Minggu, 11 Agustus 2013

MENGELOLA KONFLIK DI SEBUAH SEKOLAH BERASRAMA



Pada kehidupan masyarakat yang terdiri dari beragam individu yang memiliki latar belakang sosial budaya dan ekonomi yang sangat beragam, sering terjadi konflik antar individu yang dilatarbelakangi oleh kesalahpahaman, perbedaan persepsi terhadap suatu permasalahan, atau karena kepentingan individu-individu dalam masyarakat tersebut. Untuk menghindari konflik yang sewaktu-waktu dapat terjadi, maka dibutuhkan manajemen konflik untuk mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya suatu konflik, atau mengatasi dan menyelesaikan konflik yang telah terjadi agar dampak buruk yang terjadi akibat suatu konflik dapat dihindari atau diminimalisir. Dalam kehidupan suatu sekolah berasrama, manajemen konflik sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai macam permasalahan yang diakibatkan oleh konflik-konflik yang sangat mungkin terjadi, karena dalam kehidupan suatu asrama yang penduduk didalamnya terdiri dari berbagai individu yaitu para pelajar yang memiliki latar belakang yang sangat beragam.
Kehidupan berasrama pada sekolah yang mengusung konsep boarding school(sekolah berasrama), sering terjadi perselisihan atau konflik antar pelajar yang disebabkan oleh beragamnya latar belakang para pelajar, perbedaan persepsi antar pelajar, selain itu juga dapat disebabkan masih labilnya emosi para pelajar yang tinggal di asrama pada sekolah tersebut. Dalam suatu kehidupan berasrama, perselisihan atau konflik yang terjadi dapat menyebabkan berbagai dampak buruk terhadap suasana lingkungan dan para pelajar yang terdapat didalamnya, misalnya kerusakan-kerusakan terhadap fasilitas-fasilitas asrama tersebut, atau terhadap sikap dan mental para penghuninya. Karena beragamnya latar belakang para siswa yang tinggal dalam suatu asrama, maka potensi terjadinya suatu konflik cukup besar, selain itu masih labilnya emosi para siswa dapat memperbesar potensi terjadinya konflik dalam suatu asrama tersebut. Untuk mneghindari dan mengatasi permasalahan tersebut, maka dibutuhkan manajemen konflik yang baik.
Tujuan. Memmahami dan mengidentifikasi cara menghindari dan mengatasi konflik dalam kehidupan berasrama dalam suatu sekolah yang menerapkan konsepboarding school dengan manajemen konflik.


Konflik. Konflik merupakan bagian dari perlawanan, ketidak setujuan atau ketidak sesuaian antara dua orang/kelompok atau lebih. Dalam kehidupan sosial masyarakat sehari-hari, konflik sangat mungkin terjadi karena individu-individu yang hidup dalam suatu masyarakat berasal dari latar belakang yang sangat beragam yang memiliki pandangan yang beragam terhadap suatu masalah, dan juga memiliki kebutuhan yang beragam.
Konflik merupakan gejala yang wajar yang dapat berakibat negatif atau positif tergantung bagaimana konflik tersebut dikelola[2]. Berdasarkan pernyataan tersebut, jika kita dapat mengelola konflik dengan baik, maka efek yang ditimbulkan dari konflik tersebut dapat berupa efek positif yang bermanfaat, paling tidak konflik yang terjadi dapat diatasi tanpa merugikan pihak manapun.
Terdapat beberapa teori penyebab terjadinya konflik, antara lain [3]:
  1. Teori hubungan masyarakat. Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasaran: meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada didalamnya.
  2. Teori kebutuhan manusia. Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonom   Sasaran: mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
  3. Teori negosiasi prinsip Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
    Sasaran:
    membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
  4. Teori identitas
    Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
    Sasaran:
    melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut dan membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
  5. Teori kesalahpahaman antarbudaya
    Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
    Sasaran:
    menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.
  6. Teori transformasi konflik
    Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidak­setaraan dan ketidak adilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.
Dalam suatu organisasi, sering timbul konflik antar anggota dalam organisasi tersebut sehingga dapat mempengaruhi kinerja sistem dalam organisasi tersebut. Efek-efek yang diakibatkan oleh konflik dalam suatu organisasi antara lain [2]:
  • Menghambat komunikasi.
  • Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
  • Mengganggu kerjasama atau “team work”.
  • Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
  • Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
  • Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.
