi syarat. Berdasarkan informasi tersebut, peneliti dapat mengganti atau
merevisi butir-butir yang dimaksud.
B. Reliabilitas
Reliabilitas
menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius
mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang
sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka
beberapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat
keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Secara garis besar ada dua jenis
reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabel internal.
a. Reliabilitas eksternal
Ada dua cara untuk menguji reliabilitas
eksternal sesuatu instrumen yaitu dengan teknik pararel dan teknik ulang.
b. Reliabilitas internal
Reliabilitas internal diperoleh dengan cara
menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan. Ada bermacam-macam cara
untuk mengetahui reliabitas internal. Pemilihan sesuatu teknik didasarkan atas
bentuk instrumen maupun selera peneliti.
Berbagai teknik mencari reliabilitas
yang akan diuraikan adalah dengan rumusan Spearman-Brown, dengan rumusan
Flanagan, dengan rumus Rulon, dengan rumus K – R. 20,
dengan rumus K – R. 21, dengan rumus Hoyt dan dengan rumus Alpha.
1) Reliabilitas istrumen dengan rumus
Spearman-Brown
Dalam
menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti harus melalui langkah yaitu
membuat tabel analisis butir soal atau butir pertanyaan. Dari analisis ini
skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal. Ada dua
cara membelah yaitu belah ganjil – genap dan belah awal – akhir. Oleh karena
inilah maka teknik Spearman-Brown dalam mencari ini juga disebut teknik belah
dua. Langkah selanjutnya adalah mengokorelasikan skor belahan pertama dengan
skor belahan kedua, dan akan diperoleh harga rXY. Oleh karena indeks
korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara dua belahan instrumen,
maka untuk memperoleh indeks reliabilitas soal masih harus menggunakan rumus
Spearman-Brown, yaitu
|
Dengan keterangan
r11 =
reliabilitas instrumen
r1/21/2 = rXY yang disebutkan sebagai indeks
korelasi antara dua belahan instrumen.
Contoh perhitungan:
Misalnya koefisien korelasi (rXY)
antara dua belahan instrumen adalah 0,576.
Maka:
2 X 0,5676
r 11 = =
0,73069 dibulatkan 0,731
( 1 +
0,576)
Jadi besarnya reliabilitas instrumen
adalah 0,731, yang berarti masuk kategori tinggi. Dengan demikian dapat
disimpulkan instrumen tersebut reliabel.
2) Reliabilitas instrumen dengan rumus Flanagan
Untuk mencari reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Flanagan,
kita juga harus melakukan analisis butir dahulu dan menggunakan teknik belah
dua ganjil – genap.
Rumusnya adalah sebagai berikut :
V1 + V2
r 11 = 2
( 1 - )
Vt
r 11 = reliabilitas instrumen
V1 =
varians belahan pertama (varians skor butir – butir ganjil)
V2 =
varians belahan kedua (varians skor butir-buitr genap)
Vt =
varians skor total
Contoh
perhitungan dengan rumus Spearman-Brown
Berdasarkan atas
data pada tabel di atas diketahui hasil perhitungan sebagai berikut:
Dengan cara I
( belah ganjil –genap)
∑ X = 64 ∑
Y² =
269
∑ X²
= 446 ∑XY
= 296
∑ Y
= 47
Dengan cara II
( belah awal – akhir)
∑ X
= 59 ∑Y² = 304
∑X²
= 381 ∑XY = 311
∑Y
= 52
Selanjutnya sesudah diketahui data di atas, dihitung korelasi antara
belahan pertama dengan belahan kedua lalu dimasukkan ke rumus Spearman – Brown.
Dengan menggunakan tabel analisis butir
yang sudah disajikan untuk perhitungan dengan rumus Spearman – Brown diketahui
harga :
V1
= 3,6399
V2
= 4,8099
Vt
= 7,4899
Maka data tersebut
dimasukkan ke rumus
3,6399 + 4,8099
r 11 =
2 ( 1 - )
7,4899
- 1,1109
= 2 ( 1 - ) = 2 { 1 – ( - 0,1483)}
7,4899
= 2 x 1,1483 = 0,2966
3.