Jika konflik konflik dalam suatu organisasi tersebut dapat diatasi dengan baik, maka akan menimbulkan efek-efek antara lain:
  • Pihak-pihak yang berselisih dapat mempelajari hikmah dari perselisihan tersebut, sehingga mereka dapat menghindari perselisihan-perselisihan yang mungkin terjadi nanti.
  • Organisasi tersebut dapat kembali berjalan dan harmonis.
  • Organisasi tersebut dapat membenahi kembali sistem-sistem mereka, sehingga dapat menjadi lebih baik, agar dapat menghindari konflik yang serupa.
Terdapat beberapa level analisis konflik, antaralain:
  • Intrapersonal conflict (konflik dalam diri sendiri). Biasanya berdampak pada pisikologi seseorang.
  • Interpersonal conflict (konflik antar personal).
  • Group conflict (konflik antar kelompok).
  • Organizational conflict (konflik dalam organisasi).
  • Community conflict (konflik antar komunitas).
  • Intra-state conflict (konflik dalam negri). Contohnya : perang sipil/perang saudara, kampanye pemilu.
  • International conflict (konflik internasional/konflik antar negara).
Manajemen konflik
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik[1]. Selain itu, menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif[1].
Ada beberapa cara untuk mengatasi konflik yang terjadi, antara lain:
  • Rujuk.
    Merupakan proses penyelesaian perselisihan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berselisih yang merupakan inisiatif dari pihak-pihak yang berselisih, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan demi kepentingan bersama. Dampak positif dari proses rujuk ini adalah kesadaran pihak-pihak yang berselisih akan dampak dari perselisihan yang dapat merugikan berbagai pihak-pihak lain, sehingga jika kesadaran ini terbentuk maka perselisihan-perselisihan yang mungkin terjadi dapat dihindari.
  • Persuasi.
    Persuasi atau bujukan merupakan cara untuk mengatasi perselisihan dengan bujukan dari oramg atau pihak-pihak diluar pihak yang berselisih dengan menjelaskan dampak dari perselisihan yang terjadi sehingga pihak-pihak yang berselisih dapat memahami dampak-dampak dari perselisihan tersebut, sehingga timbul kesadaran dari pihak-pihak yang berselisish untuk menyelesaikan perselisihan mereka.
  • Tawar-menawar.
    Merupakan proses penyelesaian perselisihan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berselisih dengan cara saling bertukar pendapat dan masing-masing pihak yang berselisih menjelaskan pendapat mereka sehingga pihak-pihak yang berselisish satu sama lain dapat saling menerima pendapat mereka, sehingga perselisihan dapat teratasi.
  • Pemecahan masalah terpadu.
    Pada proses penyesaian perselisihan dengan metode pemecahan masalah terpadu ini, kebutuhan dari pihak-pihak yang berselisih dipadukan, sehingga terjadi proses komunikasi dan pada akhirnya pihak-pihak yang berselisih dapat memahami satu sama lain, dan perselisihanpun teratasi.
  • Penarikan diri.
    Pada cara penyelesaian masalah ini, salah satu ata semua pihak menarik diri dari konflik yang terjadi.
  • Pemaksaan dan penekanan.
    Cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah. Cara ini kurang efektif untuk mengatasi perselisihan. Karena perselisihan yang terjadi diatasi dengan paksaan atau tekanan dari pihak lain yang berwenang, sehingga dapat berpotensi menimbulkan perselisihan yang baru, karena pihak-pihak yang berselisih mundur dari perselisih bukan karena paham akibat dari perselisihan melainkan mundur karena keterpaksaan karena ada tekanan dari pihak lain yang berwenang.
  • Interverensi (campur tangan) pihak ketiga.
    Campur tangan pihak ketiga dibutuhkan ketika suatu perselisihan tidak menjumpai kesepakatan untuk berdamai atau pihak-pihak yang berselisih.
  • Arbitrase.
    Penyelesaian konflik dengan metode ini membutuhkan pihak ke tiga yang bertugas untuk medengarkan keluhan dari pihak-pihak yang berselisih dan berfungsi sebaai hakim yang mencari pemecahan untuk mengatasi perselisihan tersebut.
  • Mediasi
    Menggunakan mediator atau penghubung sebagai penengah perselisihan, mediator juga dapat berfungsi sebagai pencari fakta, menjalin komunikasi yang terputus, serta membantu mencarikan solusi atas perselisihan tersebut.
  • Konsultasi
    Bertujuan untuk mencari solusi dari suatu perselisihan dengan cara berkonsultasi dengan konsultan atau orang yang berkemampuan untuk membantu mengatasi perselisihan.
Berdasarkan definisi tersebut, manajemen konflik dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mencegah atau menyelasikan konflik dan menanggulangi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh suatu konflik.
PEMBAHASAN
Untuk mengelola konflik yang terjadi atau mungkin akan terjadai dalam kehidupan berasrama pada suatu sekolah, berikut ini merupakan beberapa langkah untuk mengelola konflik dalam suatu asrama:
  • Memahami latar belakang para penghuni suatu asrama.
  • Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya konflik dalam suatu asrama.
  • Mengidentifikasi potensi konflik yang mungkin terjadi dalam kehidupan berasrama.
  • Mencari langkah-langkah yang tepat untuk menanggulangi konflik yang mungkin akan terjadi, atau yang telah terjadi.
  • Membuat struktur komunikasi yang jelas antara pengurus atau penaggung jawab asrama dengan para penghuni asrama.
  • Mendokumentasikan setiap konflik yang pernah terjadi serta langkah-langkah penanggulangan konflik tersebut.
Jika konflik telah terjadi, maka dibutuhkan metode yang tepat untuk menanggulangi konflik tersebut. Efek-efek yang dapat terjadi akibat konflik yang terjadi dalam kehidupan berasrama antara lain:
  • Kecemasan, ketidak nyamanan, dan tekanan-tekanan batin terhadap para penghuni asrama tersebut.
  • Menurunnya kreativitas, semangat belajar para pelajar yang menghuni asrama tersebut.
  • Mengganggu keharmonisan hubungan antar pelajar yang tinggal dalam asrama tersebut.
  • Terbentuknya kelompok-kelompok pelajar yang sepaham dengan individu atau kelompok yang sedang berselisih, sehingga dapat mengakibatkan meluasnya konflik yang terjadi dalam asrama tersebut jika tidak segera diatasi.
Memahami latar belakang para penghuni suatu asrama
Memahami latar belakang para penghuni suatu asrama merupakan proses yang sangat penting, karena proses tersebut dapat membantu kita untuk mengidentifikasi permasalahan atau konflik yang mungkin terjadi. Proses ini dapat dilakukan dengan cara:
  • Mengumpulkan data-data setiap individu seperti biodata dan latar belakang keluarga setiap individu.
  • Membuat catatan personal setiap individu seperti catatan indisipliner dan catatan prestasi dari setiap individu.
Data-data tersebut sangat bergua untuk memahami sifat-sifat setiap individu sehingga jika terjadi konflik antar individu dalam suatu asrama tersebut, maka kita dapat memilih teknik yang tepat untuk mengatasi konflik yang terjadi karena kita dapat memahami karakter individu yang terlibat dalam konflik tersebut berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
Data-data personal setiap individu yang tinggal dalam suatu asrama juga dapat menjadi acuan bagaimana memperlakukan setiap penghuni yang tinggal di asrama tersebut agar setiap penghuni asrama dapat merasa nyaman sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik dalam asrama tersebut.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya konflik dalam suatu asrama
Setelah memahami latar belakang para penghuni asrama dan mengumpulkan data-data para penghuni asraman, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya konflik dalam suatu asrama.
Proses identifikasi faktor-faktor tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari data-data dari setiap penghuni asrama. Misalnya dengan mengetahui latar belakang pendidikan dan ekonomi dari keluarga para penghuni kita akan dapat mengetahui kebiasaan dari para penghuni tersebut, atau dengan mempelajari riwayat hidup dari beberapa sampel data penghuni asrama, kita dapat mengetahui watak dan kecendrungan dari penghuni pemilik sampel data tersebut. Setelah kita mengetahui watak dari para penghuni berdasarkan sampel data yang diambil dari data-data para penghuni asrama, kemudian kita mengelompokan sampel data para penghuni berdasarkan watak dan kecenderungan para penghuni yang telah kita pelajari sebelumnya. Setelah kita mengelompokan sampel data tersebut berdasarkan watak dan kebiasaan pemilik data sampel tersebut, kita akan mendapatkan hubungan antara watak dan kecendrungan seseorang dengan kasus-kasus yang mereka perbuat, sehingga kita dapat mengetahui, kasus-kasus mana saja yanga berpotensi menyebabkan konflik dan watak atau kecendrungan penghuni yang seperti apa yang dapat menibulkan konflik.
Mengidentifikasi potensi konflik yang mungkin terjadi dalam kehidupan berasrama
Setelah kita dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memicu konflik, maka kita dapat membuat perkiraan konflik apa yang dapat terjadi berdasarkan faktor-faktor penyebab konflik yang telah kita identifikasi serta individu seperti apa yang berpotensi menyebabkan konflik. Dari hasil identifikasi ini juga kita dapat memperkirakan dampak-dampak yang mungkin terjadi baik terhadap lingkungan asrama atau terhadap para penghuni asrama itu sendiri.