Reliabilitas instrument dengan rumus Rulon
Untuk menguji reliabilitas instrumen dengan rumus Rulon, kita juga harus
melalui langkah analisis butir.
|
Dengan Keterangan :
r11 :
reliabilitas instrumen
Vt : varians
total atau varians skor total
Vd : varians beda
(varians difference)
d : skor pada belahan
awal dikurangi dengan skor pada belahan akhir
Mencari reliabilitas dengan
menggunakan teknik belah dua ini sangat digemari oleh peneliti, khususnya para
mahasiswa yang melakukan penelitian untuk skripsi atau tesis. Kesalahan umum
yang seringkali ada yakni bahwa para mahasiswa tersebut menggunakan teknik
belah dua tanpa mengingat persyaratan yang seharusnya dipenuhi.
Sekurang-kurangnya ada 2
persyaratan pokok yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menentukan teknik
pengujian reliabilitas instrumen dengan teknik belah dua, yaitu :
a.
Banyaknya
butir pertanyaan atau butir soal dalam instrumen harua genap agar dapat
dibelah.
b.
Antara
belahan pertama dengan belahan kedua harus seimbang.
4. Reliabilitas instrumen dengan rumus K –
R20
Apabila peneliti memiliki instrumen dengan jumlah
butir pertanyaan ganjil, maka peneliti tersebut tidak mungkin menggunakan
teknik belah dua untuk pengujian reliabilitas. Untuk ini maka ia boleh menggunakan rumus K –
R20.
|
Dengan Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
Vt = varians
total
q = proporsi subyek
yang mendapat skor 0 (q = 1 - p)
Dua buah rumus yang digunakan untuk mencari
reliabilitas instrumen penelitian adalah rumus K – R20 dan K – R21. Rumus K –
R20 sudah selesai dibicarakan, lengkap dengan contohnya.
5.
Reliabilitas instrumen dengan rumus K – R21.
|
Di mana:
r11 =
reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir
soal atau butir pertanyaan
M = skor rata-rata
Vt = varians total
6.
Reliabilitas instrumen dengan rumus Hoyt
Untuk instrument yang penyekorannya
1 dan 0 masih ada lagi cara lain untuk mengetahui reliabilitasnya yaitu dengan
rumus Hoyt sebagai berikut:
|
Atau
Keterangan:
r11 : reliabilitas instrument
Vr : varians responden
Vs : varians sisa
Reliabilitas instrumen dapat dihitung sebagai berikut:
Langkah 1 Menghitung jumlah
kuadrat responden dengan rumus:
Σ Xt2 ( Σ Xt)2
Jk(r) = -
k
(k x N)
Di mana:
Jk(r) = jumlah
kudrat responden
k = banyaknya
butir pertanyaan
N = banyaknya
responden atau subyek
Xt = skor total setiap responden
Langkah 2 Menghitung jumlah
kuadrat butir dengan rumus:
Σ B2 ( Σ Xt)2
Jk(b) = -
N
(k x N)
Di mana:
Jk(b) = jumlah
kuadrat butir
Σ B2 = jumlah kuadrat jawab benar seluruh
butir
( Σ Xt)2 = kuadrat dari jumlah skor total
Langkah 3 Menghitung jumlah
kuadrat total
Jk(t) = (Σ B) + (Σ S)
Σ B = jumlah jawab benar seluruh butir
Σ S =
jumlah jawab salah seluruh butir
Langkah 4 Menghitung jumlah kuadrat sisa dengan
rumus
Jk(s) =
Jk(t) - Jk(r)
- Jk(b)
Langkah 5 Menghitung varians responden dan
varians sisa dengan
menggunakan tabel F
Langkah 6 Menghitung reliabilitas dengan rumus r11
7.
Reliabilitas Instrumen dengan rumus alpha
Teknik untuk mencari reliabilitas yang skornya
merupakan rentangan antara beberapa nilai (misalnya 0-10 atau 0-100) atau yang
berbentuk skala (misalnya skala 1-3, 1-5, atau 1-7) digunakan rumus alpha dari
Cronbach sebagai berikut:
k ∑ σb²
r11 = ( ) ( 1 - )
k-1 σ²t
Di mana:
r11 = reliabilitas
instrumen
k = banyaknya
butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ σb² = jumlah varians butir
σ²t = varians total
Apabila peneliti sudah
memusatkan perhatiannya pada kebenaran data, maka masalah prosedur pengujian
reliabilitas instrumen menjadi nomor dua. Peneliti harus mengarah pada
pemikiran bagaimana cara meyakinkan diri bahwa data yang diperolehnya sudah
benar, misalnya dengan mengadakan cross
ceck dari sumber data lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar anda disini