Mencari langkah-langkah yang tepat untuk menanggulangi konflik yang mungkin akan terjadi, atau yang telah terjadi
Tahap ini dilakukan untuk mencari langkah-langkah yang tepat untuk menanggulangi konflik yang telah terjadi atau mungkin akan terjadi.
Untuk mencari langkah-langkah untuk menanggulangi konflik yang mungkin akan terjadi maka kita butuhkan hasil dari identifikasi konflik yang mungkin akan terjadi dalam suatu asrama berserta faktor-faktor penyebabnya, kemudian kita mengidentifikasi jenis konflik tersebut, dan setelah itu baru kita dapat menentukan pendekatan apa yang dapat dilakukan untuk menanggulangi konflik yang mungkin terjadi tersebut. Selain mencari cara untuk menanggulangi konflik yang mungkin akan terjadi berdasarkan hasil identifikasi kemungkinan konflik tersebut, kita juga perlu menyiapkan langkah-langkah untuk menanggulangi efek akibat konflik yang mungkin terjadi tersebut baik efek terhadap lingkungan sekitar atau efek terhadap para penghuni itu sendiri.
Jika suatu konflik telah terjadi, maka kita perlu mengidentifikasi penyebab-penyebab serta individu atau kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut, serta dampak konflik tersebut terhadap lingkungan asrama dan terhadap para penghuni asrama tersebut, dan juga kita perlu mengidentifikasi jenis konflik yang telah terjadi tersebut. Setelah kita mengetahui penyebab, akibat dan jenis konflik yang telah terjadi tersebut, maka kita dapat menentukan pendekatan apa yang akan digunakan untuk mengatasi konflik dan untuk mengatasi akibat yang ditimbulkan oleh konflik tersebut.
Membuat struktur komunikasi yang jelas antara pengurus atau penaggung jawab asrama dengan para penghuni asrama
Langkah ini berguna untuk menbuat struktur komunikasi yang efisien antara pihak pengurus asrama atau pihak sekolah dengan para penghuni asrama. Komunikasi merupakan hal yang penting. Degan menjaga komunikasi dengan para penghuni maka pihak pengurus dapat mengetahui permasalahan apa saja yang sedang terjadi sehingga pihak pengurus juga dapat memperkirakan apakah permasalahan tersebut berpotensi menimbulkan konflik atau tidak, sehingga pihak pengurus dapat segera mengambil langkah-langkah antisipasi agar permasalahan tersebut dapat segera diselesaikan dan tidak berkembang menjadi konflik.
Dalam struktur komunikasi ini para penghuni sebaiknya dilibatkan seperti dibentuk pengurus asrama dari para penghuni mulai dari ketua asrama hingga struktur yang paling kecil seperti struktur kepengurusan kamar shingga informasi keadaan penghuni asrama dari tingkat individu yang tinggal dalam kamar-kamar pada asrama tersebut dapat terpantau dengan baik oleh para pengurus asrama atau sekolah.
Selain itu, disetiap asrama diperlukan suatu manajemen asrama yang berasal dari pihak pengelola sekolah, yang berfungsi untuk memantau kehidupan di asrama tersebut, dan juga berfungsi untuk menaggulangi permasalahan yang terjadi dalam asrama tersebut. Manajemen asrama ini bertanggung jawab atas semua penghuni asrama, jadi manajemen asrama dapat menentukan kebijakan-kebijakan terhadap para penghuni asrama untuk kebaikan para penghuni asrama, dan agar para penghuni dapat teratur selama tinggal di asrama tersebut.
Mendokumentasikan setiap konflik yang pernah terjadi dan cara menaggulangi konflik
Proses pendokumnetasian konflik dan langkah-langkah untuk menaggulangi konflik tersebut juga merupaka suatu proses yang penting. Dengan adanya dokumentasi dari setiap konflik yang pernah terjadi dan langkah-langkah penaggulangannya, maka pihak manajemen asrama dapat mengidentifikasi gejala-gejala konflik yang akan terjadi dan dapat segera mengambil langkah-langkah untuk meng antisipasi konflik tersebut, selain itu berdasarkan dokumentasi tersebut pihak manajemen dapat menaggulangi konflik yang telah terjadi dengan langkah-langkah yang tepat dan mengurangi dampak yang diakibatkan oleh konflik tersebut.
Selain untuk mengidentifikasi gejala-gejala konflik dan untuk mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi suatu konflik, dokumentasi ini juga dapat dugunakan untuk mempelajari kebiasaan dan kecenderungan-kecenderungan para penghuni yang berpotensi menimbulkan konflik. Semakin banyak dokumentasi dari konflik-konflik yang terjadi, maka semakin cepat dan tepat proses penanggulangan dan identifikasi konflik yang sedang terjadi atau kemungkinan akan terjadi, sehingga konflik yang sedang terjadi dapat segera diatasi atau konflik yang berpotensi akan terjadi dapat dihindari.
Pencegahan terhadap konflik yang mungkin terjadi
Proses pencegahan terhadap suatu konflik lebih baik daripada proses penaggulangan suatu konflik, karena jika suatu konflik telah terjadi dalam suatu asrama, maka konflik tersebut pasti menimbulkan dampak-dampak terhadap lingkungan dan para penghuni asrama tersebut.
Selain langkah-langkah yang telah dibahas diatas, untuk menghindari konflik-konflik yang mungkin akan terjadi, para penghuni dapat diberilkan kegiatan yang positif agar mereka sibuk dengan kegiatan yang positif tersebut, sehingga dapat mengurangi potensi-potensi terjadinya konflik, tetapi setiap kegiatan yang diberikan perlu pertimbangan dan pengawasan yang baik, agar kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan dan bukan menjadi sumber penyebab konflik.
Kegiatan bimbingan konseling terhadap para penghuni asrama juga perlu diadakan, karean para penghuni yang terdiri dari berbagai latar belakang yang beragam memiliki pandangan berbeda terhadap suatu masalah yang timbul sehingga perbedaan pandangan tersebut berpotensi menjadi penyebab timbulnya suatu konflik. Tujuan bimbingan ini adalah untuk memberikan pemahaman terhadap para penghuni terhadap perbedaan pandangan tersebut agar para penghuni yang memiliki latar belakang yang beragam tersebut dapat saling memahami sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu konflik. Selain itu kegiatan bimbingan konseling ini juga berguna sebagai sarana bagi para penghuni asrama untuk bertukar pengalaman dan permasalahan agar dengan sesama penghuni atau dengan pembimbing asrama sehingga para penghuni asrama dapat saling terbuka akan suatu masalah sehingga permasalahan tersebut dapat segera diatasi sehingga tidak meluas dan menjadi konflik, karena permasalahan yang dipendam oleh para penghuni jika tidak dikeluarkan atau diceritakan dapat berdampak buruk terhadap penghuni asrama tersebut, atau juga dapat berdampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya sehingga berpotensi menimbulkan konflik baru.
KESIMPULAN
Konflik merupakan suatu hal yang pasti terjadi dalam kehidupan bermasyarakat baik dalam kehidupan masyarakat umum ataupun pada kehidupan berasrama. Suatu konflik pasti terjadi dalam suatu temapat jika di tempat tersebut terdapat individu-individu yang hidup bersama dan melakukan interaksi sosial.
Konflik dapat menimbulkan dampak positif atau dampak negative terhadap lingkungan sekitar dimana konflik tersebut terjadi tergantuk bagaimana kita megelola konflik tersebut. Mencegah suatu konflik terjadi lebih baik daripada mengatasi konflik yang telah terjadi, karena setiap konflik menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
Manajemen konflik sangat dibutuhkan dalam suatu kehidupan sosial, karena manajemen konflik mengeola konflik yaitu dengan cara menganggulangi potensi-potensi yang dapat menimbukan konflik, menagnggulangi konflik yang telah terjadi, dan juga menanggulangi dampak-dampak yang terjadi akibat dari suatu konflik.
Dalam kehidupan berasrama pada sekolah yang menggunakan konsepboarding school juga dibutuhkan manajemen konflik yang baik, karena para penghuni dalam suatu asrama tersebut merupakan para pelajar yang memiliki latar berlakang dan sifat-sifat yang sangat berragam, sehingga potensi terjadinya konflik sangat besar jika tidak dikelola dengan baik. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh konflik yang terjadi dalam suatu asrama juga cukup merugikan bagi para penghuni asrama tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
  1. http://jepits.wordpress.com/2007/12/19/manajemen-konflik-definisi-dan-teori-teori-konflik/.
  2. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/manajemen-konflik/
  3. http://warnadunia.com/manajemen-konflik/
  4. http://digilib.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha5.pdf
Rio Permana
Email: rio.prmn@gmail.com
Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Al-Zaytun Indonesia
Diposkan oleh Rio Permana di 02.02 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda disini